Catatan Usang

Catatan Usang

Oleh:  ERIA YURIKA  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
50Bab
8.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

“Dek, tolong catat semua hadiah yang udah aku kasih ke kamu. Bonnya ada di tasku!” “Catat lagi?” “Iyalah kita harus menghemat. Pengeluaran dan pemasukan harus ada notanya. Tidak boleh kita pakai berlebihan sehari hanya boleh 70 ribu. Tidak boleh lebih.” Tak ada sahutan dari istriku malah menatap lurus dengan pandangan kosong. Aku mendekat untuk memastikan dia mendengarnya atau tidak. “Kau dengar tidak, Dek?” Baru saja kau ingin menyentuh pundaknya. Prily sudah lebih dahulu berjalan menghindar. “Hmm,” sahutnya tak acuh. Bahkan barang-barang yang kuberikan sebagai hadiah ulang tahun pernikahan kita saja dia abaikan. Bukankah dia pernah bilang menginginkan long dress dengan berwarna merah muda dengan aksen renda. Sudahlah aku repot-repot memesannya diam-diam lewat market place online. Prily justru membiarkan gamis beserta coklat yang kupesan khusus untuknya tergeletak di meja. Ck, kenapa perempuan susah sekali dimengerti. Sungguh membuatku frustrasi saja. Lebih baik bermain game dari pada terus memikirkan hal-hal yang hanya memancing emosi. ~ Di sore hari Prily biasanya akan berdiri di atas balkon. Aku sudah hafal dengan kebiasaannya. Kamar kami mengarah ke lapangan, yang biasa dipakai anak-anak kompleks untuk bermain di pagi dan sore hari. Prily tak pernah melewatkan melihat canda tawa mereka di balik jendela, barang sekali. “Mau sampai kapan berdiri di situ,” tanyaku sembari memakai kaus lengan pendek, lalu mengeringkan kepalaku dengan handuk. Prily segera mendekat lalu tangannya begitu cekatan menggosokkan handuk itu ke kepalaku. “Padahal aku punya hair dryer loh, Mas bisa pakai kalau mau.” “Kamu saja yang pakai, aku tidak perlu lah. 10 menit juga kering.” Mampukah Prily bertahan dalam pernikahannya dengan Arjuna yang serba perhitungan? atau memilih pergi saat cinta pertamanya? Dia Akbar, pria kaya raya, yang ia kira telah lama mati, justru hadir kembali.

Lihat lebih banyak
Catatan Usang Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Gratika Anandita
Cerita yg bagus
2022-08-05 06:43:18
0
user avatar
Rini Rahma
bagus ceritanya
2022-08-05 06:30:09
0
50 Bab
Tujuh Puluh Ribu
“Dek, tolong catat semua hadiah yang udah aku kasih ke kamu. Bonnya ada di tasku!”“Catat lagi?”“Iyalah kita harus menghemat. Pengeluaran dan pemasukan harus ada notanya. Tidak boleh kita pakai berlebihan sehari hanya boleh 70 ribu. Tidak boleh lebih.”Tak ada sahutan dari istriku. Ia malah menatap lurus dengan pandangan kosong. Aku mendekat untuk memastikan dia mendengarnya atau tidak.“Kamu dengar tidak, Dek?”Baru saja kau ingin menyentuh pundaknya. Prily sudah lebih dahulu berjalan menghindar. “Hmm,” sahutnya tak acuh.Bahkan barang-barang yang kuberikan sebagai hadiah ulang tahun pernikahan kita saja dia abaikan.Bukankah dia pernah bilang menginginkan long dress dengan berwarna merah muda dengan aksen renda.Sudah aku repot-repot memesannya diam-diam lewat market place online. Prily justru membiarkan gamis beserta cokelat yang kupesan khusus untuknya tergeletak di meja.Ck, kenapa perempuan susah sekali dimengerti? Sungguh membuatku frustrasi saja. Lebih baik bermain game dari
