All Chapters of BOS & HIS SECRETARY: Chapter 11 - Chapter 20
83 Chapters
10. Kamu Cemburu, Pak? (4)
Seperti janji Benjamin, laki-laki itu melanjutkan permainan mereka. Adora sama sekali tidak diberikan istirahat oleh bosnya itu.Tangan besar Benjamin kemudian membalikkan tubuh Adora, mengubah posisi Adora yang tadi membelakanginya jadi berdiri berhadapan dengannya. Adora mengerjapkan matanya saat Benjamin tersenyum miring ke arahnya, Adora tahu niatan nakal yang bermain dalam kepala Benjamin saat ini.Dalam seperkian detik, Benjamin kemudian memasukkan alatnya ke dalam diri Adora, membuat Adora meringis kesakitan karenanya. Sisi wanita Adora berkedut, menyesuaikan diri dengan bentuk Benjamin yang panjang dan besar."Kau suka sekali mempermainkanku ya, Adora?" Benjamin melenguh saat merasakan tubuh Adora menjepit miliknya dengan kuat, membuatnya merasakan nikmat dari tubuh Adora yang kini tengah membungkus dirinya.Benjamin perlahan menggoyangkan pinggulnya; maju dan mundur secara perlahan, dan pergerakan Benjamin nyatanya berhasil membuat Adora meloloskan desahannya. Adora kemudian m
Read more
11. Makan Siang dengan Direktur Wawan
Disclaimer: part ini mungkin tidak akan nyaman bagi beberapa orang karena beberapa kata yang menyinggung seksualitas, mohon untuk kebijaksanaan dari para pembaca, terima kasih. ***Setelah mendapatkan notifikasi pesan dari Virendhra, Benjamin dan Adora berangkat menuju restoran yang dituju sekaligus pulang setelah menyelesaikan dinas mereka. Adora di tempatnya tampak gelisah sendiri, kakinya bergerak---menendang-nendang kecil udara di depannya, tentu pemandangan ini tak luput dari penglihatan Benjamin.Benjamin yang tampak tenang sedari tadi nyatanya selalu mengawasi gerak-gerik Adora, mulai dari saat gadis itu membaca pesan Virendhra sampai gadis itu berada di dalam mobil bersamanya. Tampak Adora resah karena sesuatu, apakah pengaruh Virendhra sebegitu besarnya pada Adora sampai membuat Adora gelisah seperti itu? Benjamin tidak tahu bahwa ternyata pengaruh Virendhra sebesar itu terhadap Adora. "Tenang saja," Ujar Benjamin yang berhasil menarik perhatian Adora. Gadis itu mengerjapka
Read more
12. Makan Siang dengan Direktur Wawan (2)
"Maaf, apa kata Anda barusan, Direktur Wawan?"Adora mengangkat kepalanya saat suara Benjamin mengudara dalam ruangan. Tampak Benjamin memasang ekspresi serius pada wajahnya, berbeda dengan Direktur Wawan yang meringis dan tersenyum kecil."Hoho, Direktur Benjamin, tidak usah serius seperti itu, memiliki sekretaris seperti Sekretaris Adora juga aku akan senang setiap harinya. Melihat penampilannya siapa yang tidak senang? Aku akan betah melihatnya seharian, tidak hanya di kantor, bahkan mungkin di luar kantor juga. Aku tidak akan melepaskannya dari pandanganku sedetik pun."Adora mengalihkan pandangannya saat Direktur Wawan meliriknya genit. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha untuk menahan air mata yang hampir meleleh keluar dari pelupuk matanya. Seluruh tubuhnya merasa merinding saat kalimat-kalimat menjijikkan itu keluar dari mulut Direktur Wawan seakan menghinanya. "Direktur Wawan, bukankah seharusnya Anda memerhatikan kata-kata yang keluar dari mulut Anda? Melihat Anda sep
