Semua Bab ISTRI KEDUA CEO: Bab 81 - Bab 90
99 Bab
Hubungan tanpa Kepercayaan
"Hei! Siapa di sana!" Saat aku berbalik, Mas Keanu sudah berlari. Tampak sesosok bayangan yang sempat mengarahkan kamera ke arah kami. Itukah alasan Mas Keanu mengejar orang itu.Ada apa ini? Apa ada yang tahu bahwa aku tengah mengerjai Laura dan merekamnya? Gawat! Ini akan jadi bom waktu di kemudian hari.Karena tak ada yang mengawal aku akhirnya kembali, sementara Mas Keanu hilang di kegelapan mengejar orang yang sempat merekam keberadaanku.Aku buru-buru ke mobil, kesulitan berjalan cepat karena harus mengangkat gaun pengantin yang kukenakan. Takut ada warga yang melihat, digerebek ketahuan ganggu orang, lalu diviralkan. Jangan sampai deh, malah lebih viral video kunti dibanding video pelakor. "Siapa tadi itu, Bu?" tanya Bibi celingukan."Nggak tau, Bi.""Bukan orang yang tadi siang sama Pak Keanu?" Bibi menggumam. Bermonolog. Tapi aku masih bisa mendengar."Apa, Bi?" Sontak saja aku yang sibuk membenarkan posisi tubuh dengan pakaian ribet ini, membalik tubuh ke arah Bibi duduk.
Baca selengkapnya
Hal paling Gila dalam Hidup Sisil
Mata Sisil menyipit kala namanya disebut oleh sang suami. Siapa yang dihubungi? Jika ini ada kaitan dengannya berarti adalah orang dekat."Mbak Lisa?" gumamnya sangat pelan. Seolah pertanyaan itu hanya didengar oleh dirinya sendiri. "Ah, nggak!" Perempuan yang akan melangsungkan akad nikah palsu dengan Bagas itu menggeleng. Menepis kecurigaan pada kakaknya sendiri."Lalu siapa?" Tanpa diduga, wanita itu menerobos masuk. Tak mampu lagi menahan rasa penasaran yang mendera hatinya. Apalagi ini tentang Keanu, lelaki yang sangat dia cintai.Kalau benar dugaannya adalah seorang pelakor seperti Laura yang dihubungi suaminya, Sisil bersumpah dalam hati. Dia akan membunuh keduanya dengan cara apapun.Sisil merebut benda pipih di tangan Keanu yang masih tersambung dengan wanita di ujung telepon."Sil?!" Mata Keanu membeliak. Tak menyangka jika Sisil mendengar percakapannya dan kini ponsel sudah berpindah tangan ke perempuan yang mengenakan kemeja gamis, dibalut blazer. Baju yang sebelumnya h
Baca selengkapnya
Perdarahan
"Bu ... Nyonya berjalan ke mari." Bibi segera memotong sayur di meja dapur, dia memperingatkan Lisa yang sudah bersiap di dapur untuk mengerjai Laura."Ah, ya!" sahutnya singkat, sembari duduk di depan bibi. Dan wanita tua itu pura-pura tak melihat apapun, atau merasakan kehadiran Lisa.Suara langkah Laura semakin jelas kala kakinya mendekat area dapur. Lisa menatap tajam ke arah pintu masuk dapur."Aaa ....!" Laura berteriak kencang sebelum akhirnya berbalik dan lari terbirit-birit."Ck. Cuma segitu nyalinya?" Lisa mendecak. Dia lalu bangkit membenahi pakaian yang sengaja dibuatnya tak beraturan. "Ibu nggak papa harus ke mari?" tanya bibi sambil menyerahkan jaket yang disembunyikan di dalam lemari.Lisa meraih jaket miliknya, lalu segera memakainya."Nggak, Bi. Mau gimana lagi? Aku udah janji sama Sisil," ucapnya sembari menutupkan hodie ke kepala yang terbalut kerudung. "Bibi makasih ya, udah banyak bantu aku." Lisa tersenyum tulus. Wanita paruh baya itu sangat setia padanya. Dia
Baca selengkapnya
Balas Dendam yang Membabi Buta
