Semua Bab JODOH TAK TERDUGA: Bab 61 - Bab 70
145 Bab
BAB 61 : Saran Bijak Lili
Saat ini Arin sedang rebahan di ranjangnya sambil memainkan ponsel. Bukan memainkan ponsel, tapi menatap ponsel, berharap ponselnya berbunyi ada pesan masuk atau telepon. Sekeras apapun Arin mencoba untuk tidak berharap pada Dariel tapi tetap saja sulit. Lili duduk bersandar pada tembok di ujung ranjang. Lili juga sedang memainkan ponsel, namun berbeda dengan Lili yang sibuk scroll sosial media, Arin hanya diam saja menatap ponsel. Hal itu tidak luput dari penglihatan Lili. “Kak, lagi ada masalah apa? Cerita sama Lili. Kali aja Lili bisa bantu, kasih saran misalnya.” ucap Lili. Arin hanya diam mengabaikan tawaran Lili. “Aku tau kakak lagi ada masalah, tapi bukan karena kerjaan. Karena cowok, kan?” tanya Lili. Arin mendelik lalu fokus lagi melihat ponselnya. “Bener berarti, masalah cowok ini mah. Kenapa kak? Cowoknya cuek? Apa sel
Baca selengkapnya
BAB 62 : Penyebab Kebakaran
Dariel menempelkan ponselnya di telinga kanan. Sudah berkali-kali Dariel menelepon Arin tapi tidak diangkat. Dariel mengerutkan keningnya, ia jadi khawatir pada Arin. Dariel sudah pulang kerja dari tadi dan sekarang ia sedang berusaha menelepon Arin. Ia sudah membaca semua pesan Arin. Ia merasa bersalah tidak pernah menghubungi Arin. Chat terakhir yang ia terima membuat ia takut. Takut Arin benar-benar meninggalkannya. * Api itu padam menjelang subuh. Bantuan dari pemadam kebakaran cukup membantu meski pun mereka kewalahan memadamkan api itu. Rumah Arin itu bisa dibilang sederhana tapi kobaran api itu seolah membakar gedung besar. Apinya sangat besar. Arin dan Lili sudah tenang dibanding tadi malam. Lelah menangis Arin hanya diam melamun. Arin dan Lili diamankan di rumah pak Cakra. Bu Cakra tidak henti-hentinya menenangkan Arin dan Lili yang terus menangis. S
Baca selengkapnya
BAB 63 : Rencana
Dari berangkat hingga sekarang masih Arin yang mengemudikan motor itu. Lili dibonceng Arin.Selama perjalanan ke kota Arin melipir memasuki mall. Mumpung belum terlalu malam dan toko masih buka. Ia akan membeli ponsel terlebih dulu.“Ngapain beli ponsel kak?”“Biar ngga susah komunikasi.” Arin menjawab sambil melihat ponsel-ponsel yang berjejer di etalase.Arin tidak membeli ponsel baru, ia membeli ponsel bekas yang penting kualitas masih bagus dan bisa digunakan untuk telepon. Arin membeli 2 ponsel, satu untuknya, satu lagi untuk Lili. Ponsel mereka tidak tau ada dimana, paling hangus terbakar. Saat siang sepulang dari makam pun Arin dan Lili mampir ke rumah mereka yang terbakar itu, dan memang tidak ada barang-barang yang bisa diselamatkan lagi.Selain membeli ponsel ia juga membeli kartu perdana, untuk Lili juga.“Sorry buat sekarang kita beli ponsel bekas dulu, kita mesti menghemat dulu. Nanti kalo kakak gajihan kita beli ponsel baru.”“Aku ngga masalah sih, kak. Ini juga udah lum
Baca selengkapnya
BAB 64 : Dariel, Dewa, Richard
