Semua Bab Taaruf dengan Anak Wanita Malam: Bab 11 - Bab 20
250 Bab
11. Sudah jatuh tertimpa tangga
“Kamu tak tahu siapa Ruri?” gertak kepala sekolah bernama Wijaya bernada geram. Beberapa helai kumis tipisnya tampak bergetar. Saking geram dia memanggil Selina bukan lagi dengan panggilan ‘Ibu’ sebagaimana panggilan pada seorang guru tapi ‘kamu’. Di sanalah tampak kesombongan itu hadir, ketika adab dan ilmu tak berimbang. Seharusnya kepala sekolah mampu mengendalikan emosinya. Tak sepatutnya dia memperlakukan Selina seperti itu. Meskipun Selina masih muda dan seumuran anaknya tetap saja dia adalah seorang guru yang harus dihormati. “Maaf, maksud Bapak apa ya?”Selina tak terima mendengar ucapan Wijaya yang tidak tahu apa-apa tapi bersikap seolah tahu apa yang terjadi sebenarnya.“Ruri adalah cucu kakak saya yang berarti cucu saya. Kakak saya orang berpengaruh di dinas pendidikan,” ucap Wijaya dengan bangga.“Terus apa hubungannya dengan izin cuti saya dan urusan Ruri?” tanya Selina kesal. Rasanya dia ingin mengamuk pada kepala sekolah yang terkenal arogan itu, mencakar wajahnya deng
Baca selengkapnya
12. Rencana Aqsa dan Shiza
Tok, tok, tok,Shiza mengetuk daun pintu ruang kerja Aqsa yang berada di lantai dua tak jauh dari kamarnya.“Masuk!”Terdengar Aqsa menyuruh Shiza masuk. Shiza pun menjentikkan jari telunjuknya untuk mendorong daun pintu yang memang sedikit terbuka.“Aku ganggu gak Mas?” tanya Shiza mengedarkan pandangannya. “Nggak, sini masuklah! Ada apa?”Aqsa menoleh ke arah adiknya yang sedikit ragu. Shiza pun memberanikan diri mendekati sang kakak. Aqsa yang tengah sibuk berada di depan layar laptop langsung memutar kursi kerjanya dan menatap adiknya yang lebih memilih duduk di kursi berbahan linen lain berhadapan dengannya.“Mas Aqsa, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa setelah Mas Aqsa datang ke rumah Selina, Selina bahkan tak menjawab teleponku? Apa kalian baik-baik saja? Aku hanya merasa aneh saja, Selina hanya menjawabku via pesan singkat ‘Shiza, aku sibuk jadi aku gak bisa nerima telpon dulu dari siapapun’. Pesannya itu terdengar aneh!” Shiza mencerca sang kakak dengan beberapa pertanyaan
Baca selengkapnya
13. Pertemuan dengan kekasih hati
“Selin! Selin! Para guru bukan gak mau bertindak pada anak itu selama masih ada kepsek yang arogan itu. Masalah segede semut aja bisa jadi kayak gajah. Pak Nando dulu juga gitu nasibnya keluar dari sekolah ini dan dipindahkan ke daerah Cibinong … Gara-gara tuh bocah,” jelas Zahrana dengan serius.Selina teringat terus perbincangannya dengan Zahrana. Dia harus segera menuntaskan masalahnya agar tidak sampai berlarut-larut. Meskipun demikian Selina tetap mengajar hingga jam terakhir sekolah. Dia kecewa dengan sikap Wijaya yang tidak memberinya izin cuti mengajar.Selina memutar otak bagaimana caranya agar mendapat izin cuti karena mencari keberadaan sang ibu tentu tidak mudah dan tak cukup waktu dua belas jam. Pasti membutuhkan waktu berhari-hari.Selina sudah merapikan meja kerjanya karena akan pulang. Dia memasukan laptop dan modul mengajarnya seperti biasa ke dalam tas selempang.Seorang guru menghampiri Selina.“Bu Selina, ada yang nyari,” ucap guru itu.“Siapa?”“Duh, apa itu pria