"Mas! Mas! Bangun!" Sisil menggoyang tubuh Keanu yang masih pulas di atas ranjang.Lelaki yang kelelahan itu berusaha kuat membuka mata dan mengerjap. Sekeliling tampak remang. Hanya pencahayaan lampu tidur dan beberapa cahaya terang yang menembus celah gorden yang tak tertutup rapat.Cahaya itu menimpa Bagas yang tengah tak sadarkan diri di bawah sana."Ya, Sayang." Dalam keadaan masih mengantuk Keanu memaksa bangkit dari ranjang. Lalu meraih pakaiannya yang berserak di sekitar.Sisil mendesah. Menatap sang suami yang berjalan ke arah kamar mandi. Seperti biasa. Lelaki itu pasti risih jika tak membersihkan diri lebih dulu. Pikirannya kembali melayang pada chat yang dikirim ke nomor Bagas oleh Laura.Wanita itu lalu terpikir sesuatu. Ia harus segera menghubungi seseorang. Meski malam telah larut. Diliriknya angka di ponselnya sendiri. Sejenak. Sudah pukul 00.30. "Maaf jika aku mengganggu," gumamnya.Namun, kala membuka layar, perhatiannya beralih pada suara seseorang yang mengaduh. Un
Baca selengkapnya
Pria yang Merepotkan
Obrolan terjadi sebelum Bagas datang ...."Sil, kamu lama banget di kamar. Ngapain sih? Perasaan tadi kamu suruh aku buru-buru datang." Lisa mengeluh. Dia sudah tergesa. Bahkan polesan di matanya belum lagi sempurna. Namun, saat sampai pintu masih tertutup. Lisa harus menunggu hingga lebih 15 menit. Tak ada yang berani menyuruhnya masuk.Wajahnya tertekuk ketika akhirnya Sisil membuka pintu depan. Dan kini ia pun tak tahan untuk tidak mengomeli adiknya itu."Ah, biasalah, Mbak. Namanya juga pengantin baru," jawab Sisil asal. Cengar-cengir. Walaupun Lisa pasti paham, ada perasaan tak enak pada kakaknya itu karena menunggu terlalu lama."Kamu bayangin, deh. Gimana kalau aku ketemu Bagas di sini? Apa yang mesti kuperbuat." Lisa terus bicara seiring masuk ke dalam. Sisil langsung menggelandang wanita bercadar itu ke arah sofa.Tak lama Kamila yang lari-larian dari arah dapur menghampiri mereka."Kamila!" Senyum di bibir Lisa yang tertutup cadar melebar karena senang. Rasanya lama sekali
Baca selengkapnya
Tak Ada Ampun untuk Penipu
Laura yang tengah menatap aplikasi belanja online, dengan deretan berbagai perlengkapan bayi, seketika menoleh. Tengah berdiri seorang wanita paruh baya, seiring suara ketukan pintu. "Nyonya, ada tamu." Bibi memberitahu maksudnya mengganggu majikannya istirahat."Siapa, Bi?" tanyanya dengan tatapan lemah karena menangis. Bahkan matanya sampai bengkak. Lebih baik merasa bersalah karena kematian Lisa, dibanding harus melihat orang yang paling dicintainya satu selimut dengan wanita lain.Tadinya ia berharap membuka toko-toko online dan berbelanja bisa menghibur hatinya. Namun, hal itu tidak bisa mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi pagi sepenuhnya. "Bukan Mas Bagas, kan?" Laura ingin memastikan. Walau rasanya aneh dan tak mungkin dia malam-malam ke sini. Karena statusnya sekarang adalah tahanan perang di rumah besar keluarga Handoko. Sisil sungguh Mak Lampir yang kejam.Heran saja, kenapa harus cara ini yang harus ditempuh untuk bertahan hidup? Cara yang sebenarnya bisa saja membu
Baca selengkapnya
Bertengkar di UGD
Laura memegangi pipinya yang seputih pualam, memerah akibat tamparan yang didapat dari Lisa.Wanita bercadar itu sangat kesal. Dia menyesal sempat panik dan khawatir pada Bagas. Namun, kenyataannya, Bagas hanya menipu dan mempermainkannya. no"Ke-kenapa?" tanya Laura bingung. Kenapa wanita bercadar itu menamparnya.Namun, masih dalam keadaan bingung, Lisa kembali melayangkan tamparan keras di pipi yang sama."Hei!" Laura berteriak karena tak terima."Wanita murahan!" teriak Lisa."Apa? Dasar wanita gila?! Datang-datang nampar orang dan bicara gak jelas!" Tak tahan. Akhirnya Laura pun melayangkan tangan membalas tamparan Lisa.Namun, belum lagi tangannya menyentuh wajah tertutup cadar di hadapan, Sisil memegangi tangan Laura."Mudah sekali kamu menyakiti orang lain. Pelakor!" maki Sisil dengan nada menekan karena amarah."Apa?! Pelakor? Dia sudah cerai! Dan kamu bilang gak berhenti nyakiti orang." Laura menarik tangannya kasar. "Kamu gak ngaca?! Betina kasar tak tahu diri!"Sisil menyi