Di ruang meeting ukuran kecil itu disana ada Dariel, Dewa dan Richard yang duduk mengelilingi meja bundar. Diatas meja itu terdapat proyektor, laptop dan berserakan berkas-berkas. Meeting ini tidak begitu kaku, yang penting nyaman, karena pembahasan meeting ini rencana Dariel untuk memberantas orang-orang yang terlibat dalam penggelapan dana. Apakan ini bisa disebut meeting? Anggap saja begitu. Jika biasa kita temukan penggelapan dana itu dilakukan oleh satu hingga dua orang dalam satu perusahaan, tapi Dewa menemukan jika yang melakukan penggelapan dana itu banyak orang di hampir seluruh anak cabang HP Group di Asia dan semua orang itu saling terkait. “Pertama saya menyelidiki semua proyek yang pernah ditangani oleh HP Group. Dan yang paling sering terlibat di setiap proyek itu adalah pak Bowo, dia bagian Legal di HP anehnya dia selalu terlibat di setiap proyek.” Dewa menghentikan penjelasannya. “I don’t know, apakah memang di HP Group ini orang Legal bisa terlibat di setiap proy
Baca selengkapnya
BAB 65 : Bertengkar lagi
“Ngga nyangka acara Rising Star our Company tinggal 8 hari lagi.”“hm.”Kalya mengeluarkan makanan yang ada di dalam lunch bag. Ia menata makanan itu di atas meja.Sudah menjadi rutinitas sehari-hari jika Kalya akan menyediakan makanan di jam makan siang untuk Brian. Brian tidak meminta untuk disediakan makanan hasil masak Kalya setiap hari, delivery food juga tidak masalah.Dulu ia pernah menyarankan Kalya untuk delivery food, niatnya baik hanya tidak ingin membuat Kalya terlalu lelah dan bangun terlalu pagi, namun karena Kalya tersinggung mereka jadi bertengkar lagi, padahal baru saja 3 hari dari mereka baikan dulu.Flashback“Bangun jam berapa?” tanya Brian sambil melihat Kalya yang sedang menyiapkan hasil masakannya untuk mereka santap bersama. Bukan tanpa alasan, tapi ia melihat lingkaran hitam tipis di sekitar mata Kalya. Padahal Kalya sudah mencoba menutupinya menggunakan foundation.“Jam 4 subuh.”“Kalo tidur?”“Semalem kan mas ngajak aku keliling malem-malem, pulang jam 11 ma
Baca selengkapnya
BAB 66 : Telepon Interview Lili
Selama lima hari ini Arin dan Lili disibukkan dengan kepengurusan berkas kependudukannya. Arin dan Lili membuat Kartu Keluarga dan KTP yang baru dengan beralamatkan tempat kontrakan Arin. Tidak mudah bagi mereka untuk mengurus berkas itu, dikarenakan berkas pendukungnya juga tidak ada, terutama surat kepindahan.Awalnya Arin dan Lili mengunjungi rumah pak RT dan pak RW untuk meminta surat pengantar untuk pembuatan KK dan KTP. Arin juga bercerita mengenai musibah yang ia alami sehingga memutuskan pindah kesini. Setelah mendapatkan surat pengantar dari RT dan RW, selanjutnya Arin mendatangi kantor kelurahan. Syukurlah saat ke kantor kelurahan juga lancar.Namun kesulitan ia temui saat datang ke kantor kecamatan. Ternyata antriannya cukup panjang dan mereka datang cukup siang, yakni setelah mengambil surat lamaran yang dibuatkan oleh Lina waktu itu. Makanya sudah telat jika mau mengurus berkas.Tidak ada pilihan lain jadinya Arin dan Lili mengurus berkas di kecamatan keesokan harinya. Me
Baca selengkapnya
BAB 67 : Ancaman untuk Dewa dan Citra
“Tenang aja Li. Interview itu jangan dianggap serius. Kalo kamu ngga diterima kerja disana ntar mbak cariin kerjaan buat kamu.” ucap Lina.“Makasih, mbak.” ucap Lili.Saat ini mereka sedang sarapan bersama. Sama seperti tujuan menginap semalam, Lina mau belajar masak. Buktinya sarapan kali ini Lina yang buat, diajari Arin. Lina membuat yang dasar dulu, yaitu nasi goreng.Sebenarnya Lina tidak terlalu buta dalam memasak. Untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang diperlukan memang iya sudah tahu, hanya saja saat membumbuinya selalu tidak pas. Tadi saja nasi gorengnya tidak terasa rasanya, hambar.“Siap mbak. Ngomong-ngomong nasi goreng buatan mbak enak.”Citra tertawa meledek.“Tadi rasanya hambar. Disuruh Arin tambahin garam baru deh ada rasanya.” - Citra“Biarin wleee… Yang penting ini enak.” Lina menjulurkan lidahnya meledek Citra.“Karena mbak lagi seneng karena masakannya enak, biar mbak aja yang anter kamu interview. Sekalian mbak juga mau jajan kue.” - Lina“Beneran gapapa mba