Baca selengkapnya
14. Hilang harapan?
“Maaf, saat ini aku belum bisa memikirkan taaruf, Za. Aku masih belum terima kabar ini, kabar bahwa ternyata Abah dan Ummi bukan orang tua kandungku,” jelas Selina sedikit terisak. Namun dia berusaha untuk mengontrol air matanya khawatir para guru ataupun murid melihatnya.“Selina, apakah kamu baru tahu hal itu sekarang?” tanya Shiza dengan dahi yang berkerut.Selina mengangguk. “Bahkan aku mengetahui kebenaran itu tak sengaja saat mendengar percakapan yang terjadi antara Abah dan kedua orang tuamu,”“Apa? Astagfirullah. Aku ngerti perasaanmu Selina, pasti kamu syok. Jika aku kamu, aku pun pasti … mungkin lebih syok lagi dari kamu. Sabar ya sahabatku!”Shiza langsung memeluk Selina.“Ini berat Za. Kenapa Abah dan Ummi merahasiakan ini semua sudah lama dan baru dibuka pada keluargamu …” ucap Selina dengan tatapan kosong.Shiza merasa sakit mendengarnya apalagi kedua orang tuanya ialah orang yang pertama tahu soal jati diri Selina sebenarnya. Kesimpulan kedua orang tua Selina percaya pa
Baca selengkapnya
15 Cinta dalam diam
Di perjalanan pulang Aqsa dan Shiza tiba-tiba terkesiap karena melihat ada kerumunan di depannya. "Mas, ada apa ya di depan?" tanya Shiza. “Gak tahu, lihat di sana ada kerumunan orang, apa ada kecelakaan?” jawab Aqsa menepikan mobilnya. “Iya kayaknya ada kecelakaan,” sahut Shiza. Beberapa detik kerumunan pun usai, jalanan pun lancar dan terlihat seorang gadis berjalan terpincang-pincang memegangi kakinya yang terlihat merah karena terluka. Darah merembes dari celana bahan yang dipakainya. “Mas, dia sepertinya Zahrana, dia terluka. Ayo tolong dia!” pekik Shiza yang panik melihat Zahrana yang terluka. Dia kesulitan berjalan hendak menyeberang jalan dan mencari kendaraan umum. Orang-orang yang melihatnya bahkan tak memperdulikannya. “Siapa Zahrana?” tanya Aqsa. “Mas lupa ya, Zahra atau Zahrana itu temanku waktu kuliah bareng Selina juga, beda jurusan. Selina ngambil Bahasa Indonesia, dia ngambil Sastra Inggris. Ya, aku memang kurang dekat sih, tapi dia teman baik Selina,” “Kamu m
Baca selengkapnya
16. Ruri yang menyebalkan
‘Cinta adalah bunga yang tumbuh tanpa bantuan musim’.Selina menggumamkan sebuah syair cinta dari penyair Lebanon, Kahlil Gibran. Dia memejamkan matanya dan mengasah intuisi yang menganak sungai di pikirannya. Pikirannya yang kalut justru menjadi sebuah jembatan untuknya mengelola emosi dan mengekspresikannya melalui sebuah tulisan, prosa. Lalu dia meraih sebuah buku kecil dan pena. Jemarinya menari-nari di atas lembaran kosong untuk membuat sebuah sajak-sajak indah.Seseorang tiba-tiba mengusiknya.“Ngapain Bu di sini? Kesal ya soalnya izin cutinya gak di-ACC? Ya ampun sampe nangis berdarah-darah,”Ruri menghampiri Selina yang semenjak kepergian Shiza dan Aqsa masih duduk di bangku taman sembari menulis sebuah sajak.“Ada apa Ruri?” sahut Selina lebih tenang. Dia langsung merapikan buku kecilnya yang selalu dia bawa kemana-mana. Lalu dia masukan ke dalam saku bajunya.“Telinga Ibu bermasalah ya sampai gak bisa denger aku ngomong?”“Tidak, telinga Ibu sehat. Bahkan Ibu rajin memeriksa
Baca selengkapnya
17. Rencana Adam untuk Selina
Adam tidak tinggal diam meskipun dia sibuk dengan usaha lampu hias milik keluarga yang secara turun temurun diwariskan, dia meluangkan waktunya untuk mencari tahu keberadaan ibu kandung Selina. Dia hanya ingin memenuhi keinginan sang adik. Adam lebih dulu curi start karena tak ingin Selina merasa lelah karena harus ikut ke sana kemari mencari alamat ibunya yang belum jelas keberadaannya. Keinginan Adam ialah Selina bertemu ibunya langsung ketika lokasinya sudah pasti. Itu saja yang Adam harapkan, selebihnya dia tak mau Selina berhubungan terlalu dekat dengan ibunya yang notabenenya hidup dalam dunia gemerlap malam. Dia takut kehilangan Selina. Lebih jauh lagi Selina ikut bersama ibunya dan terjerembab dalam dunia itu. “Maaf, Abah, aku ganggu sebentar, sibuk gak?” ucap Adam menghampiri Ustaz Bashor yang sibuk memberi contoh pada para pekerja dalam mematri kaca dan kuningan untuk menghias lampu gentur. Secara turun temurun keluarga Ustaz Bashor menekuni usaha lampu gentur yang diwaris
