All Chapters of Kapokmu Kapan, Mas?: Chapter 11 - Chapter 20
79 Chapters
11. Teriakan Tengah Malam
Kapokmu Kapan, Mas? (11)Bang Robi marah-marah pada Kak Elfa karena dua orang dukun yang tadi datang bukanlah suruhan teman kakaknya. Suamiku itu bahkan mengancam akan memberi pelajaran pada dua orang tadi bila dirinya sudah terlepas dari Miska."Lah, mana Kakak tau kalau dua dukun yang tadi itu gadungan, Dek? Kebetulan banget, kan, datengnya pas temen Kakak bilang orangnya udah dekat sini. Jadi, ya, Kakak pikir betulan mereka." Kak Elfa bicara sambil menahan tawanya.Bang Robi kembali menggerutu."Gimana rasa minumannya, Dek?" tanya Kak Elfa.Pertanyaan itu semakin membuat Bang Robi marah-marah menyumpahi kedua dukun gadungan itu. Bukannya prihatin, Kak Elfa malah menyemburkan tawanya. Sebenarnya aku juga ingin melakukan hal yang sama. Lelah menahan tawa, tetapi aku tak berani menertawai Bang Robi dan Miska di depan mereka. Aku masih harus berpura-pura prihatin."Dek, tolong ambilin Abang minum, dong!" pinta Bang Robi.Segera saja aku keluar kamar dan mengambilkan minum di dapur. Tak
Read more
12. Setelah kesurupan
Kapokmu Kapan, Mas? (12)Bang Robi tak berhenti berteriak kesakitan."Gimana, nih, Kak?" Aku bertanya.Kak Elfa malah menggidikkan bahunya."Gak tau, Ti. Kakak juga gak berani masuk ke dalam. Bisa-bisa kita kena sasaran juga. Kamu lihat sendiri tadi Tante Riri tatapannya tadi kayak gimana, kan? Kakak takut, Ti.""Iya, ya, Kak. Aku juga takut.""Udah, kita tungguin aja, Ti. Mudah-mudahan Tante Riri bisa sadar sendiri."Kak Elfa lalu mengajakku duduk di sofa ruang keluarga yang terletak persis di depan kamar Miska. "Loh, yang lain ke mana, Kak?" Aku bertanya karena tak melihat saudara-saudara Bang Robi yang tadi datang bersama Kak Elfa."Pada kabur," jawab Kak Elfa lemah."Kok, kabur, Kak?""Gimana enggak kabur, Ti, mereka dikejar-kejar sama Tante Riri. Cuma Kakak yang enggak dikejar.""Emang, tadi ritualnya di mana, Kak?""Di situ." Kak Elfa menunjuk kamar Miska."Tante Riri juga kesurupannya di situ. Yang ada di situ kena tampar semua. Dukunnya aja kena jambak. Makanya pada kabur," j
Read more
Sayembara
Kapokmu Kapan, Mas? (13)"Ampun, Kak! Robi jangan disiksa terus, dong. Apa, sih, salah Robi sampe sial mulu kayak gini?" Bang Robi meringis.Apa salahnya? Memang sudah tak waras sepertinya pria itu! Masih sok suci."Salah kamu udah jelas banyak banget, pake nanya segala," omel Kak Elfa.Kak Elfa lagi-lagi menceramahi adiknya. Bang Robi terus saja membela diri tak mau disalahkan meski sudah jelas-jelas salah.Aku dan Tante Riri hanya diam menyaksikan keduanya bertengkar.Miska lebih banyak diam. Aku bisa mendengar isak tertahan dari sepupuku itu. Mungkinkah dia sudah menyesal?Tante Riri pamit pulang setelah Kak Elfa dan Bang Robi selesai dengan perdebatannya."Biar aku yang anter, Tan! Sekalian aku keluar cari sarapan," tawarku saat Tante Riri sedang bersiap-siap.Sebelum keluar, aku meminta Kak Elfa beristirahat sambil menunggu aku datang dengan sarapan. Kak Elfa kupersilakan tidur di kamarku, tetapi ditolaknya dengan alasan agar dapat segera terbangun bila terjadi sesuatu.Aku beran
Read more
Kedatangan Mas Aryo
