All Chapters of SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE: Chapter 41 - Chapter 50
120 Chapters
41. Bersama Berlin di Kota Berlin
"Kenapa kau belum juga bersiap?" omel Devan saat melihat Berlin belum juga berganti pakaian."Bersiap kemana?""Bersiap untuk makan tentunya! Aku sudah menyuruhmu untuk menggunakan lingerie yang aku belikan untukmu, kan?" sungut Devan sembari mencubit gemas pipi Berlin."Hanya untuk makan saja, untuk apa mengenakan lingerie?" protes Berlin."Kau berani membantahku sekarang? Apa ini sikap sugar baby pada daddy-nya yang sudah menghabiskan banyak uang?""Sudah kubilang jangan panggil aku sugar baby!" pekik Berlin kencang hingga membuat telinga Devan berdengung.Wajah Berlin mulai memerah menahan amarah dan manik matanya melotot ke arah Devan."K-kenapa kau melihatku dengan tatapan seperti itu?" tukas Devan merasa merinding mendapatkan tatapan tajam dari Berlin."Cepat ganti bajumu! Aku sudah kelaparan!" omel Devan sembari mendorong Berlin kembali ke kamar.Akhirnya gadis itu pun menuruti kemauan Devan dan muncul dengan mengenakan lingerie terbuka pilihan Devan."Dasar mesum!" gerutu Berl
Read more
42. Potret cantik
Berlin menggeliat di ranjang dan membuka mata perlahan begitu dirinya mendengar bunyi alarm yang begitu memekakkan telinga."Alarm siapa itu? Bisa tolong matikan?" gerutu Berlin kesal begitu telinganya disuguhi suara menyebalkan yang mengganggu istirahatnya."Sudah waktunya bangun!" Devan tiba-tiba meraih pinggang Berlin dan memanggul tubuh gadis itu menuju kamar mandi."A-aku masih ingin tidur sebentar lagi! Lima menit lagi saja!" pinta Berlin."Matahari sudah hampir tenggelam! Nanti kita terlambat!" ketus Devan."Terlambat untuk apa?""Tentu saja terlambat untuk kencan kita!" ujar Devan dengan gamblang menyebutkan kata "kencan" pada Berlin.'Cih, kencan apanya?' cibir Berlin dalam hati."Aku tunggu di luar! Jika kau tidak keluar dalam sepuluh menit, aku akan menyeretmu keluar meskipun kau hanya mengenakan handuk!" pekik Devan sembari berlari keluar rumah."Sepuluh menit apanya? Sepuluh menit hanya cukup untuk menggosok gigi!" seloroh Berlin melayangkan protes pada Devan yang seenak
Read more
43. Secercah harapan
"Ayah!" Nyonya Firda membuka pintu rumahnya dengan panik begitu wanita paruh baya itu tiba di kediamannya."Ibu baru pulang?" sapa Sheena.Nyonya Firda berlalu begitu saja tanpa menghiraukan sapaan dari putri angkatnya."Ada apa dengan Ibu?" gumam Sheena keheranan.Wanita paruh baya itu bergegas menuju ke ruang kerja sang suami yang tengah disibukkan dengan tumpukan berkas yang berserakan di atas meja."Ayah! Ibu menemukan sesuatu!" cetus Nyonya Firda yang tiba-tiba mendobrak pintu ruangan kerja sang suami."Ada apa, Bu? Tidak bisakah Ibu berhati-hati saat membuka pintu?" omel Tuan Mahesa."Ayah, kita harus segera berangkat ke Jerman!" tukas Nyonya Firda berapi-api."Ada apa, Bu? Ibu menemukan apa? Kenapa tiba-tiba kita harus ke Jerman?" "Coba lihat ini!" Wanita paruh baya itu bersemangat sekali saat menunjukkan lembar foto mengejutkan yang didapatkannya dari Vernon."Foto apa?" tanya Tuan Mahesa malas.Sheena yang mendengar keributan dari ruangan sang ayah pun mulai penasaran dengan
Read more
44. Tak ingin jatuh hati