Read more
13. Mari Jadi Teman 'Baik', Pak!
Note: Part ini adalah part masa lalu. ***Saat itu malam yang dingin menyelimuti keduanya. Setelah melakukan pekerjaan yang begitu keras, keduanya memutuskan untuk menghabiskan waktu mereka berdua dengan menyesap segelas minuman alkohol berkadar rendah untuk meluapkan perasaan stres dan lelah yang menerjang tubuh mereka. Baik Benjamin dan Adora memilih bungkam, tidak membuka suara. Pun Adora sedari tadi hanya menjatuhkan pandangannya pada Benjamin, laki-laki itu tampak serius memandangi ponselnya, membuat bibir Adora merasa gatal dan terbuka untuk memanggil Benjamin. "Pak Benjamin."Pada panggilan pertama, Benjamin sama sekali tidak menoleh ke arah Adora ---masih sibuk dengan ponselnya--- dan hanya berdeham sebagai balasan terhadap panggilan Adora. Hal itu tentu tidak membuat Adora menyerah pada percobaan pertama. Adora berusaha kembali, kali ini dengan debaran gila yang menerjang jantungnya.Kali ini bukan hanya sekedar memanggil Benjamin, melainkan Adora juga memancing laki-laki
Read more
14. Mari Jadi Teman 'Baik', Pak! (2)
Tidak boleh ada perasaan emosional dalam hubungan ini, Adora meneguk ludahnya saat mendengar kata itu. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha menyadarkan diri dari pikiran bodohnya. Adora segera melepaskan kedua tangan Benjamin yang memeluknya."Sebaiknya kita mandi dulu, Pak. Mau Bapak dulu atau saya?""Kau dulu, tidak apa-apa."Bagus, Adora segera menyingkirkan dirinya dari hadapan Benjamin seraya menetralkan degup jantungnya. Setelah sampai di dalam kamar mandi, Adora berulang kali menarik dan mengembuskan napasnya, berusaha menenangkan dirinya. Suasana di antara mereka begitu canggung, Adora sendiri tidak tahu alasan Benjamin memutuskan untuk setuju ikut dalam ide gilanya ini.Setelah memukul kepalanya satu kali, Adora mengambil langkah menuju shower dan membersihkan diri. Adora memutuskan untuk melanjutkan apa yang sudah diputuskan keduanya.Usai Adora membersihkan dirinya, Benjamin yang menjadi nomor selanjutnya. Laki-laki itu kini tengah menghabiskan waktunya di kamar mandi,
Read more
15. Tolong Lepaskan Saja Formalitas di Antara Kita
Adora terkejut saat menemukan di mana mereka saat ini. Mata bulatnya mengerjap beberapa kali kala melihat bangunan apertemen yang berdiri gagah di depannya, kemudian tatapannya beralih ke arah Benjamin yang duduk di sebelahnya. Adora yang baru saja ingin membuka bibirnya, bertanya dengan maksud Benjamin yang tiba-tiba langsung membawa Adora pulang dan bukannya ke kantor terlebih dahulu pun akhirnya terhenti saat Benjamin menyela dirinya. "Pak Surya, tolong bantu turunkan barang Adora ya dan bawa ke depan pintu apartemennya."Mendengar perintah Benjamin, Pak Surya ---laki-laki yang sedari tadi menjadi supir keduanya--- itu pun turun dan menuruti perkataan Benjamin. Sementara itu, Adora tak berdiam diri, dia membuka mulutnya dan menyuarakan pikirannya. "Kita tidak ke kantor dulu, Pak?"Benjamin tersenyum saat mendengar perkataan Adora. "Kau pasti sangat menyukai pekerjaanmu, ya, Adora.""Tidak!" Sanggah Adora secepat mungkin, tapi di detik berikutnya ia merasa menyesal karena mengata
