Semua Bab Kapokmu Kapan, Mas?: Bab 41 - Bab 50
79 Bab
Bab 34
Kapokmu Kapan, Mas? (34)Aku benar-benar penasaran dengan acara di masjid sorenya itu. Jadi, setelah selesai makan, aku segera pamit pulang. Aku ingin bersiap-siap untuk melakukan pengintaian lebih lanjut."Terima kasih banyak, Bu. Saya pamit dulu," ucapku saat Kak Elfa mengantar sampai depan pintu."Hati-hati, ya, Mbak.""Iya, Bu. Permisi."Aku berlalu dari rumah itu dengan perasaan tak menentu.Dari sana, aku langsung pulang ke indekos. Aku segera mengganti penampilan untuk melakukan pengintaian selanjutnya. Kalau benar apa yang kuduga tentang Bang Robi dan Miska, aku akan memberi pelajaran untuk mereka saat itu juga!Aku berganti pakaian dan riasan. Lantas bergegas menuju masjid yang letaknya tak jauh dari rumahku tadi. Aku yakin acara yang Kak Elfa maksud adalah di masjid itu. Sebelum pulang, aku sempat melihat beberapa orang sibuk memasang tiang-tiang tenda.Aku sampai di masjid tepat saat azan Ashar berkumandang. Karena aku sedang berhalangan, aku menunggu di luar masjid sambil
Baca selengkapnya
Bab 35a
Kapokmu Kapan, Mas? (35)Ira. Betul itu Ira! Aku yakin seratus persen bahwa wanita yang sedang berjalan berbelok ke arah toilet bioskop itu Ira."Pak, saya izin ke toilet sebentar, boleh, kan? Bapak antri sendiri dulu, gak papa, kan, Pak?" Aku bertanya ragu-ragu pada Pak Arsyad.Berkali-kali aku membuang pandang pada arah kepergian Ira dengan cemas. Ini kesempatan emasku. Tidak boleh aku sia-siakan begitu saja!"Boleh, dong, Ning. Silakan aja, saya tunggu di sini, ya. Atau nanti kalau udah selesai antri, saya tunggu depan toilet. Biar gak ilang." Seperti biasa, Pak Arsyad selalu melontarkan senyum ramahnya setiap kali berbicara denganku."Iya, Pak. Permisi."Aku langsung berjalan cepat menuju toilet bioskop tempat tadi kulihat Ira memasukinya. Semoga saja aku tidak bersisian dengannya.Aku langsung masuk ke toilet dan mendapati tempat itu penuh sesak oleh beberapa wanita yang sedang mengantre bilik toilet di dalam ruangan itu. Tak kulihat Ira di antara orang-orang yang sedang mengantr
Baca selengkapnya
Bab 35b
Kapokmu Kapan, Mas? (35b)Bagaimana aku tidak tertarik akan kemunculan Ira. Selama dua bulan aku kembali ke kota, aku sama sekali tak mendapati jejaknya. Nomor ponsel dan tempat tinggalnya sudah berganti. Beberapa orang yang kuketahui berhubungan dengannya pun mengakui kehilangan jejaknya. Lalu, dengan tiba-tiba aku aku melihatnya di tengah kerumunan pengunjung bioskop. Siapa yang tidak terkejut?Kami selesai makan tepat saat azan Magrib berkumandang."Temani saya ke masjid di atas dulu, ya, Ning. Bisa, kan?" tanya Pak Arsyad."Bisa, Pak."Kebetulan, saat itu aku sedang berhalangan. Jadi aku hanya menemaninya ke masjid di atap gedung mall saja. Lagipula, aku sedang menggunakan make-up menyerupai wajah Nining. Bisa ketahuan penyamaranku kalau nantinya aku menghapus make-up untuk bersuci sebelum melakukan ibadah wajib.Sampai di atap gedung, kami berpisah. Pak Arsyad berjalan menuju tempat salat pria. Sementara aku menunggunya di deretan kursi taman di sisi lain masjid.Sedang asyik men
Baca selengkapnya
Bab 36