Kapokmu Kapan, Mas? (14)Bang Robi terus menangis tanpa henti. Merengek seperti anak kecil meminta permen kepada ibunya. Kak Elfa malah tertawa melihat itu."Kapok sekarang?" tanya Kak Elfa.Bang Robi tak menjawab. Dia masih terus menangis mengeluhkan nasibnya yang terus-menerus tertimpa kesialan.Malam menjelang, pintu rumah masih ada yang mengetuk. Aku segera keluar untuk memeriksa. Sudah lebih dari satu jam tidak ada yang datang menawarkan diri untuk membantu melepaskan gancet Bang Robi dan Miska. Entah siapa yang datang kali ini.Aku terperanjat ketika mendapati Mas Aryo saat pintu terbuka. Kakak sepupuku itu datang seorang diri. Wajahnya tampak lelah."Masuk, Mas ...," ajakku.Mas Aryo mengekoriku masuk dan duduk di ruang tamu."Mas Aryo mau minum apa? Aku siapin dulu, ya.""Gak usah repot-repot, Ti. Minuman Mas masih ada, kok." Mas Aryo mengeluarkan botol air mineral dari ransel yang dibawanya. Setelah menenggak separuh isi botol, Mas Aryo meletakkan botol itu di meja yang berad
Read more
Pengakuan
Kapokmu Kapan, Mas? (15)"Ma-maksud Mas Aryo apa?" Aku gelagapan menanggapi pertanyaan Mas Aryo."Mas udah tau semuanya, Ti.""Tau apa, Mas?" Jantungku berdetak makin tak menentu ketika menanyakan itu."Gak perlu Mas jelaskan. Kamu lebih tau. Satu yang Mas mau bilang, Titi yang Mas kenal tidak seperti ini." Setelah mengatakan itu, Mas Aryo berdiri dan berjalan menuju ruang tamu.Sebelum menghilang di balik pintu, Mas Aryo berkata, "Mas pamit ke masjid dulu."Lututku kian melemas seperginya Mas Aryo. Benarkah kakak sepupuku itu tahu apa yang sudah kuperbuat? Apakah dia benar-benar tahu akulah yang membuat Bang Robi dan Miska gancet?Aku memilih masuk kamar setelah mampu berdiri. Tepat saat itu, azan Isya berkumandang. Ada rasa perih yang menjalari dada ketika lantunan azan terdengar. Air mata tak lagi mampu kubendung.Aku segera mengambil wudu setelah azan selesai. Lagi-lagi, air mataku tumpah tanpa sanggup kubendung. Perih itu terus menjalar hingga terasa sampai ke setiap sendiku.Kut
Read more
Upaya Melepaskan Robi dan Miska
Kapokmu Kapan, Mas? (16)Jantungku makin berdetak tak karuan. Jariku bahkan gemetar karena rasa cemas yang mendera. Apa sekarang yang harus aku lakukan?Kak Elfa mengajakku keluar kamar bersamaan dengan beberapa anggota keluarganya pergi mencari bahan-bahan yang diperintahkan si Mbah untuk proses ritual."Ti, bisa tolong Kakak sebentar?" Itu alasan yang digunakan Kak Elfa untuk mengajakku keluar.Kak Elfa lalu membawaku masuk ke kamarku."Gimana, nih, Ti?" Kak Elfa bertanya dengan sedikit berbisik.Aku menggeleng."Enggak ngerti, Kak.""Kamu harus pergi dari sini sekarang juga, Ti!""Tapi, Kak ... gimana caranya aku pergi?"Kak Elfa yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kamar langsung menghentikan langkahnya."Mas Aryo tadi ke mana, Ti?" tanyanya."Ke masjid katanya, Kak. Tapi gak tau, belum pulang-pulang. Padahal tasnya ada di sini.""Nah, coba minta bantuan dia, Ti.""Caranya, Kak?""Nanti kita pikirin caranya, Ti. Sekarang cari Mas Aryo dulu!""Iya, Kak."Aku lantas keluar kamar
Read more
Ritual
Kapokmu Kapan, Mas? (17)Benarkah yang dikatakan Bude Ningsih? Kalau iya, siapa sebenarnya pelakunya? Apa motifnya melakukan ini?Pernyataan Bude Ningsih membuatku gelisah sekaligus lega. Selama ini aku menyangka dirikulah yang membuat Bang Robi dan Miska seperti itu. Sempat terjadi beberapa kali pergolakan batin ketika melihat mereka tersiksa. Ya, kadang aku merasa bersalah, tetapi juga ada rasa puas karena mereka menderita.Siapa sebenarnya yang melakukan semua ini. Orang terdekat Bang Robi, atau orang lain yang tak kukenal? Aku harus mencaritahu itu.Satu-satunya cara agar aku dapat mengetahuinya adalah kembali ke rumah sebelum ritual yang akan dilakukan orang pintar suruhan keluarga Bang Robi mulai. Siapa yang nantinya akan terkena dampak dari ritual itu. Kalau dari cara bicara orang yang dipanggil Mbah itu, bisa dipastikan orangnya ada di sekitar kami.Aku bingung. Akalku tak sampai memikirkan ada orang lain yang ternyata menjadi pelaku utama. Selama ini aku sibuk dengan pikiran