“Kau ingin mengajakku kemana lagi?” tanya Berlin malas. Devan masih saja bersemangat mengajak gadis itu menghabiskan liburan dengan membawa Berlin ke beberapa destinasi wisata di Berlin, Jerman.“Kau sedang ada di kota yang sama dengan namamu! Kenapa kau tidak terlihat antusias sama sekali?” sergah Devan.‘Antusias apanya? Bagaimana aku bisa berantusias kalau setiap malam kau terus saja menggempurku sampai pagi?’ gerutu Berlin dalam hati, mengingat Devan yang terus menuntut ‘jatah’ darinya setiap malam.“Kau harus berolahraga sedikit agar tubuhmu terlihat bugar! Lihat lengan lembekmu ini! Perutmu juga membuncit!” omel Devan sembari meraba-raba beberapa anggota tubuh Berlin.“Singkirkan tanganmu!” ketus Berlin, kemudian menepis tangan Devan darinya.“Kenapa wajahmu cemberut seperti itu? Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk menyenangkanmu, tapi ini balasan yang kudapat?” gerutu Devan mendramatisir.Berlin melirik ke arah Devan dengan wajah malas, tanpa ingin menanggapi tingkah menye
Read more
45. Impian kecil
"Kita akan kemana lagi?" Berlin dan Devan kini mulai beranjak meninggalkan taman Tiergarten untuk melanjutkan agenda kencan mereka menuju destinasi wisata lainnya."Kau ingin kemana? Aku akan menemanimu. Kau tidak pernah pergi berlibur, kan? Mana mungkin kau memiliki uang untuk memikirkan liburan," cetus Devan tanpa maksud buruk, namun perkataan pria itu memang terdengar seperti ejekan.'Sial! Dasar pria menyebalkan!' umpat Berlin dalam hati."Nikmati saja waktumu selama aku masih berbaik hati padamu. Sudah kuajak pergi berlibur jauh-jauh, kenapa kau justru ingin pulang?" omel Devan."Setelah aku mencampakkanmu nanti, kau tidak akan bisa lagi menikmati liburan seperti ini. Kau pasti akan menyesal setelah berpisah dariku nanti," oceh Devan penuh percaya diri.'Aku justru akan sangat berterimakasih padamu kalau kau bersedia melepaskanku sekarang juga!' batin Berlin."Katakan saja, kau ingin kemana?" Devan masih saja cerewet dan terus mengoceh, meskipun Berlin hanya diam tak menanggapi.
Read more
46. Perangkap pesona sugar daddy
Zzrrashh!Rintik hujan tiba-tiba mengucur deras, mengganggu momen romantis antara Devan dan Berlin yang tengah bertatapan.Hewan-hewan yang berada di kebun binatang langsung berlarian meneduhkan tubuh di kandang, sama seperti Berlin dan Devan yang juga berlarian mencari tempat untuk berlindung dari siraman air hujan."Kemari, Berlin!" Devan menarik tangan Berlin menuju pondok kecil yang terdapat di kebun binatang."Ah, sial! Kenapa harus hujan sekarang?" rengek Berlin kesal, tak dapat melanjutkan tour keliling kebun binatang bersama Devan."Kita bisa kemari lagi nanti," tukas Devan menyibukkan diri dengan menggosok telapak tangan Berlin agar gadis itu tak kedinginan.'Apa maksudnya? Devan akan mengajakku kemari lagi?' batin Berlin."Baju dan rambutmu basah," ujar Devan sembari mengusap lembut rambut panjang gadisnya."H-hanya basah sedikit," tukas Berlin terbata-bata. Gadis itu mulai salah tingkah hanya karena perhatian kecil dari Devan."Bibirmu agak pucat. Kau kedinginan?" tanya Dev
Read more
47. Mengikatmu di sisiku
"Hachu!" Berlin mengusap ingus yang mengalir deras dari hidungnya. Gadis itu duduk di mobil Devan dengan mulut membiru karena kedinginan.Devan segera meraih kotak tisu dan mengusap hidung Berlin tanpa sungkan. "Sudah kubilang untuk menungguku, kan? Lihat, sekarang! Jika kau demam seperti ini, siapa yang susah?" omel Devan."Maaf," ucap Berlin lirih."Siapa juga yang mengharapkan maaf darimu?" sinis Devan.Tak banyak basa-basi, Devan segera mengendarai mobilnya pulang. Begitu kendaraan yang dikemudikannya masuk ke area halaman rumah, pria itu dikejutkan dengan kendaraan asing yang sudah terparkir di depan rumahnya di Kota Berlin."Ada tamu?" gumam Berlin."Tunggu di sini! Aku akan ambilkan handuk. Jangan keluar!" titah Devan, keluar terlebih dahulu dari mobil masih dengan keadaan bertelanjang dada."Ingat untuk diam di sini sampai aku kembali! Kau juga tidak ingin dilihat tamu dengan keadaan basah seperti ini, kan?" sambung pria itu sembari menutup kembali pintu mobil dan masuk ke dal
