Note: Part ini adalah part masa lalu. ***Saat itu malam yang dingin menyelimuti keduanya. Setelah melakukan pekerjaan yang begitu keras, keduanya memutuskan untuk menghabiskan waktu mereka berdua dengan menyesap segelas minuman alkohol berkadar rendah untuk meluapkan perasaan stres dan lelah yang menerjang tubuh mereka. Baik Benjamin dan Adora memilih bungkam, tidak membuka suara. Pun Adora sedari tadi hanya menjatuhkan pandangannya pada Benjamin, laki-laki itu tampak serius memandangi ponselnya, membuat bibir Adora merasa gatal dan terbuka untuk memanggil Benjamin. "Pak Benjamin."Pada panggilan pertama, Benjamin sama sekali tidak menoleh ke arah Adora ---masih sibuk dengan ponselnya--- dan hanya berdeham sebagai balasan terhadap panggilan Adora. Hal itu tentu tidak membuat Adora menyerah pada percobaan pertama. Adora berusaha kembali, kali ini dengan debaran gila yang menerjang jantungnya.Kali ini bukan hanya sekedar memanggil Benjamin, melainkan Adora juga memancing laki-laki
Tidak boleh ada perasaan emosional dalam hubungan ini, Adora meneguk ludahnya saat mendengar kata itu. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha menyadarkan diri dari pikiran bodohnya. Adora segera melepaskan kedua tangan Benjamin yang memeluknya."Sebaiknya kita mandi dulu, Pak. Mau Bapak dulu atau saya?""Kau dulu, tidak apa-apa."Bagus, Adora segera menyingkirkan dirinya dari hadapan Benjamin seraya menetralkan degup jantungnya. Setelah sampai di dalam kamar mandi, Adora berulang kali menarik dan mengembuskan napasnya, berusaha menenangkan dirinya. Suasana di antara mereka begitu canggung, Adora sendiri tidak tahu alasan Benjamin memutuskan untuk setuju ikut dalam ide gilanya ini.Setelah memukul kepalanya satu kali, Adora mengambil langkah menuju shower dan membersihkan diri. Adora memutuskan untuk melanjutkan apa yang sudah diputuskan keduanya.Usai Adora membersihkan dirinya, Benjamin yang menjadi nomor selanjutnya. Laki-laki itu kini tengah menghabiskan waktunya di kamar mandi,
Adora terkejut saat menemukan di mana mereka saat ini. Mata bulatnya mengerjap beberapa kali kala melihat bangunan apertemen yang berdiri gagah di depannya, kemudian tatapannya beralih ke arah Benjamin yang duduk di sebelahnya. Adora yang baru saja ingin membuka bibirnya, bertanya dengan maksud Benjamin yang tiba-tiba langsung membawa Adora pulang dan bukannya ke kantor terlebih dahulu pun akhirnya terhenti saat Benjamin menyela dirinya. "Pak Surya, tolong bantu turunkan barang Adora ya dan bawa ke depan pintu apartemennya."Mendengar perintah Benjamin, Pak Surya ---laki-laki yang sedari tadi menjadi supir keduanya--- itu pun turun dan menuruti perkataan Benjamin. Sementara itu, Adora tak berdiam diri, dia membuka mulutnya dan menyuarakan pikirannya. "Kita tidak ke kantor dulu, Pak?"Benjamin tersenyum saat mendengar perkataan Adora. "Kau pasti sangat menyukai pekerjaanmu, ya, Adora.""Tidak!" Sanggah Adora secepat mungkin, tapi di detik berikutnya ia merasa menyesal karena mengata
Keesokan harinya. Adora tidak menemukan keberadaan Irish di mana pun. Meski begitu, Adora tahu bahwa Irish semalam pulang ke apartemen karena jejak yang ditinggalkan temannya itu, tetapi Adora tidak tahu tepatnya kapan Irish pulang atau kapan Irish berangkat bekerja. Adora berusaha untuk tidak menghiraukan kekhawatiran yang kini bersarang dalam pikirannya, dia pun memutuskan untuk mengenakan sepatu hak tingginya setelah menyelesaikan penampilannya dan setelah dirasa siap dengan semuanya, Adora pun berangkat kerja.Adora berusaha untuk tidak menghiraukan keadaan Irish. Bagaimanapun juga, Adora pasti akan bertemu dengan Irish di tempat kerja dan dapat membicarakan masalah ini secara empat mata dengan Irish. Dan benar saja dugaan Adora. Adora bertemu Irish di tempat kerja. Meski melewatkan beberapa waktu untuk mengobrol dengan Irish, Adora berhasil berbicara berdua saja dengan Irish. Sebenarnya hal ini juga tidak dapat dikatakan "bicara" karena sampai saat