Read more
Setelah Ritual
Kapokmu Kapan, Mas? (18)Aku segera menyanggah tubuh Kak Elfa yang limbung ke arahku."Tolong bantu saya!" Aku memohon.Barulah setelah permohonan ketiga kalinya, ada yang bergerak membantuku memindahkan tubuh Kak Elfa ke sofa depan kamar Miska. Aku segera mencari minyak angin dan mengoleskannya pada kening Kak Elfa. Tak lupa kuberikan sedikit di sekitar lubang hidung Kak Elfa. Semoga saja usahaku bisa membantu.Sayangnya, sampai setengah jam berlalu, Kak Elfa tak menunjukkan tanda-tanda akan siuman."Mas, ini Kak Elfa gimana?" Aku bertanya pada Mas Aryo yang sedari tadi duduk di dekatku.Keluarga Bang Robi seolah tak mau mengurusi Kak Elfa. Mereka malah sibuk berkumpul di kamar Miska dan berbincang dengan orang pintar yang mereka bawa. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Kak Elfa juga saudara mereka yang juga sedang sakit, tetapi seperti tak dianggap ada."Tenang aja, Ti. Beliau enggak kenapa-kenapa, kok. Hanya pingsan karena kelelahan. Butuh istirahat," jawab Mas Aryo."Beneran
Read more
Pengorbanan Mas Aryo
Kapokmu Kapan, Mas? (19)"Maksud Mas Aryo gimana? Efek ritual tadi gimana?" tanyaku."Mas juga kurang jelas lihatnya. Tapi yang Mas lihat, ini efek dari ritual tadi, Ti.""Ya Allah ... terus sekarang kita harus gimana, Mas?""Coba bersihkan kamar ini dari barang-barang ritual itu, Ti! Mas takut akan ada hal buruk lagi kalau benda-benda itu masih di sini."Mas Aryo menunjuk semua benda yang diletakkan di berbagai tempat itu.Aku segera melakukan hal yang diperintahkan Mas Aryo. Semua syarat-syarat ritual itu aku kumpulkan di dapur dalam satu wadah."Ini mau diapain, Mas?" Aku bertanya pada Mas Aryo yang ikut ke dapur bersamaku."Bakar saja!""Serius, Mas? Apa enggak apa-apa?""Itu semua hanya perantara untuk berbuat syirik. Lebih baik dimusnahkan. Bila terjadi sesuatu, percayalah itu bukan dampak membakar semua itu, melainkan sudah kuasa Allah."Benar juga kata Mas Aryo."Iya, Mas."Baru saja aku mau melangkah untuk membakar semua benda-benda ritual itu, Mas Aryo mencegah."Biar Mas sa
Read more
Kembali ke Rumah Sakit
Kapokmu Kapan, Mas? (20)Aku segera berlari ke arah Miska yang pergelangan tangannya terus mengucurkan darah. Wajah Miska kian pucat karenanya. Entah sejak kapan dia mengiris pergelangan tangannya.Segera kucari apa saja yang bisa digunakan untuk membebat tangan Miska. Darah masih saja merembesi kaus yang kugunakan untuk menutupi luka robek yang dibuat Miska. Cukup lama sampai akhirnya darah berhenti merembes."Harusnya Mbak Ti biarin aja aku mati," kata Miska lirih. Wajahnya semakin pucat."Astaghfirullah ... Dek! Sadar kamu bicara seperti itu?" Aku sedikit membentak karena emosi."Lebih baik aku mati, Mbak Ti. Biar gak semakin nyusahin Mbak Ti. Aku malu ...." Miska mulai terisak."Kamu pikir dengan bunuh diri, bisa menyelesaikan masalah?"Miska tak menjawab. Dia masih saja terisak."Kalau kamu mati, belum tentu juga kalian bisa dilepaskan, Mis. Jangan bertindak bodoh!" Aku mengatakan itu sebelum meraih pisau yang jatuh ke lantai.Aku yang salah. Tadi, aku lupa membawa kembali pisau
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status