Read more
48. Surat perpisahan
Berlin nampak sibuk mengemasi barang-barangnya dan menyembunyikan koper besarnya di luar rumah Devan. Gadis itu terus celingukan di sekitar rumah untuk mengamati situasi dan bersiap untuk melarikan diri setelah berhasil merampok uang Devan untuk ongkos pulang kembali ke negara asal."Devan sepertinya masih berada di lantai atas. Apa aku rampok uangnya sekarang saja?" gumam Berlin dengan tubuh gemetar ketakutan."Maaf, Devan! Anggap saja ini sebagai hutang. Aku akan membayarmu kembali nanti. Aku harus pulang sekarang! Aku tidak mau berada di sini lebih lama. Kau membuat jantungku tidak sehat," oceh Berlin panjang lebar.Gadis itu sudah membulatkan tekad untuk meninggalkan Devan, sebelum Berlin semakin jatuh hati pada sugar daddy-nya itu.Berlin ingin mengubur perasaannya dalam-dalam dan ingin mencoba melupakan Devan dengan cara pergi sejauh mungkin dari pria itu.Berlin mengambil pena dan kertas, kemudian asyik menulis surat pendek untuk Devan, sebagai tanda perpisahan darinya.'Aku p
Read more
49. Love letter
Devan meraih sepucuk surat yang ada di nakas kamarnya dan menatap lekat-lekat lembar kertas tersebut.Pria itu segera membaca isi dari goresan tinta yang ditorehkan oleh Berlin pada lembar surat berwarna putih itu.'Hai, Devan. Mulai hari ini aku tidak ingin memanggilmu "Tuan" lagi, karena kau bukan lagi sugar daddy yang harus kulayani. Aku mengambil sedikit uangmu untuk ongkos kembali. Aku janji, aku akan mengembalikannya. Kau bisa pegang janjiku.'"Apa-apaan ini? Gadis bodoh itu meninggalkan surat perpisahan?" geram Devan hampir saja merobek kertas itu sebelum ia membaca seluruh isinya.'Kau pasti sangat marah dan ingin menghajarku sekarang karena aku sudah melarikan diri seenaknya tanpa membayar hutangku padamu. Aku pasti akan kembali menemuimu suatu hari nanti dengan uang yang banyak. Tunggu saja,'"Kau repot-repot menulis surat hanya karena uang?"Manik mata Devan memerah seketika dan kepalanya sudah siap meledakkan amarah.'Maafkan aku. Hanya maaf yang bisa kukatakan padamu seka
Read more
50. Confession
"Aku mencintaimu, Berlin. Kau dengar aku, kan? Aku tahu kau pasti berada di dalam bandara ini, kan? Kau ada di sini 'kan, Berlin?" oceh Devan dengan pengeras suara."Apa-apaan ini? Devan mencariku? Apa dia sudah membaca surat yang kutinggalkan?" gumam Berlin lekas berlinang air mata."Tolong jangan pergi, Berlin! Aku ingin kau tinggal di sisiku," ujar Devan tegas."Kau mendengarku, kan? Bisakah kau datang ke pusat informasi sekarang? Aku akan menunggu sampai kau datang. Ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu. Kuharap kau ada di sini untuk mendengarnya," pungkas Devan, tak lagi melanjutkan perkataannya.Pria itu keluar dari ruang pusat informasi dan menunggu di sekitar ruangan tersebut dengan gelisah. Devan terus celingukan kesana-kemari, berharap gadis pujaannya mendengar perkataannya dan mau menghampirinya."Apa Berlin tidak mendengar suaraku tadi? Atau Berlin belum tiba di bandara?" gumam Devan mulai gusar dan tak sabaran menunggu kedatangan gadisnya.Sementara, orang yang ditun
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status