Baca selengkapnya
Malnutrisi
“Serakah namanya, kalau saya sih malu banget. Rumah aja mewah, tapi pelit sama diri sendiri mah. Mending saya, rumah biasa, tapi mau makan apa pun bisa semaunya.”Suara Mbak Daniah terdengar begitu berapi-api. Membuatku geram saja.Sengaja kugeber motor yang pagi itu sedang kupanaskan. Biar saja mereka bubar. Mulutnya benar-benar membuat jengkel. Beberapa ibu-ibu terlihat menengok ke dalam rumah.Aku yang sudah terlanjur emosi memilih mendekati mereka. Sayangnya baru saja gerbangnya terbuka, hanya ada Pak Baim, penjual sayuran yang tersenyum ramah menyambutku.“Saya dengar Bu Prilynya masuk rumah sakit, apa benar?” tanya Pak Baim.“Iya, tapi alhamdulillah udah mendingan mungkin nanti sore sudah boleh pulang.”“Oh, syukur alhamdulillah. Semoga cepat sehat kembali.”“Aamiin.”Tak lama Pak Baim pamit untuk kembali berkeliling menjajakan sayurannya, yang masih penuh. Seiring dengan gerobaknya yang semakin menjauh.Aku berjalan dengan sedikit terburu-buru, lalu melajukan motor matic keluar
Baca selengkapnya
Terancam
“Jangan mentang-mentang kau ini membiayai keluargaku bisa seenaknya memperlakukan Mbakku dengan kasar.”Hisyam masih saja berusaha memukul wajahku, meski beberapa orang mulai menariknya menjauh. Tubuhnya yang tinggi dan sedikit berisi membuatku sedikit kewalahan.“Heh, saya tidak pernah memukul Mbakmu. Dia sakit juga bukan karena saya melakukan kekerasan!” ucapku.“Nak Hisyam, sudah jangan kurang ajar sama kakakmu!” Ibu Rosa, mertuaku berteriak mencoba melerai kami.“Dia hanya kakak ipar. Aku melihat sendiri bagaimana dia memperlakukan Mbak Prily. Enggak ada bedanya dengan pelayan, kenapa Ibu malah membela dia. Apa karena dia rutin memberikan ayah uang bulanan? Aku juga bisa, Bu. Ke depannya biar aku yang tanggung semuanya. Tidak perlu lagi mengemis pada laki-laki ini!”Plak! Ayah Jery, mertuaku baru saja menampar anak itu. Seketika Hisyam menutup mulutnya. Dia terlihat menatap nanar pada pria paruh baya yang masih terbatuk sembari terengah-engah itu.Ayah Jerry baru saja berlari dari
Baca selengkapnya
Aku Benar-Benar Membencimu
“Yah, kita bicarakan saja di sini."Aku tidak mau kalau masalah kami mempengaruhi kesehatan Ayah, karena aku membuat anak sahabat karibnya, terbaring di rumah sakit.“Jelaskan itu di depan ayahmu nanti. Saya tahu kamu selama ini sudah menanggung kehidupan keluarga saya, tapi melihat putriku terbaring di sana hanya karena kelaparan. Apa yang kamu lakukan sebagai suami?”“Pak demi Tuhan saya rutin memberikan nafkah. Tak mungkin saya lepas tanggung jawab. Seharusnya Bapak juga ajak Prily juga. Kita obrolin sama-sama.”“Kalau itu maumu. Kita adakan pertemuan di rumah sakit. Nanti sore.”“Apa enggak sebaiknya menunggu sampai Prily membaik dulu, Yah?”“Apa ada jaminan kalau setelah membaik kamu enggak akan membuatnya kembali masuk rumah sakit. Saya mau masalah ini segera diselesaikan.”Hilang sudah kesempatanku untuk bisa merayu Ayah mertua. Kali ini aku hanya bisa meminta bantuan Prily, aku harus bicara padanya.“Masih punya muka datang ke sini?” sindir Hisyam dengan seringai menyebalkan.