Baca selengkapnya
Benda Pusaka
"Heh!" Sisil tersenyum sinis penuh kemenangan melihat langkah Laura yang menjauh.Dia pun pamit pada Lisa untuk menemui seseorang di rumah sakit ini."Ke mana, Sil?" tanya Lisa yang tak mau ditinggal sendirian."Tunggu saja, Mbak! Awasi saat penipu itu datang dan hubungi aku. Akan kubut dia malu kalian lipat hari ini." Sisil menyahut."Oh ya." Lisa mengangguk mengiyakan. Tampaknya Sisil akan menghubungi dokter yang nanti akan memberi tindakan pada Bagas. Lisa menatap adiknya yang menjauh, tapi merasa heran melihat Sisil tiba-tiba berhenti dan menghampiri seseorang. "Ada apa?" gumamnya."Mbak, video yang tadi kasih caption 'Pelakor Kena Karma.' Oke? Masih ingat kan pelakor yang istri pertamanya bunuh diri di kamar hotel? Itu dia orangnya!" Sisil bicara berapi-api."Iya, Mbak! Wah, saya musuhnya pelakor. Paling suka yang ginian!"Sementara perempuan yang diajak bicara malah antusias menanggapi, dengan mengganti judul video yang disharenya."Bagus ... nanti saya kerahin pegawai saya bua
Baca selengkapnya
Ruang Operasi
"Sepertinya dia mengalami kelainan dari kemaluannya." Dokter Aries bicara serius."Apa?!" "Wah, gawat! Kalau begitu lakukan sesuatu, Dok!" seru Sisil yang pura-pura panik. "Bisa-bisa tak ada lagi perempuan yang mau dengannya.""Kita harus melakukan operasi segera!" ucap Dokter Aries mantap. "Tolong siapkan ruangan!" pandangannya beralih pada para perawat dan asisten dokter.Mata Bagas melotot. Merasa sangat aneh! Pusakanya yang berharga tak boleh dipegang. Dia bahkan belum diperiksa. Kenapa dokter itu bisa mengatakan dirinya memiliki kelainan dan harus dioperasi? "Baik, Dok!" seru perawat-perawat itu. Yang kemudian bergerak cepat. Tiga orang meninggalkan tempat dengan berlari, menyiapkan ruangan. Sementara sisinya menyiapkan kondisi Bagas untuk menjalani operasi."Sil, sebenarnya apa yang kamu rencanakan?" bisik Lisa tepat di telinga Sisil."Aku akan kebiri dia biar gak sembarangan cari sarang lagi!" jawab Sisil, dengan berbisik pula. Lisa menutup mulutnya yang tertutup cadar karen
Baca selengkapnya
Lisa Masih Hidup
Mata Laura menyipit. Menatap bergantian antara layar ponsel milik Bibi dan wajah tua pemiliknya.Dia curiga bahwa wanita itu memiliki tugas khusus dari Sisil. Tapi kenapa ada nama Lisa di ponsel tersebut? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Lisa masih hidup?Laura menggeleng. Menepis pikiran itu. 'Ah, itu mustahil! Aku pasti sudah gila jika sampai berpikir dia masih hidup. Padahal, hari itu aku melihatnya sendiri, tubuhnya remuk bersimbah darah dan mati di hadapanku,' batin Laura. Bisa jadi ini adalah nomor Lisa yang dipakai Sisil.Namun, kenyataan bahwa banyak sekali riwayat panggilan dari dua nomor kakak beradik ini, mengidentifikasi bahwa mereka punya hubungan dekat dan tak biasa.Laura berusaha tenang dan tak grasah-grusuh, agar Bibi tidak curiga. Bahwa sebenarnya dia mulai mengetahui ada tanda-tanda sesuatu tak beres dari rewangnya itu."Ini Bi." Diserahkan ponsel yang tadi dipinjamnya untuk menghidupi Bagas. "Ohya, Nyonya." Bibi pun meraihnya. Dan menyimpan benda tersebut ke dalam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status