All Chapters of Ternoda sebelum Malam Pertama : Chapter 11 - Chapter 20
268 Chapters
Garis Merah
"Hamil?" Gus tersentak. Ia memandangku setelah sempat menoleh pada Fay. Detik kemudian, senyum terbentuk di bibirnya. Gus Bed pasti senang aku hamil. Tapi, apa jadinya jika yang kukandung adalah anak Fay dan dia mengetahui itu?"Wah, MaasyaAllah. Cepat sekali ...." Tangan kanan Bude memegangi pundakku, sementara tangan lain memegangi perut."Tapi kan Adek datang bulan." Gus menimpali kemudian."Oh." Wajah Fay meredup. Syukurlah, ucapan Gus menghancurkan dugaannya. Apa kamu sangat ingin aku hamil anakmu, Fay? Jika iya, kamu sungguh di luar batas. "Em, ya. Li sedang datang bulan Bude. Hehe." Aku meringis senang."Ouh, jadi datang bulan. Kalau begitu mungkin sedang masuk angin kali." Bude berasumsi. "Ya, sudah. Lebih baik kita masuk sekarang. Barusan sudah ada panggilan.""Ya, Bude." Gus Bed setuju, ia lalu memegangi dua pundakku dan merangkulnya sembil berjalan. Lalu pria itu menyempatkan berpamitan pada Fay."Mari Kang, kami pergi dulu.""Ya." Fay menjawab singkat sembari meraih tan
Read more
Kerancuan Nasab
Ya Rabb ... bagaimana hamba akan menghadapi rasa bersalah yang makin besar ini? Apalagi yang bisa kulakukan sekarang selain memohon belas kasihMu, meratap atas banyaknya kesalahan dan dosa yang membuatMu murka ....Tak ada yang bisa kulakukan selain menangis. Air mata yang terus saja luruh tanpa bisa kubendung barang setetes. Bagaimana jika ini adalah anak Fay? Apa yang akan kukatakan pada Gus Bed saat ia tahu anak dalam kandunganku bukan anaknya?Bagaimana juga caraku menghadapi Fay? Aku yakin dia tak akan tinggal diam begitu tahu aku tengah hamil anaknya."Mau kakak bikinin anak berapa, Li?" tanya Fay yang hari itu memelukku dalam posisi duduk. Aku yang duduk di pangkuannya, menelengkan kepala menggodanya. "Yang banyak ... sampai rumah kita penuh dengan anak-anak."Kami duduk di bawah pohon rindang di pagar belakang kampus. Tempat yang biasa kugunakan 'ngisep' narkoba dengan teman-temanku kini jadi tempat favorit kami menghabiskan waktu bersama."Banyak? Emang sanggup ngel
Read more
Sangkaan Seorang Hamba
"Excuse me ...." (permisi)Suara seorang cabin crew datang mengejutkan. Kami sontak menoleh."Please don't make a fuss," sambungnya lagi.Lagi dan lagi. Ini seperti kebetulan yang diatur oleh Tuhan. Setiap kali aku akan bicara, ada saja sesuatu yang menahannya.Mungkin kah memang aku harus menutupnya rapat-rapat ya, Allah? Setidaknya itulah yang kuyakini sekarang. Aku seperti mendapat teguran dari sisi diriku yang lain, aib yang sudah Allah tutup rapat malah akan kubuka sendiri. Belum tentu anak yang kukandung anaknya Fay, mengingat KB yang kupasang sehari setelah akad. Dalam waktu itu aku sudah berkali-kali melakukan hubungan suami istri dengan Gus Bed."Oh, okay. Sorry." Gus Bed menyahut."Ayo, Dek. Adek dengar 'kan kita mengganggu orang lain di sini." Kini Gus mengajakku kembali ke kursi dengan mengarahkan tangannya ke sana."Can I help you, Mister?" (Bisakah aku membantumu, Pak?) Wanita berseragam seksi itu menawarkan bantuan."Are you sick, Miss?" (Anda sakit, Bu?) Belum lagi G
Read more
Ghodul Bashar