Baca selengkapnya
Pergi
“Aku enggak bisa menceraikan dia Ayah. Selamanya dia akan tetap jadi istriku.”Aku tidak akan pernah melepasnya. Setelah dia berkorban begitu banyak hanya demi mendapat keturunan dariku. Bagaimana bisa aku melepasnya begitu saja.“Jangan terlalu percaya diri. Apa istrimu bersedia hidup sama kamu!” sindir Ayahku.“Prily katakan sesuatu, kamu mencintaiku ‘kan? Jangan diam saja. Yakinkan mereka kalau kita memang sama-sama ingin melanjutkan pernikahan ini,” ucapku sembari menggenggam kedua tangannya erat-erat.“Lihat ‘kan dia diam saja,” sindir Ayah.“Dia pasti mau Ayah. Prily bahkan sangat menginginkan anak dariku. Bagaimana dia mau meninggalkan pernikahan ini begitu saja.”“Ly, Sayang please katakan sesuatu. Kasih Mas kesempatan buat memperbaiki segalanya. Kamu ingin kita punya anak ‘kan. Kita akan punya anak, Sayang. Setelah kamu sembuh. Kita akan mulai program hamil. Lupakan tentang mobil dan impianku. Sekarang hanya akan ada impianmu dan impian kita. Kamu ingin berapa anak 2, 3 atau
Baca selengkapnya
Anak Pelayan Itu
PoV Prily“Apa kamu juga akan rela menjual tubuhmu demi orang tuamu? Kamu benar-benar enggak punya prinsip!”Mas Arjuna berteriak, sorot matanya memerah menatapku dengan penuh amarah. Aku bahkan baru melihatnya semarah itu sejak pernikahan kami 5 tahun lalu. Tubuhku gemetar, melihat dia yang terus mengusir satu persatu ayah dan ibu bahkan kedua orang tuanya sendiri.Dia yang kukenal selalu menghormati mereka meski terkadang kesal, dia memilih menyimpannya sendiri. Aku bisa tahu, karena sering kedapatan dia menggerutu sendirian di kamar.“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Mas Juna, mungkin dia sadar sejak tadi aku terus melihat ke arahnya.“Aku hanya meminta kita berpisah untuk sementara kamu harusnya enggak memperlakukan mereka seperti itu. Bagaimana pun mereka orang tua kita.”“Iya, orang tua yang egois. Suka memaksakan kehendak, memaksa anak-anaknya menikah lalu sekarang seenaknya juga memaksa mereka bercerai! Orang tua seperti itu yang harus kuhormati?”Mas Juna begitu emosi
Baca selengkapnya
Aku Harus Bagaimana?
Sejak pulang dari tempat itu Ibu memaksaku meminum banyak obat setiap hari. Baru kemarin aku tahu mereka mencoba melakukan hipnoterapy untuk menghilangkan ingatanku pada Akbar. Mereka memaksaku percaya kalau Akbar sudah meninggal. Aku seperti orang gila terus mendoakan agar aku tenang di surga tapi nyatanya, kabar kematianmu hanya sebuah rekayasa. Kenapa kamu begitu, Akbar? Apa kamu tak pernah mencoba mencariku? Kenapa kamu mematahkan hatiku, setelah kau berjanji untuk menjaganya agar tetap baik-baik saja. Kau tahu bahkan hidupku telah berhenti sejak saat ayahku membawa kabar kematianmu. Kau tahu berapa banyak derita yang kulalui setelah kepergianmu? Demi terus hidup aku harus menikah dengan pria asing. Aku pikir semua pria akan sama sepertimu. Lembut, penuh perhatian dan tak pernah perhitungan. Kenyataanya dia begitu berbeda. Dia sering marah hanya karena aku membeli barang yang mahal. Akbar, apa kau marah padaku. Sehingga kau meminta Tuhan mengirim suami sepertinya untukku. Kau pe
Baca selengkapnya
Bukankah Adil, Sayang?