Read more
16. Semangat Irish!
Keesokan harinya. Adora tidak menemukan keberadaan Irish di mana pun. Meski begitu, Adora tahu bahwa Irish semalam pulang ke apartemen karena jejak yang ditinggalkan temannya itu, tetapi Adora tidak tahu tepatnya kapan Irish pulang atau kapan Irish berangkat bekerja. Adora berusaha untuk tidak menghiraukan kekhawatiran yang kini bersarang dalam pikirannya, dia pun memutuskan untuk mengenakan sepatu hak tingginya setelah menyelesaikan penampilannya dan setelah dirasa siap dengan semuanya, Adora pun berangkat kerja.Adora berusaha untuk tidak menghiraukan keadaan Irish. Bagaimanapun juga, Adora pasti akan bertemu dengan Irish di tempat kerja dan dapat membicarakan masalah ini secara empat mata dengan Irish. Dan benar saja dugaan Adora. Adora bertemu Irish di tempat kerja. Meski melewatkan beberapa waktu untuk mengobrol dengan Irish, Adora berhasil berbicara berdua saja dengan Irish. Sebenarnya hal ini juga tidak dapat dikatakan "bicara" karena sampai saat
Read more
17. Semangat Irish! (2)
Sebenarnya ini masalah pendidikanku, Noona. Irish, dia ... "Adora.Adora. Adora Carinna. Apa kau mendengar apa yang kukatakan tadi?"Adora mengerjapkan matanya saat penampakan Benjamin yang memburam masuk ke dalam penglihatannya. Pikirannya yang sedari pergi entah kemana kini mulai menyatu kembali dengan raganya. Di saat kesadarannya sudah kembali mengambilalih dirinya, Adora kini baru tersadar di mana dia berada, bahkan ia sampai mendapati Benjamin yang tengah menjentik-jentikkan jarinya di depan Adora---berusaha menarik perhatian Adora saat pikiran Adora sedang pergi, hilang entah kemana. Detik itu juga semburat merah muncul pada kedua pipi Adora. Adora cukup merasa malu karena dirinya seakan tidak profesional dengan pekerjaannya karena apa yang baru saja dilakukannya ---melamun di tengah pekerjaan---, Adora kemudian memutuskan untuk meminta maaf. "Maaf, Pak, aku melamun tadi ...""Sepertinya kau memiliki pikiranmu sendiri, ya."Adora
Read more
18. Semangat Irish! (3)
Suara penyanyi wanita muda yang mengalun merdu di ruangan kafe memberikan suasana yang nyaman dan memanjakan bagi siapapun yang mendengar. Tak heran apabila kafe ini digandrungi banyak orang sebab suasana yang diciptakan berhasil menyentuh hati setiap orang. Sayangnya, citra dan kesan yang dibangun susah payah oleh kafe itu tidak berhasil menembus Irish yang saat ini tengah duduk di sebrang Adora. Bukan perasaan positif yang didapat, muka Irish justru tertekuk dengan bibirnya yang maju ke depan. Muka Irish terlihat sangat asam. Sekali lihat saja, semua orang tahu bahwa saat ini Irish sedang berada dalam perasaan yang tidak baik. Kebanyakan orang saat melihat Irish yang saat ini tengah mengeluarkan aura gelap dari tubuhnya mungkin akan memutuskan untuk pergi atau melarikan diri secepat mungkin. Namun, Adora tidak melakukannya. Hal ini Adora lakukan agar Irish tidak terlalu berlarut dalam masalah seorang diri selama berhari-hari. Adora ingin membantu Irish; me
Read more
19. Semangat Irish! (4)
Benjamin melihat jam tangannya sekali lagi. Memastikan diri untuk kesekian kalinya. Ia ingin tahu apakah jam tangan kesayangannya itu masih berfungsi dengan baik atau tidak. Namun, sayangnya, Benjamin harus menelan kekecewaan saat dirinya menemukan bahwa jam mungil yang melingkar di pergelangan tangannya itu masih bekerja dengan baik. Masih mampu menunjukkan pukul berapa saat ini. 20.05.Malam itu Benjamin memang sengaja datang dua puluh menit lebih awal. Benjamin kira Adora akan datang lebih awal darinya dan mereka masih memiliki untuk mengobrol sampai tiba waktu yang telah ditentukan, tetapi yang Benjamin tidak sangka adalah fakta bahwa sekretarisnya itu justru terlambat lima menit dari waktu yang telah dijanjikan. Sebenarnya Benjamin tidak mau seperti ini ---menunggu tanpa kepastian---, bahkan awalnya Benjamin ingin datang bersama dengan Adora dan mengajak gadis itu untuk berangkat bersamanya, tetapi Adora menolak ajakannya dengan alasan bahwa dia harus menjemp
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status