Share

Akhirnya Jujur

"Mau tambah?" Fay bertanya, tangannya memangku kepala di atas meja.

Aku menggeleng.

"Udah kenyang Kakak Sayang."

"Masa makan dikit udah kenyang?"

"Ini semangkok lho, bakso pula. Ish ... kasian perut nih, terlalu berat makannya." Kuputar tangan mengusap perut, memperlihatkan pada Fay betapa kenyangnya aku.

"Biasanya aku gak pernah lho nyiksa perut gini. Demi Kakak, kujadwal makan beginian," sambungku lagi sambil menyeruput air putih hangat dalam gelas.

"Emang biasa makan apa?"

"Yang sehat lah, sayur, buah ...."

"Cokelat." Fay menyela, sambil memiringkan senyum. "Percuma makan sehat kalau doyan ngemil cokelat." Tangannya mengaduk-ngaduk es teh dalam gelas.

"Kan ngemilnya gak terus-terusan," bantahku. "Serius, deh. Aku punya pencernaan sensitif. Pernah dulu tiap hari makan bakmie saking doyannya, dapat seminggu langsung drop. Abah sama Ibu sampe bingung. Akhirnya dibawa ke rumah sakit dan opname. Katanya lambungku radang. Sejak saat itu, tiap pagi aku cuma makan umbi-umbian sama jus."

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status