All Chapters of Catatan Usang: Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
Arjuna Menggila
“Aku tidak suka perempuan yang ragu-ragu, kau yakin dengan apa yang kau ucapkan barusan?” tanya Arjuna“Jelas, harusnya aku menyadari sejak dulu kalau kamu bukanlah pria yang layak untuk dijadikan suami!” tegas Prily, bersama dengan tatapannya yang tajam, menyiratkan bahwa benar yang baru saja dia katakan adalah sebuah kebenaran.“Perhitungan, pelit, semaunya sendiri. Suami yang selalu mengumbar kebaikannya pada semua orang, aku yang membiayai keluargamu, ini itu semua harus dicatat, katakan! Apa yang baik darimu? Enggak ada Mas.” Wanita itu bahkan menirukan gaya saat suaminya bicara.Ada kepuasan sendiri bagi Prily, setelah berhasil mengungkapkan semua yang dia pendam selama 5 tahun terakhir. Tak ada penyesalan sedikit pun. Dia tak salah dan tak perlu meminta maaf. Merasa bahwa kebenaran berada di pihaknya. Tekadnya sudah bulat, ia berjanji mulai hari ini tak akan membiarkan Arjuna menggoreskan lara di hatinya lagi. Entah dengan penolakannya atau mengabaiannya.“Hanya karena punya ba
Read more
Harta Memang Segalanya
“Cium aku!” Arjuna semakin menekankan wajahnya. Wanita itu sudah tak bisa menghindar selain menuruti kemauan pria mabuk yang berada di hadapannya. Ini sudah tidak benar, ia meyakinkan diri untuk tak larut dalam suasana. Sudah lama Arjuna tak pernah menyentuhnya, pria itu terlalu menjaga jarak sejak ia masuk rumah sakit. Masih terekam jelas bagaimana pria itu selalu mengumpatnya.“Aku tidak suka perempuan sakit,” katanya hampir setiap malam, ketika di mana seharusnya suami istri saling bicara. Dia justru memilih mengumpat habis-habisan. Belum lagi puluhan kalimat lain yang menyesakkan dada. Kini kalimat itu seolah terdengar bersahutan di indra pendengaran Prily. Perlahan hatinya berdesir nyeri, ada kebencian yang menjalar.“Ah, lepas! Pria jahat, kau itu jahat tahu!” Wanita dengan pasmina warna nude itu mengusap bibirnya dengan kasar, lupa kalau sebelum pulang dari pes ia baru saja touch up pewarna bibirnya itu, hingga sebagian pipinya menjadi merah. Ia mendorong dengan sekuat tenaga
Read more
Apa Tuhan Marah?
“Aku enggak bisa, Bu.” Prily segera beranjak pergi hendak menuju kamarnya. Hari ini tubuh dan psikisnya benar-benar lelah. Tempat tidur lebih ia butuhkan dari pada sebuah nasehat atau paksaan. Tiba-tiba ia teringat akan Arjuna yang selalu mengejeknya perempuan yang tak berprinsip. Selama ini Prily hidup dalam bayang-bayang orang lain. meksi kali ini tekadnya bulat, untuk pisah dari Arjuna. Ia ingin mengurusnya sendiri. Akbar atau orang tuanya tak boleh lagi ikut campur.“Mau ke mana?” Bu Rania mencekal tangan Prily, saat ia sudah hampir mengunci pintu. Pliry sudah sangat kesal. Mereka selalu saja memegang kendali dalam setiap kali keputusan penting dalam hidupnya.“Apa Ibu enggak pernah mengajarkan kamu sopan santun? Ada tamu di luar kamu malah pergi ke kamar.”“Lalu kenapa Ibu diam aja saat dulu Ayah mengusir Akbar dan keluarganya dengan sangat tidak hormat?”Plak!Bu Rania masih mencoba mengatur nafasnya. Tamparan yang mendarat di pipi Prily meninggalkan jejak panas dan perih yang m
Read more
Apakah Kamu Layak?