Plak!Ayah tiba-tiba saja menamparku. Rupanya mereka masih menunggu di luar, setelah aku berhasil mengusir semua orang. Saat itu jam kunjung memang sudah habis jadi yang diperbolehkan masuk hanya satu orang saja. Tentu aku memanfaatkan kesempatan itu untuk membuat mereka pergi, karena dalam hal ini aku yang paling berhak atas istriku sendiri. Terlepas mereka orang tuanya. Sekarang tanggung jawab itu sudah berpindah padaku.“Ayah kenapa lagi?”“Jangan panggil aku Ayah, selama kamu belum menceraikan istrimu!”“Ayah, yang anakmu itu dia atau aku?” Saat itu Ayah sudah bersiap menamparku kembali kalau saja Ibu tidak menahannya. Sudah pasti tak akan terelakkan lagi.“Berani kamu mengatakan itu padanya. Kau tahu kalau bukan karena Jasa mertuamu mana bisa kita hidup dengan layak. Kau tahu berapa banyak hutangku yang sudah dia bayar tanpa meminta ganti sedikit pun? Kau tahu rasanya dipukuli rentenir hanya karena tak bisa bayar hutang, bahkan Ibumu hampir dipaksa melayani nafsu mereka hanya ka
Baca selengkapnya
Dunia Begitu Sempit
“Kita hidup masing-masing. Apa masih kurang jelas? Tenang saja, aku akan tetap menafkahimu seperti biasa. Oh, tidak mulai besok. Aku akan memberikanmu lebih banyak uang. Begitu ‘kan yang kamu mau?” Aku tersenyum, sengaja ingin tahu bagaimana respons Prily, ketika aku mengikuti semua permintaannya.“Satu lagi, kau boleh bekerja. Mulai hari ini lakukan saja semua yang kau sukai. Aku tidak akan melarangmu.”“Mas cukup! Aku tahu kamu marah, tolong jangan diteruskan.”“Diam! Aku belum selesai bicara.” Entah kenapa aku menangkap raut sendu dari wajah cantiknya. Ah, bukankah dia memang pandai memainkan peran. Aku tidak akan tertipu lagi. Cukup 5 tahun, aku menganggap semua perlakuanmu itu sebuah ketulusan. Ke depannya jangan harap wajahmu itu akan membuatku luluh.“Lupakan soal anak!” tegasku“Mas …” Suara Prily terdengar memelas. Mulai hari ini aku tidak akan membuat semuanya menjadi mudah Prily. Bukankah kau suka bermain tarik ulur? Sayangnya perasaanku bukan layangan yang bisa kau mainkan
Baca selengkapnya
Ini Bukan Lagi Permainan
PoV 3Tunggu dan bersiaplah, akan ada kejutan menarik buat kamu. Kau pasti akan suka, Sayang.“Kau gugup, Sayang? Lihat apa?” Arjuna tersenyum mengejek, begitu pandangan istrinya beralih pada beberapa karangan bunga yang terpampang memenuhi setiap sudut halaman depan Lazuardy Hotel & Resort. Mirza Akbar Lazuardy, deretan nama yang selama ini selalu memenuhi hati Prily. Hari ini suaminya sendiri yang mengantarnya bertemu sosok itu. Perasaan gugup bercampur takut, membuat wajah Prily seketika memucat.“Mas, kita pulang aja yu!" ajak Prily yang sedikit memelas. Jelas saja Arjuna menolak. Pria itu justru menarik lengan istrinya, lalu menggenggamnya perlahan. Dia harus menurunkan ego, setidaknya agar rencananya berjalan lancar. Tak hanya itu, Arjuna bahkan menarik pinggang ramping istrinya, demi memangkas jarak yang tercipta di antara mereka. “Kenapa mau pulang? Aku susah payah membelikanmu gaun. Kau juga sudah berdandan cantik. Sayang kalau kita tidak masuk ke dalam dulu. Ayolah, hanya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status