Baca selengkapnya
BAB 68 : Salah Dariel
“Bos denger kan apa yang Arin bilang tadi, jadi jangan macem-macem.” ancam Dewa.“Berani lo ngancem gue, hah?” sewot Dariel.Dewa mengangguk cepat.“Mulai sekarang lo mesti hati-hati sama gue, bos. Nyonya besar bisa ngamuk kalo gue ngadu. Apalagi gue punya akses ke bu bos.”“Bangke lo.” Dariel melempar pulpen yang dipegangnya ke arah Dewa. Namun dengan begitu mudahnya Dewa menangkap pulpen itu.Aldo yang tidak mengerti hanya diam saja. Richard sedikitnya paham, namun dia diam saja juga.Baru pertama kali ia melihat Dariel terlihat kesal bukan karena pekerjaan. Biasanya Dariel kesal jika ada karyawannya yang membuat kesalahan fatal, namun ini kejadian langka, Dariel kesal karena wanita. Ternyata kelemahan Dariel bisa juga ada pada wanita.Richard jadi ingin tahu Arin itu orang yang seperti apa. Ia ingin mengucapkan terima kasih, karena ia sudah berhasil mengalihkan atensi Dariel dari orang yang sangat workaholic.“Lo aman sampe maret. Lewat dari bulan maret kalo Arin masih ngga ngabari
Baca selengkapnya
BAB 69 : Interview dengan Ambar
Di dalam ruangan berukuran 5x5 itu Lili sedang duduk dengan gelisah. Sudah waktunya untuk interview, tapi pemilik bakery ini katanya sedang ke toilet dan dia di suruh nunggu.15 menit berlalu…Masih belum ada juga.Lili jadi teringat perkataan Arin semalam.‘Kalo kita lama dipanggil untuk interview tapi ngga ada kandidat lain selain kamu yang diinterviewnya, jangan coba-coba pegang ponsel sama harus tetap duduk sopan.’‘Kenapa, kak?’‘Mereka lagi nguji kamu.’Sebenarnya Lili juga tidak paham apa maksud ‘nguji’ yang Arin katakan. Mungkin mereka lagi nguji kesabaran kita.35 menit berlalu…CeklekMendengar ada yang masuk ke dalam ruangan ini, Lili sontak berdiri dan membungkuk sedikit sambil tersenyum kepada orang yang masuk itu. Ada seorang wanita paruh baya yang masuk ke dalam ruangan ini, mungkin sekitar 50 tahun.Wanita itu tersenyum dan menyalami Lili.“Sorry lama nunggu, ya?”Tidak tau harus menjawab apa, Lili hanya tersenyum canggung. Ngangguk takut tersinggung, geleng takut disa
Baca selengkapnya
BAB 70 : Foya-Foya
Masih pagi begini Norway Bakery memang belum banyak pengunjung. Lina duduk di pojok dan memesan 2 brownie, 2 cheese cake dan 2 hot chocolate, untuk dirinya dan Lili nanti seusai interview. Lina sengaja mengantar Lili karena ia ingin memberi ruang pada Arin dan Citra untuk mengobrolLina prihatin dengan kisah cinta kedua temannya itu.Pesanan Lina datang. Waitress tersebut meletakkan pesanan Lina di atas meja.“Mbak.” panggil Lina pada waitress itu. “Aku liat biasanya disini pegawainya ada banyak. Kok sekarang dikit ya?”“Iya mbak, kami lagi butuh pegawai juga. Soalnya beberapa pegawai di mutasi oleh pemilik ke cabang yang baru di Jakarta sama Bandung.”“Ohhh pantes… Adek temenku juga lagi diinterview diatas.”“Wah? Mudah-mudahan diterima ya, mbak.”“Aamiin.”Waitress itu pergi melanjutkan pekerjaannya.Lina mulai memakan cheese cakenya. Baru beberapa suap, Lili sudah datang menghampirinya. Lili duduk di hadapan Lina.“Gimana interviewnya?”“Aku diterima mbak. Besok udah bisa mulai ker
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status