“Aku enggak selemah itu.” Prily kesal. Mulut suaminya benar-benar jahat. “Nyesel aku, tahu begini kubiarkan saja kamu lompat,” gerutunya pelan, tetapi tetap saja sampai pada indera pendengaran milik Arjuna.“Yakin nyesel? Buktinya dicium.” Arjuna tersenyum mengejek, yang dibalas dengan kerlingan malas dari Prily. Namun, sejenak ia baru sadar. Harusnya orang mabuk tak akan mengingat apa yang terjadi.“Mas ngerjain aku, ya? Sebenarnya kemarin itu enggak benar-benar mabukk ‘kan?” Arjuna semakin melebarkan senyumnya. Seiring dengan dahi Prily yang mengerut karena heran. Sejak kamarin ia terus mengkhawatirkan keselamatan suaminya. Bisa-bisanya pria ini malah mengerjainya hanya untuk mendapatkan ciuman.“Ya sudah sih, sana jalan. Ngapain masih di sini? Katanya enggak selemah itu, Awas!” Arjuna sengaja menaikkan ke dua kakinya ke atas. Lalu meluruskannya di sana hingga membuat Prily mau tak mau bangkit dari tempat duduknya. Ia bahkan meniru gaya bicara istrinya yang sok kuat itu. Mengab
Read more
Pukul Satu Malam itu
“Kenapa? Apa begini cara orang tuamu mendidik putrinya? Habis manis sepah dibuang. Ada pria yang lebih kaya, kamu langsung menempel dengannya seperti prangko, sedangkan si miskin yang selama ini menemanimu dibuang begitu saja,” sindir Arjuna, masih dengan smirk yang menyeramkan.“Mas Arjuna cukup! Kamu boleh marah padaku, tapi bukan berarti kamu boleh menjelekkan orang tuaku.” Kali ini Prily mengeraskan suaranya.“Cih, Aku tahu, seperti apa aku di mata keluargamu. Bukankah dari dulu, kamu juga menyukai dia? Seharusnya kamu enggak meninggalkan catatanusangmu di kamar kita. Aku tahu sejak pulang dari rumah sakit, kamu mencaribenda ini siang dan malam ‘kan?”“Jadi buku itu ada di kamu?” Prily tak tahu lagi harus bicara apa, selain pertanyaan sia-sia yang dia sendiri sudah tahu jawabannya. Ia begitu gugup, Arjuna pasti telah membaca semua isinya. Mati sudah, buku ituhampir semuanya berisi curahan hatinya tentang Akbar. Belum lagi beberapa keluhannya selama berumah tangga dengan Arjuna.“A
Read more
Pisah Ranjang
“Berapa semalam?”“500 ribu,” jawab Suminah cepat. Arjuna mulai merogoh saku celana. Lalu beberapa lembar uang merah ia serahkan pada perempuan itu.“Cukup ‘kan?” tanyanya kembali memastikan, sebelum ia beranjak pergi. Wanita itu masih terpaku di tempatnya. Menyadari langkah Arjuna yang semakin menjauh, ia gegas mengikuti laki-laki itu.“Pulanglah. Anggap saja itu bayaranmu karena telah menemaniku ngobrol.”“A-apa?” Wanita itu tergagap, masih tak percaya kalau Arjuna kembali mematahkan dugaannya. Ia tetaplah pria baik yang setia pada keluarganya di rumah.“Jangan mengikutiku, kita sudah dilihat banyak orang. Pulang, udara malam enggak bagus buat manusia.”“Ya Tuhan, mulutmu itu.”“Kamu ‘kan manusia?” Gadis itu mengerling malas.“Apa kamu sedang memberiku sedekah, tapi maaf aku bukan pengemis. Ini aku kembalikan saja, aku akan menerima jika aku melakukan pekerjaan,” katanya angkuh dengan satu tangannya yang menyodorkan uang itu kembali.“Terserah mau menganggapnya apa, tapi aku sudah t
Read more
Kenapa Wanita Sulit dimengerti?