Baca selengkapnya
18. Pencarian dimulai
Oh hoAdam langsung terbatuk kaget saat melihat penampilan Selina dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bahkan dia sampai menumpahkan bandrek dalam cangkir seng ke atas meja.“Kamu niat banget Dek …”Adam terkekeh. Selina terlihat masih sangat muda dan masih seperti anak mahasiswi. Dia memakai pakaian kasual sehelai kaos putih panjang dengan pashmina yang menutup dada berwarna senada dan rok berbahan denim light blue sama dengan jaketnya. Pun, dilengkapi sepatu boots, topi dan tas ransel meskipun tetap terlihat sederhana tanpa riasan, hanya lip balm agar bibirnya tidak kering.“Hem bagaimana penampilanku, Aa? Apakah Aa sudah menemukan gadis secantik diriku?” ucap Selina penuh semangat. Mendadak, dia terlihat kembali ceria.“Seperti biasa, adikku, gadis tercantik di dunia. Aa juga belum menemukan gadis yang sepertimu,” kata Adam tersenyum pada adiknya.“Let’s go!”Selina menggandeng tangan sang kakak. Pencarian pun dimulai.Ditemani seorang asisten, Adam dan Selina berangkat pagi hari k
Baca selengkapnya
19. Pencarian yang tak mudah
“Menurut informasi yang Akang peroleh alamatnya sudah benar, rumahnya bercat kuning. Cuman masalahnya di sini ada banyak rumah yang berwarna kuning dan modelnya sama,”Arman menghentikan mobil sejenak.“Mana aku lihat?”Selina meminta Arman memperlihatkan foto rumah paman dan bibi ibunya.“Kang, kayaknya bukan di sini deh, salah kali,” protes Selina. “Rumah-rumah di sini bahkan gak ada nomornya,”“Eh, iya bener Neng Selina mah awas lihatnya,”Arman menepuk jidatnya. Mereka pun melajukan kembali kendaraan dan turun lagi beberapa ratus meter dari sana.Selina turun dari mobil dan melangkah lebih dulu. Ada banyak pasang mata melihat Selina dengan takjub. Seperti biasa kecantikan Selina selalu mencuri atensi. Tidak hanya cantik tapi Selina memiliki daya tarik seperti magnet membuat setiap orang yang melihatnya merasa tertarik. Seolah inner beauty yang dia miliki terpancar.“Assalamualaikum, Pak! Saya mau tanya apa Bapak tahu rumah Bu Esih?” tanya Selina pada seorang pria paruh baya yang s
Baca selengkapnya
20. Ditagih hutang
Selina tampak sedih. Wajahnya yang semula ceria kentara sekali berubah seketika tatkala mendengar kabar itu. Seolah harapan untuk berjumpa dengan sang ibu kandung pupus sudah. Padahal dia baru saja memulai pencarian.“Mungkin tetangga di sebelah punya nomornya, Neng,” ucap wanita bernama Sukaesih.Selina dengan pikiran kalutnya tak terpikirkan hal itu.“Ah. Iya, benar, Bu! Aku sampai gak kepikiran,” sahut Selina dengan senyuman hambar.“Biar, Aa yang temui para tetangga,” ucap Adam. Melihat tingkah Adam pada Selina membuat Sukaesih tersenyum dan mengira kalau mereka adalah pasangan muda. Adam begitu menyayangi Selina sehingga dia bersikap protektif padanya.“Ayo, Aa!” ujar Selina pada Adam. “Makasih ya Bu,”Mereka pun menanyai satu per satu tetangga bahkan hingga ketua RT, meminta informasi soal Sukaesih dan Endang suaminya. Sebagian mereka bahkan tidak tahu kalau Sukaesih dan Endang sudah pindah rumah.“Punten Aa, emang Aa siapanya Bu Sukaesih dan Pak Endang?” tanya kepala RT yang me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
25
DMCA.com Protection Status