All Chapters of Jerat Cinta Sang Juragan : Chapter 51 - Chapter 60
526 Chapters
Bab 51
Lastri merasa heran saat kembali ke rumah dan mendapati beberapa orang yang tengah bekerja di dapurnya, saat dia kembali dari rumah pak RT untuk memberikan lauk yang masih tersisa banyak, dia sudah bertanya-tanya dengan melihat ada mobil yang terparkir di depan rumahnya. Walau dia tahu itu pasti mobil milik menantunya, tapi dia tidak menyangka kalau akan ada yang bekerja. Apalagi saat masuk, tidak ditemui anak dan menantunya di sana, bahkan pintu kamar mereka pun tertutup rapat menyembunyikan kedua sosok tersebut. "Kang, ini lagi pada ngapain, ya? Siapa yang nyuruh?" tanya Lastri pada Ade yang tengah mengawasi pemasangan kompor gas. "Eh, Bu ... iya ini tadi den Arya meminta kami untuk memasang tempat cuci piring sama kompor gas," jawab Ade sopan, Bagaimana pun wanita yang ada di depannya adalah mertua dari majikannya, tentunya dia harus menjaga sikap. "Memasang kompor gas dan untuk cuci piring?" Lastri melihat ke arah tungku yang setiap hari menemaninya, juga melihat ke orang yang
Read more
Bab 52
Tirta menggendong Danu yang sudah terlihat tampan dengan setelah kaos biru tua dan celana jeans pendek, cucu dari kakak tertuanya itu akan segera kembali ke Bandung, tak ingin melewatkan waktu untuk bermain dengan Danu, Tirta membawa Danu untuk melihat burung peliharaannya. Sedang Raja dan Cahaya masih bersiap di dalam sekalian pamit dengan Sukma. Tak lama ketiganya keluar, dengan Raja yang membawa tas berisi keperluan mereka selama menginap. Sukma yang berjalan berdampingan dengan cahaya sesekali mengusap perut membuncit Cahaya, dia juga tak sabar mendengar kabar tentang kehamilan Seruni beberapa bulan ke depan. Mengandung penerus keluarga mereka, anak Arya cucu pertama untuknya. "Kalau lahiran jangan lupa kasih tahu Bibi ya, Aya?" kata Sukma penuh perhatian. Cahaya mengangguk, "Iya, Bi, nanti Aya kabarin." "Bibi juga nggak sabar denger kabar kehamilan Seruni." Sukma menerawang jauh, apa yang tadi jadi harapannya, akhirnya tercetus juga. "Aamiin, semoga saja secepatnya ada berit
Read more
Bab 53
Binar harapan yang tadi membuncah dalam dada Sukma tentang kehadiran seorang cucu, meredup dengan cepat. Kenapa dia bisa lupa dengan status pelajar yang masih disandang oleh menantunya? Bahkan pernikahan anak sulungnya itu belum berumur 24 jam, tapi impian tentang kehadiran cucu di antara mereka, membuatnya berharap terlalu besar. Menghela napas kecewa, Sukma duduk di seberang sofa yang diduduk Tirta. Iya Sukma harus menyimpan dulu keinginan itu sekarang. "Ibu udah ngebayangin dalam rumah kita akan ada tangis bayi sembilan bulan ke depan, tapi ... yah, masih jauh ternyata." "Nggak salah juga keinginan Ibu." "Tapi mereka tidak menunda untuk itu kan, yah?" "Maksud Ibu?" "Iya, jangan sampai mereka juga menunda untuk saling memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami istri. Apalagi Seruni masih muda gitu, apa dia paham dengan kebutuhan lelaki dewasa seperti Arya?" Sukma terlihat khawatir sekarang. Perbedaan umur yang jauh antara anak dan menantunya, membuat dia cemas kalau Seruni tidak
Read more
Bab 54
"Seta!" Aji yang baru keluar dari dalam kelasnya menoleh, seorang gadis cantik dengan dandanan modis, berjalan mendekat. Senyuman gadis itu menghiasi bibir. "Kenapa, Rin?" tanya Aji begitu teman kuliahnya itu sudah dekat. Karin, teman sekelas Aji terlihat sedikit malu-malu, namun dia yang terbiasa bergaul bisa dengan cepat menguasai diri. Dia yang diam-diam tertarik pada Aji sejak pertama kali melihat lelaki muda itu, terlihat sedikit canggung begitu berdiri di depan Aji. "Kamu bisa menyelesaikan soalnya?" "Alhamdulillah bisa, makasih ya kemarin udah ingetin aku kalau hari ini ada ujian, kalau tidak aku bisa-bisa nggak ikut. Ya, walaupun aku jadi tidak bisa melihat acara akad kakakku," ucap Aji tulus.Ya, Karinlah yang mengingatkan dia tentang ujian hari ini, saat Aji mengatakan kalau dia kan pulang untuk menghadiri pernikahan Arya. Mendengar ucapan tulus dari Aji, Karin merasakan hatinya berbunga, dia harap Aji juga bisa merasakan apa yang dia dambakan. "Iya, sama-sama, Seta.