Kapomu Kapan, Mas? (36)Ira menatapku dengan ekspresi panik."Gimana, nih, Ti?"Aku menggeleng. Bingung harus memberi solusi apa."Tadi pas aku berangkat remnya baik-baik aja, kok," katanya lagi.Kami tidak mungkin meneruskan perjalanan dengan kondisi rem blong seperti itu.Dalam kebimbangan, aku tak henti berdoa. Lalu, tiba-tiba sebuah ide muncul begitu saja."Ra, coba masuk ke lahan parkir sana!" Aku menunjuk lahan parkir lantai bawah atap gedung. Untunglah ketahuan rem blong kami masih berada dalam lahan parkir. Entah apa jadinya kalau kami sudah berada di jalan raya ketika baru sadar rem mobil Ira blong.Ira menuruti perintahku. Kami akhirnya masuk ke lahan parkir yang agak kosong. Di sana Ira berusaha mengendalikan mobilnya dan menurunkan gas pelan-pelan sampai akhirnya mobilnya bisa berhenti dengan sempurna."Kayaknya aku masih diincer, Ti," ucap Ira saat mobil benar-benar berhenti."Maksudnya, Ra?" Aku bertanya."Kayaknya orang-orang itu masih ngincer aku, Ti. Kalau kayak gini,
Baca selengkapnya
Bab 37a
Kapokmu Kapan, Mas? (37)Ira. Bagaimana keadaannya? Apakah kebakaran terjadi di unit Ira? Lututku lemas ketika membayangkannya.Aku cepat-cepat menuju bagian depan gedung. Kulihat banyak orang dievakuasi. Akan tetapi, aku tak melihat Ira maupun Pak Arsyad.Aku semakin panik. Ingin rasanya aku masuk ke dalam gedung itu untuk memeriksa keadaan mereka. Sayangnya, baru juga beberapa langkah maju, tubuhku ditahan seseorang."Mbak ... gak boleh ke sana! Bahaya," kata orang itu.Aku bergeming. Lututku semakin seperti tak bertulang saat melihat kobaran api yang semakin besar. Api yang awalnya berasal dari bagian belakang apartemen, dengan cepat merambat ke sisi depan gedung itu.Tak butuh waktu lama tim pemadam kebakaran datang. Mereka dengan sigap mengevakuasi para penghuni apartemen. Aku berusaha mencari keberadaan Ira dan Pak Arsyad di antara orang-orang yang berhasil dievakuasi. Nihil. Mereka tidak ada di sana.Malam semakin larut. Aku tidak bisa berlama-lama di lokasi apartemen Ira. Aku
Baca selengkapnya
Bab 37b
Kapokmu Kapan, Mas? (37b)"Kamu ngapain di rumah sakit?" tanya Pak Arsyad ketika kami sudah di dalam mobil."Saya nyari sodara saya, Pak.""Oh ....""Tadi malam apartemen tempat sodara saya kerja kebakaran. Saya lihat di tivi. Saya takut dia kenapa-kenapa. Makanya saya langsung cari info ke sini.""Oh, saudara kamu kerja di apartemen tempat saya tinggal?"Aku menatap Pak Arsyad."Bapak tinggal di apartemen itu juga? Bapak gak kenapa-kenapa, kan?" Aku pura-pura panik. Ya ... memang aku panik tadinya."Kamu khawatirin saya?" Pak Arsyad bertanya dengan nada menggoda."Pak ... saya lagi gak bercanda, loh.""Iya, saya tinggal di sana. Semalam saya sempat pulang. Tapi langsung keluar lagi karena Mama telpon minta saya tidur di rumah beliau.""Terus, tadi Bapak kenapa tidak masuk kerja?"Pak Arsyad tak menjawab. Cukup lama pria itu diam sampai akhirnya aku mengerti. Dia marah karena aku berulang kali memanggilnya dengan panggilan seperti di kantor. Padahal berkali-kali dirinya meminta dipang
Baca selengkapnya
Bab 38a
Kapokmu Kapan, Mas? (38)Suara itu milik Bang Anton, kakak kandung Bang Robi. Apakah mereka terlibat dalam kematian kedua orang tuaku? Siapa lagi yang terlibat selain mereka? Apakah keluarga Bang Robi terlibat juga? Kak Elfa ... apakah termasuk ke dalamnya?Kucoba redam detak tak beraturan di dada dengan berkali-kali melafazkan istighfar. Barulah setelah aku bisa tenang, kulanjutkan membuka satu demi satu file bukti yang diberikan Ira. Sebagian besar isi file itu berupa pesan chat antara Bang Robi dengan beberapa orang. Di antaranya Bang Anton.Emosiku semakin menjadi-jadi saat mengetahui fakta sebenarnya. Kecelakaan yang terjadi pada kedua orang tuaku, dikarenakan ulah Bang Robi dan komplotannya. Hanya karena proyek kerja, keluargaku dibunuh dengan begitu sadis. Lalu, agar tak ketahuan, Bang Robi sengaja mendekatiku yang rapuh. Ya Allah ... jahat sekali mereka.Falshdisk kedua yang kubuka isinya tak kalah mencengangkan. Isinya adalah bukti Bang Robi menyuruh orang menghabisi nyawaku.