Sebenarnya ini masalah pendidikanku, Noona. Irish, dia ... "Adora.Adora. Adora Carinna. Apa kau mendengar apa yang kukatakan tadi?"Adora mengerjapkan matanya saat penampakan Benjamin yang memburam masuk ke dalam penglihatannya. Pikirannya yang sedari pergi entah kemana kini mulai menyatu kembali dengan raganya. Di saat kesadarannya sudah kembali mengambilalih dirinya, Adora kini baru tersadar di mana dia berada, bahkan ia sampai mendapati Benjamin yang tengah menjentik-jentikkan jarinya di depan Adora---berusaha menarik perhatian Adora saat pikiran Adora sedang pergi, hilang entah kemana. Detik itu juga semburat merah muncul pada kedua pipi Adora. Adora cukup merasa malu karena dirinya seakan tidak profesional dengan pekerjaannya karena apa yang baru saja dilakukannya ---melamun di tengah pekerjaan---, Adora kemudian memutuskan untuk meminta maaf. "Maaf, Pak, aku melamun tadi ...""Sepertinya kau memiliki pikiranmu sendiri, ya."Adora
Suara penyanyi wanita muda yang mengalun merdu di ruangan kafe memberikan suasana yang nyaman dan memanjakan bagi siapapun yang mendengar. Tak heran apabila kafe ini digandrungi banyak orang sebab suasana yang diciptakan berhasil menyentuh hati setiap orang. Sayangnya, citra dan kesan yang dibangun susah payah oleh kafe itu tidak berhasil menembus Irish yang saat ini tengah duduk di sebrang Adora. Bukan perasaan positif yang didapat, muka Irish justru tertekuk dengan bibirnya yang maju ke depan. Muka Irish terlihat sangat asam. Sekali lihat saja, semua orang tahu bahwa saat ini Irish sedang berada dalam perasaan yang tidak baik. Kebanyakan orang saat melihat Irish yang saat ini tengah mengeluarkan aura gelap dari tubuhnya mungkin akan memutuskan untuk pergi atau melarikan diri secepat mungkin. Namun, Adora tidak melakukannya. Hal ini Adora lakukan agar Irish tidak terlalu berlarut dalam masalah seorang diri selama berhari-hari. Adora ingin membantu Irish; me
Benjamin melihat jam tangannya sekali lagi. Memastikan diri untuk kesekian kalinya. Ia ingin tahu apakah jam tangan kesayangannya itu masih berfungsi dengan baik atau tidak. Namun, sayangnya, Benjamin harus menelan kekecewaan saat dirinya menemukan bahwa jam mungil yang melingkar di pergelangan tangannya itu masih bekerja dengan baik. Masih mampu menunjukkan pukul berapa saat ini. 20.05.Malam itu Benjamin memang sengaja datang dua puluh menit lebih awal. Benjamin kira Adora akan datang lebih awal darinya dan mereka masih memiliki untuk mengobrol sampai tiba waktu yang telah ditentukan, tetapi yang Benjamin tidak sangka adalah fakta bahwa sekretarisnya itu justru terlambat lima menit dari waktu yang telah dijanjikan. Sebenarnya Benjamin tidak mau seperti ini ---menunggu tanpa kepastian---, bahkan awalnya Benjamin ingin datang bersama dengan Adora dan mengajak gadis itu untuk berangkat bersamanya, tetapi Adora menolak ajakannya dengan alasan bahwa dia harus menjemp
halo, kenalin aku alistebalsinchan atau sekarang nama penaku adalah pedagang_esmambo_enak.aku berterima kasih karena kalian udah menyukai Bos & His Secretary dan mendukung cerita ini. aku harap kalian suka dengan cerita ini. kalo ada kurang lebihnya, aku minta maaf. Aku harap cerita hos&his Secretary menjadi cerita ringan yang mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca. Kisah Adora dan Benjamin semoga menghibur bagi kalian semua. Terima kasih sudah membaca buku BSH sejauh ini dan BSH akan terus berjalan dan berkembang. semoga kalian menyukai BSH dan menyukai karakter-karakter yang aku ciptakan di sini. berikan komentar, saran, ataupun pertanyaan yang sekiranya berkaitan dengan cerita. salam manis,mambo