Read more
Bab 55
"Nanti kalau Teteh punya uang, Teteh belikan deh. Eh, tapi kan kemarin sudah punya sepatu baru?" "Kapan?" Rara menatap heran Seruni, otaknya berpikir mengingat. "Itu ... yang dibeliin aa waktu ke mall." Seruni mengulum senyum, menunggu protes yang akan Rara berikan sebentar lagi. "Dih, masa sepatu sekolah? Beda lagi atuh, Teh!" Benarkan tebakan Seruni?!Rara protes dengan apa yang dikatakannya. "Sama aja, kan sama-sama sepatu." Seruni terkekeh, apalagi melihat bibir mengerucut Rara. Dia senang bisa menggoda adiknya. "Ya, masa aja Rara pakai sepatu buat sekolah kalau jalan-jalan?" protes Rara berlanjut. "Eh, emangnya siapa yang mengajak kamu jalan?" Seruni masih saja menggoda Rara, walau dia tahu kemana arah pembicaraan Rara. "Aa lah, kan pasti nanti aa ngajak kita jalan-jalan lagi. Kemarin Teteh pelit sih, masa aa mau beliin banyak barang nggak boleh? Padahal Rara mau beli sendal juga, yang biasa dipakai sudah jelek." "Tapi masih bisa dipakaikan? Bukan rusak?" "Udah jelek te
Read more
Bab 56
"Rara?!" Seruni berteriak mencari keberadaan Rara, pekerja yang memasang tempat cuci piring sudah selesai, menoleh mendengar suara panggilan Seruni. "Nyari siapa, Neng? Lagi ada di belakang rumah ibu sama adiknya tadi," kata salah seorang dari mereka menjelaskan. "Oh di belakang ya, Mang?!" Seruni Memburu langkah mencari Rara, sesuai keterangan yang diberikan. Namun rungunya masih sempat mendengar percakapan kedua orang pekerja itu. "Panggil aden, jangan panggil eneng, dia itu istrinya raden Arya." "Aku tahu." "Terus kenapa panggil neng atuh tadi?" "Lupa." Seruni tersenyum sambil berlalu, dan benar saja Rara sedang bersama Lastri di belakang rumahnya, di mana ada kayu bakar yang sedang dirapikan oleh keduanya. "Kan sudah ada kompor gas, Bu." Lastri menoleh saat mendengar suara Seruni. Rara yang terlihat malas membantu Lastri, seakan mendapat ide untuk menolak perintah ibunya. "Tuh kan, Bu ... kata Rara juga apa, sudah ada kompor gas, kenapa juga harus pakai kayu bakar lagi?