"Asal kamu enggak merepotkanku. Kamu boleh tinggal di sini! Besok pagi aku ada pertemuan penting. Kalau tidak ada yang penting aku akan pergi tidur sekarang.”Mendengar Prily yang tak menjawab justru, hanya diam Arjuna berbalik. Ia melihat Prily justru tengah tertunduk menatap lantai yang kosong.“Kamarmu di lantai bawah!” jelasnya. Seketika membuat Prily mengerjap.“Terima kasih, untuk tumpangannya. Arjuna tak peduli, ia kembali meneruskan langkah hingga sosoknya menghilang dibalik pintu.Malam itu terasa panjang bagi sepasang suami istri yang kini berada dalam ruangan yang berbeda meski masih dalam satu atap yang sama. Prily tidur dengan gelisah. Bayang-bayang Akbar yang berniat menjamah tubuhnya masih lekat dalam ingatannya. Beberapa kali ia menutup wajahnya dengan bantal. Menyembunyikan diri dibalik selimut hingga tak terlihat sedikit pun.‘Aku enggak bisa, begini. Ya Allah apa engkau sedang marah padaku, karena telah menyia-nyiakan suamiku. Betapa naifnya diri ini mengagumi seseo
Read more
Dua Orang Asing
“Mas Arjuna?” Aku begitu senang saat pintu kamarku terbuka. Aku pikir itu dia ternyata seorang perempuan yang entah siapa. Dia tersenyum ramah, tapi sungguh bukan dia yang aku harapkan kehadirannya.“Maaf kupikir tadi suamiku, Mbak ini siapa?”“Saya dokter Nadia, Mas Arjuna yang minta saya datang ke sini. Boleh saya lihat lukanya.”“Di-dia yang minta?”“Iya, kenapa? Bukankah wajar suami perhatian sama istrinya. Mbak ini beruntung loh, punya suami kayak Mas Juna.” Aku hanya tersenyum, saat dokter Nadia terus saja membanggakan suamiku. Jujur saja aku kurang suka saat dia mengatakan kebaikan-kebaikan Mas Arjuna, seperti menujukan kalau hubungan mereka memang lebih dari sekedar dokter dan pasien.“Dokter kenal Mas Arjuna sudah lama?”“Dia hmm kita kebetulan teman lama sih.”“Oh gitu.” Entah aku merasa ragu, dari wajahnya saja ia seperti menyimpan kebohongan. “Boleh saya lihat lukanya sekarang? Mbak enggak usah sungkan, bajunya dibuka saja!” Meski ragu tapi aku tak boleh terus seperti ini
Read more
Aku Percaya Padamu
“Aku tidak bertemu siapa pun malam itu jangan mencoba memutar balikkan fakta!” Mas Arjuna terlihat menahan kesal, ia bahkan sudah bersiap untuk beranjak pergi.“Aku bisa mencium aroma parfum perempuan di kemejamu.” Sejenak ia menghentikan langkah, lantas berbalik.“Jika kamu tahu rasanya cemburu itu menyakitkan, kenapa melakukannya berkali-kali padaku. Aku memang bertemu seseorang malam itu, tapi kami hanya mengobrol biasa, aku tak sehina itu untuk melampiaskan kekesalanku. Beri aku waktu. Aku tidak ingin mengambil keputusan yang salah.”“Bukan soal seberapa lama mau menunggu. Aku hanya ingin membuktikan kalau aku tidak pernah melakukan itu. Jadi kalau suatu hari kita memang harus berpisah. Mas tidak lagi menganggapku kotor.”“Semua ini butuh waktu, Prily. Kita terlalu muda dan sama-sama emosional. Kita mengambil keputusan hanya berdasarkan emosi sesaat. Bagaimana bisa kita memulai hubungan itu sekarang juga? Bukankah kamu mendambakan kehidupan yang normal. Aku bisa memberikannya unt
Read more
Jangan Mengucapnya Terlalu Banyak
“Kalau semua itu ada pada suamimu, pertahankan dia. Takutnya kamu tidak akan menemukan sosok sepertinya lagi,” ucap Zahiya sembari mengusap pelan tubuhku.“Terima kasih ya, karena kamu, sekarang aku merasa jauh lebih baik.”“Sama-sama, jangan sungkan untuk cerita. Masalah itu seperti kotoran, Prily. Tidak baik jika selamanya dipendam sendirian. Aku harus pulang, lain waktu kita bertemu lagi.”“Zahi tunggu, apa suamimu baik?”“Suamiku, hmm baik,” katanya ragu, padahal dulu Zahi adalah orang yang sangat terbuka.“Rumahku hanya berjarak 4 rumah darimu, Prily. Kalau ada masalah kamu bisa datang padaku.” Aku mengangguk lalu kami saling melambai untuk terakhir kali. Namun, saat aku akaj kembali menutup pintu gerbang justrudikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba mencekal lenganku. Aku refleks berteriak. Untung saja Zahi masih belum melangkah jauh. Ia segera berlari.“Tolong! Tolong!” Keringat dingin langsung keluar di sahi juga area telapak tanganku yang langsung terasa basah.“Prily, ak
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status