Apa yang sebenarnya terjadi, Gus? Jika kamu punya masa lalu, tak berkenan kah bercerita padaku?Apa karena masa lalu itu juga Gus Bed bisa menerima semua keburukan di masa laluku sebagai gadis bebas pecandu narkoba? Ya, bisa jadi.Jujur saja aku sangat penasaran wanita mana yang sempat singgah di hatinya? Apa mereka juga melakukan hal yang aku dan Fay lakukan? Karena jodoh itu adalah cermin. Jika kita tak bisa menjaga diri, maka jodoh kita yang bahkan belum bertemu, juga tidak menjaga diri.Nyeri. Cemburu. Itu lah dua kata menggambarkan hatiku sekarang. Aku menyesal dulu terlalu bebas dan berpacaran. Aku takut Gus pun berlaku hal yang sama di masa lalu.Pria yang sudah mengangkut koper-koper dari bagian bagasi itu mendekat. Sedikit pun tak tampak lelah di wajahnya. Kenapa binar selalu menghias wajah tampanmu, Gus? Belum pernah sekali saja terlihat gurat beban di sana.Yah, aku pasti salah paham. Gusku tidak mungkin seburuk aku. Kutekan prasangka itu kuat-kuat. Meski nanti ada waktuny
Read more
Flashback
"Kapan giliran saya?" tanyaku pada PJ acara."Setelah ini, Gus. Selesai Mbak Liana Anindita." Lelaki yang membawa kertas di tangan itu menjawab."Hem." Aku manggut-manggut. "Memangnya Mbaknya itu siapa?" Penasaran saja karena bisa sampai diundang di acara sebesar sekarang. Seminar mahasiswa yang melibatkan beberapa kampus sebagai peserta. "Beliau dosen di Universitas Islam. Diundang jadi pembicara karena mendapat nilai comelaude saat lulus S1 di sini.""Waw, S1 jadi dosen?""Bukan, beliau sudah S2. Direkomendasikan langsung oleh profesor saya jadi dosen di Universitas Islam.""Memangnya S2 di mana?" "Sastra Arab di Malaysia." "Wah jauh." Entah kenapa aku jadi banyak bertanya. Padahal tak ada ketertarikan sedikit pun pada gadis itu, walau tadi sempat berpapasan sebentar. Gadis yang terlihat manis dengan hijab lebarnya. Perempuan bernama Liana itu terus bicara di atas podium. Sejak memperkenalkan diri aku sama sekali tak tertarik atau pun peduli hingga dia mengulas sebuah pernyataa
Read more
Kepribadian Fay
"Memangnya kalau kakak ikut, Li mau kasih apa?" godaku pada gadis cantik di ujung telepon, yang akhir-akhir ini selalu bersikap manja."Em, apa ya ....? Kakak mau apa? Bakso?""Gak lah. Bosen. Mau yang lebih dari itu ....""Apa ya? Semuanya udah aku kasih ke Kakak lho. Sampe bingung mau kasih apa lagi?" "Masa? Kakak ngerasa belum semua, deh. Kakak maunya yang lebih lho.""Hem. Mulai deh .... tolong dikondisikan ya pikirannya. Tidak ada kemesuman di antara kita." Li seolah tahu apa yang kupikirkan. Ini gara-gara Doddy yang manas-manasin tempo hari. "Cewek ... sebelum lo tiduri, dia bakal campakkan lo setelah dapat pria yang lebih baik!" ucapnya meremehkan. Pemuda itu jauh lebih muda dariku, tapi otaknya ngeres luar biasa. Gara-gara itu aku jadi sering iseng godain Li untuk diajak ML."Ya, udah. Pokoknya ikut aja. Hang out kali ini bakalan seru, karena Liana Anindita yang jadi peje-nya.""Yah, okelah apa sih yang nggak buat Li.""Janji?!""Ish kayaknya gak bisa banget ya jauh-jauh da
Read more
Hati Seorang Ibu
Langkahku perlahan memasuki kamar dengan ornamen klasik. Menapaki deretan keramik kotak besar yang berkilau sepanjang ruangan. Perabot mewah juga berjajar di sana. Dari sini semua orang akan tahu bahwa Fay berasal dari keluarga kaya, papanya juga seorang pria keturunan Belanda. Mereka punya banyak bisnis yang dijalankan oleh orang lain.Pernah suatu ketika saat bersama, aku mengejek Fay karena meminta ditraktir bakso di warung favorit kami."Ye ... masa anak orang kaya minta traktir!" Dia hanya tertawa gemas. Tak jarang rekeningku tiba-tiba gendut, dan ketika aku menanyakan, Fay seringkali berkilah.Pria itu seringkali bersikap sederhana. Tak menampakkan sedikit saja kesombongannya karena memiliki harta lebih. Hem, kenapa Fay kembali mengisi ingatan? Ini pasti karena cemburu yang kurasakan lantaran tahu tentang masa lalu Gus, lalu sisi burukku membalas dendam dengan mengingat kebaikan Fay. Seolah lupa, pria itu yang mendatangkan prahara dalam hidupku.Kututup pintu kamar setelah se