Read more
Bab 57
"Hai!" sapa Seruni dengan gerakan cepat menutup kembali pintu. Maya, Didi, dan seorang lagi yang tengah berdiri membelakangi, hingga Seruni tidak tahu siapa, melihat ke arahnya yang masih berusaha bersikap biasa. Menyamankan debaran jantung yang masih berdegup kencang karena takut juga cemas. Maya yang duduk di kursi depan, menatap Seruni dengan tatapan menyelidik. Banyak keanehan dari sikap sahabatnya yang bisa dirasakan Maya. Apalagi sikapnya yang merasa sudah dekat dengan keluarga gadis itu, tadi sempat membuka pintu dan terkejut melihat penampakan ruang tamu sahabatnya. Dia tentunya tidak salah arti untuk mengartikan kursi apa dengan dekorasi yang ada di sana. Sebuah pelaminan. Namun bagaimana dan untuk apa semua itu, tentu saja Maya tidak bisa menebaknyaApalagi melihat adanya mobil yang terparkir di depan rumah Seruni, menegaskan Maya kalau saat ini ada seseorang yang bukan keluarga inti dari Seruni. Belum lagi Rara yang tidak mempersilakannya masuk seperti biasa, malah dengan
Read more
Bab 58
Arya yang mendengar itu bergegas masuk ke ruang tengah, memanggil pekerja untuk membawakan dua kursi dari ruang makan untuk dihantarkan ke depan. "Mang, tolong bawakan kursi ke depan, dua. Lalu tolong dicopot background di ruang tamu, tapi ingat jangan sampai rusak dan berisik." Kedua orang itu dengan sigap mengikuti perintah Arya, masing-masing membawa kursi yang diminta Arya. Arya merasa lucu juga kesal dengan situasi yang ada, di mana dia harus bersembunyi dan mencuri dengar, apa yang dibicarakan istrinya dengan teman sekolahnya. Apalagi saat pertanyaan tentang mobilnya ditanyakan, Arya tahu pasti Seruni dan Lastri bingung untuk menjawab bagaimana. Lastri memasuki ruang tengah dan melihat Arya yang duduk di ruang makan, teringat tadi dia mengakui Arya sebagai kerabatnya, Lastri mendekat untuk meminta maaf karena Lastri tahu Arya pasti mendengar pengakuannya tadi. "A, Ibu minta maaf tadi--" "Iya, Bu, nggak pa-pa Arya mengerti. Ibu tenang saja." Arya tersenyum menenangkan Lastri
Read more
Bab 59
"Lagian kamu kenapa malah bayangan aa waktu masih muda? Nggak boleh tahu!" ujar Seruni seakan puas melihat rambut Rara berantakan. "Dih, gitu aja cemburu! Bete ih, rambut Rara jadi harus disisir lagi." Rara merajuk dengan bibir mencebik kesal. "Bodo amat! Awas aja, kalau kamu berani bayangin aa lagi," ancam Seruni, meninggalkan Rara yang kini terus bersungut sambil merapikan rambutnya. Dia melangkah menuju kamarnya untuk menemui Arya, namun saat teringat gelas yang belum dibawa kembali masuk, Seruni berbalik melihat Rara. "Ra, beresin gelas sama piring di depan. Sekalian bawa masuk lagi kursi makan. Beresin, ya?! Awas kalau nggak!" perintah Seruni tanpa menunggu jawaban Rara, namun dia masih mendengar Rara mengumpat kesal atas perintahnya. "Dasar! Mentang-mentang udah jadi istri juragan, enak aja main perintah. Dasar, calon kanjeng mami ini mah." Seruni tersenyum mendengar umpatan Rara. Dia jadi membayangkan seseorang yang disebut Rara, satu tokoh dalam sinetron yang membuatnya g
Read more
Bab 60
Mengangguk patuh, Seruni segera bangun dan bergegas membuka lemari mengambil baju. "Halo, Yah?" sapa Arya menerima panggilan, matanya tak lepas memandang Seruni yang kini mematung dan terlihat bingung. Arya tahu istrinya itu pasti merasa canggung kalau harus berganti baju di depannya, namun apalagi yang harus menjadikan gadis itu malu terhadapnya? mereka berdua bahkan sudah saling melihat tubuh masing-masing tanpa sehelai benang pun, meski tidak sampai ke tahap menyatukan diri, setidaknya keduanya paham anatomi tubuh pasangannya. Seruni bukannya tidak sadar Arya terus mengawasinya dengan tajam, dengan keberanian yang sangat luar biasa besar, Seruni akhirnya memutuskan mengganti baju dengan tatapan tajam Arya yang terus menatapnya. Biarlah, dia milik Arya sekarang, lelaki itu sudah berhak sepenuhnya atas dia. Jiwa dan raganya. "Iya, nanti Arya ke rumah." Seruni masih bisa mendengar percakapan Arya, bahkan suaminya itu mengangkat tangan agar dia kembali mendekat. Namun dengan tega
Read more
PREV
1
...
45678
...
53
DMCA.com Protection Status