Baca selengkapnya
Bab 38b
Kapokmu Kapan, Mas? (38b)Saat mata kami bertemu, aku bisa melihat wajanya merah padam."Maaf, saya refleks karena khawatir," ucapnya seraya memalingkan wajah."Iya ...." Hanya itu yang bisa kujawab.Pak Arsyad kembali menoleh ke arahku."Kamu sudah makan?" tanyanya.Aku menggeleng."Sedang tidak selera," jawabku acuh.Tanpa pikir panjang, Pak Arsyad langsung menarik tanganku keluar."Mau ngapain, Mas?""Makan! Kita cari makan. Saya gak mau kamu sakit."Pak Arsyad membuka pintu mobilnya dan mempersilakan aku naik. Setelahnya, dia menutup pintu mobil sisi penumpang bagian depan itu. Lalu berjalan untuk naik di sisi kemudi."Kita mau ke mana, Mas?" tanyaku setelah mobil Pak Arsyad melaju."Ke mana saja yang penting cari makan buat kamu." Pak Arsyad bicara sambil fokus dengan jalanan di depannya. Dia sama sekali tidak menoleh ke arahku sejak naik mobil tadi."Tapi saya gak laper, Mas."Tepat saat aku mengatakan itu, mobil Pak Arsyad berhenti karena antrian lampu lalu lintas."Gak ada tap
Baca selengkapnya
Bab 39a
Kapokmu Kapan, Mas? (39)Aku terperanjat melihat kedatangan Pak Arsyad secara tiba-tiba di ruang kerja Bang Robi."Kamu lagi ngapain di situ, Ning?" tanyanya.Aku yang salah tingkah langsung berdiri dari kursi kerja Bang Robi dan berpura-pura membersihkan meja kerja itu."Saya gantiin tugas teman, Pak," jawabku. Aku berusaha mengatur diri setenang mungkin. Padahal, degub jantungku sedang berlarian."Oh ... ya sudah. Lanjutin kerjaan kamu. Setelah itu ke ruangan saya, ya!" Setelah mengatakan itu, Pak Arsyad berbalik arah dan keluar dari ruang kerja Bang Robi.Aku menarik napas lega setelahnya.Cepat-cepat kuselesaikan apa yang sudah kulakukan. Lalu, sesegera mungkin keluar dari ruang kerja Bang Robi. Beruntung, saat keluar aku belum melihat tanda-tanda keberadaan sekretaris Bang Robi. Jadi, semua aman menurutku.Aku berganti arah ke ruang kerja Pak Arsyad. Beliau sudah menunggu di sana. Duduk dengan posisi menopang dagu.Lantai ruang kerja yang sudah kubersihkan sebelumnya, menjadi kot
Baca selengkapnya
Bab 39b
Kapokmu Kapan, Mas? (39b)Perusahaan dan aset-aset berharga yang tak pernah kuketahui sebelumnya, diwariskan untukku. Aku yang dibesarkan Bude Ningsih dengan kesederhanaan, tak terlalu menggubrisnya. Padahal ada orang serakah yang ingin menguasai semuanya. Orang itu adalah Bang Robi."Jadi gimana, Nduk, langkah kamu selanjutnya? Surat-surat berharga warisan orang tua kamu gimana?""Nah itu dia, Bude, masalahnya semua itu hilang.""Memang kamu simpan di mana, Nduk?""Di rumah Mbok Mina, Bude.""Rumah yang kebakaran itu?"Aku mengangguk."Berarti ikut terbakar?"Aku menggeleng."Kemungkinan enggak, Bude. Aku rasa ada yang ambil. Tapi aku gak tau itu siapa. Mau tanya Mbok Mina tapi belum ada kesempatan."Malam itu kuhabiskan dengan bertukar kisah bersama Bude Ningsih. Mendengar nasihat-nasihatnya membuat hatiku terasa damai. Semua sesak dan perih seolah sirna begitu saja.Aku bahkan tertidur di pangkuan Bude Ningsih. Lalu, baru terbangun ketika azan Subuh berkumandang. Posisi Bude Ningsi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status