Read more
Akhirnya Jujur
"Mau tambah?" Fay bertanya, tangannya memangku kepala di atas meja.Aku menggeleng. "Udah kenyang Kakak Sayang.""Masa makan dikit udah kenyang?""Ini semangkok lho, bakso pula. Ish ... kasian perut nih, terlalu berat makannya." Kuputar tangan mengusap perut, memperlihatkan pada Fay betapa kenyangnya aku."Biasanya aku gak pernah lho nyiksa perut gini. Demi Kakak, kujadwal makan beginian," sambungku lagi sambil menyeruput air putih hangat dalam gelas."Emang biasa makan apa?""Yang sehat lah, sayur, buah ....""Cokelat." Fay menyela, sambil memiringkan senyum. "Percuma makan sehat kalau doyan ngemil cokelat." Tangannya mengaduk-ngaduk es teh dalam gelas."Kan ngemilnya gak terus-terusan," bantahku. "Serius, deh. Aku punya pencernaan sensitif. Pernah dulu tiap hari makan bakmie saking doyannya, dapat seminggu langsung drop. Abah sama Ibu sampe bingung. Akhirnya dibawa ke rumah sakit dan opname. Katanya lambungku radang. Sejak saat itu, tiap pagi aku cuma makan umbi-umbian sama jus."
Read more
Maafkan Aku, Gus!
"Wah, musim dingin." Bude Arina melangkah mendekat jendela. Dari sana benda putih-putih mulai berjatuhan dari langit.Aku melihatnya dengan takjub, berjalan mengikuti Bude di belakangnya."MaasyaAllah. Ini kah salju pertama?" Melihat pada Bude lalu menengok pada Gus Bed. Barangkali seperti kemarin saat ia bersikap layaknya pemandu wisata yang menjelaskan banyak hal padaku. Gus tampak tak tertarik, fokus makan dan tak peduli pada kami.Bude Arina menangkap hal itu. Ia mengalihkan obrolan dengan memintaku kembali ke kursi melanjutkan sarapan."Kamu harus banyak makan, Nduk. Sebelum benar-benar ngidam masuk bulan ke dua. Mual kemarin mungkin karena masuk angin." Bude menambahkan kentang rebus ke piringku."Hem. Ya, Bude." Aku tersenyum miris. Sungguh suasana ini begitu canggung. Aku tak kuat jika terus diperlakukan dingin oleh Gus Bed."Oya, bude harus ke kantor migrasi hari ini. Kalian harus berkeliling. Salju pertama akan jadi pemandangan indah untuk dilihat. Gunakan jaket tebal. Titi
Read more
Khawarim Almuruah
Jari-jariku bergerak mengusap kaca yang basah akibat uap salju, sembari memegang ponsel di sisi tangan lain. Aku tersenyum ketika sebuah nama terukir di sana. 'Ubaidillah'Bahkan hanya membaca namanya saja dadaku berdebar."Ya, Bu?" Kusapa lagi orang di ujung telepon. Ibu tak pernah lupa bertanya bagaimana kabar anaknya yang berjauhan dari keluarga. Setidaknya dalam seminggu bisa dua kali kami saling sapa lewat seluler."Ndak ada yang terjadi kan?""Ndak, Bu. Bude Arina sangat baik, Bu. Dia berbeda dengan ...." Ucapanku menggantung, enggan menyebut pria jahat yang notabene adalah darah daging Bude Arina."Hari ini kami akan berkeliling Amsterdam," sambungku diikuti tawa kecil bahagia."Alhamdulillah, ibu senang. Kamu berhak bahagia, Li. Sebenarnya ibu mau menyampaikan apa yang Om kamu katakan.""Soal kampus?" "Ya. Lebih dari itu. Tapi sepertinya nanti saja. Sekarang gunakan bulan madu kalian untuk bersenang-senang." Ibu menyambung.Dahiku mengerut. Apa maksud Ibu? Ada masalah kah? A
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status