Assalamualaikum, Dear lovely Readers, selamat datang di novel Pie yang pertama di Goodnovel berjudul TaWa Malam (Taaruf dengan Anak Wanita Malam). Semoga terhibur.
Oh hoAdam langsung terbatuk kaget saat melihat penampilan Selina dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bahkan dia sampai menumpahkan bandrek dalam cangkir seng ke atas meja.“Kamu niat banget Dek …”Adam terkekeh. Selina terlihat masih sangat muda dan masih seperti anak mahasiswi. Dia memakai pakaian kasual sehelai kaos putih panjang dengan pashmina yang menutup dada berwarna senada dan rok berbahan denim light blue sama dengan jaketnya. Pun, dilengkapi sepatu boots, topi dan tas ransel meskipun tetap terlihat sederhana tanpa riasan, hanya lip balm agar bibirnya tidak kering.“Hem bagaimana penampilanku, Aa? Apakah Aa sudah menemukan gadis secantik diriku?” ucap Selina penuh semangat. Mendadak, dia terlihat kembali ceria.“Seperti biasa, adikku, gadis tercantik di dunia. Aa juga belum menemukan gadis yang sepertimu,” kata Adam tersenyum pada adiknya.“Let’s go!”Selina menggandeng tangan sang kakak. Pencarian pun dimulai.Ditemani seorang asisten, Adam dan Selina berangkat pagi hari k
“Menurut informasi yang Akang peroleh alamatnya sudah benar, rumahnya bercat kuning. Cuman masalahnya di sini ada banyak rumah yang berwarna kuning dan modelnya sama,”Arman menghentikan mobil sejenak.“Mana aku lihat?”Selina meminta Arman memperlihatkan foto rumah paman dan bibi ibunya.“Kang, kayaknya bukan di sini deh, salah kali,” protes Selina. “Rumah-rumah di sini bahkan gak ada nomornya,”“Eh, iya bener Neng Selina mah awas lihatnya,”Arman menepuk jidatnya. Mereka pun melajukan kembali kendaraan dan turun lagi beberapa ratus meter dari sana.Selina turun dari mobil dan melangkah lebih dulu. Ada banyak pasang mata melihat Selina dengan takjub. Seperti biasa kecantikan Selina selalu mencuri atensi. Tidak hanya cantik tapi Selina memiliki daya tarik seperti magnet membuat setiap orang yang melihatnya merasa tertarik. Seolah inner beauty yang dia miliki terpancar.“Assalamualaikum, Pak! Saya mau tanya apa Bapak tahu rumah Bu Esih?” tanya Selina pada seorang pria paruh baya yang s
Selina tampak sedih. Wajahnya yang semula ceria kentara sekali berubah seketika tatkala mendengar kabar itu. Seolah harapan untuk berjumpa dengan sang ibu kandung pupus sudah. Padahal dia baru saja memulai pencarian.“Mungkin tetangga di sebelah punya nomornya, Neng,” ucap wanita bernama Sukaesih.Selina dengan pikiran kalutnya tak terpikirkan hal itu.“Ah. Iya, benar, Bu! Aku sampai gak kepikiran,” sahut Selina dengan senyuman hambar.“Biar, Aa yang temui para tetangga,” ucap Adam. Melihat tingkah Adam pada Selina membuat Sukaesih tersenyum dan mengira kalau mereka adalah pasangan muda. Adam begitu menyayangi Selina sehingga dia bersikap protektif padanya.“Ayo, Aa!” ujar Selina pada Adam. “Makasih ya Bu,”Mereka pun menanyai satu per satu tetangga bahkan hingga ketua RT, meminta informasi soal Sukaesih dan Endang suaminya. Sebagian mereka bahkan tidak tahu kalau Sukaesih dan Endang sudah pindah rumah.“Punten Aa, emang Aa siapanya Bu Sukaesih dan Pak Endang?” tanya kepala RT yang me
“Ibu dan Bapak, begini saja seandainya saya sudah menemukan Bu Sukaesih dan Pak Endang, insyaallah nanti kita bahas soal hutang,” pungkas Selina. Dia memang gadis yang baik dan cerdik. Tentu saja dia akan membantu setiap orang yang mengalami kesulitan tapi dia juga tidak mau kalau dimanfaatkan atau ditipu begitu saja oleh orang asing.Pak RT dan Bu RT pun saling lirik dan mengangguk.“Baiklah, saya minta nomor kalian,” pinta Bu RT yang langsung dijawab oleh Adam. “Ini kartu nama saya, hubungi nomor yang ada di sini aja,”Adam menyerahkan secarik kartu nama pada Bu RT. Adam terlihat lebih sopan pada Bu RT karena dia bersikap sopan pula tak seperti Pak RT.‘Wah, ternyata bukan orang biasa, pemilik lampu hias terkenal di Cianjur,’ batin Bu RT.“Tolong kabari kami jika ada kabar tentang Bu Sukaesih dan Pak Endang sesegera mungkin …” ujar Adam dengan tegas.“Apa imbalan bagi kami?” tanya Pak RT. “Apakah kalian akan membayar hutang mereka?”“Kami akan pertimbangkan hal itu …” sahut Adam sin
Adam yang memiliki sifat waspada terhadap orang asing tentu langsung bereaksi dan menangkis tangan pria itu dengan baik. Mungkin sangat baik sehingga pria yang hanya mencoba mengancam dan belum siap untuk bertarung seketika terpelanting ke belakang.Selina yang melihatnya buru-buru berlari ke arah Adam. Dia sembunyi di balik punggung sang kakak.“Aa …!” lirih Selina dengan suara yang gemetar. Dia menyesal tertinggal di belakang dan tak mendengarkan perkataan kakaknya untuk segera pulang.Ke dua pria itu menyerang Adam dan pertarungan pun terjadi. Beruntunglah Adam memiliki kemampuan bela diri yang baik. Di pesantren dia diajarkan silat sehingga dia mampu melawan ke dua orang asing itu. Namun mereka memiliki senjata sehingga dia sedikit kesulitan dan hampir beberapa kali tertusuk jika dia sedikit lengah saja.Selina melihat itu ketakutan lalu dia meraih ponselnya menelepon Arman. Namun Arman tidak mengangkat teleponnya karena suara musik yang dinyalakan di dalam mobil begitu keras sehi
“Sus, kakakku baik-baik saja kan?” tanya Selina lagi.“Doakan saja Mbak …” ucap perawat itu dengan wajah tak kalah cemas.Selina pun akhirnya mengangguk dan menunggu bersama Arman di luar ruangan IGD.“Sabar ya Selin, insyaallah Adam baik-baik saja. Dia segera dapat pertolongan insyaallah dia akan selamat,” tukas Arman berusaha menenangkan Selina. Karena usianya sudah matang, berusia kepala tiga, dia lebih tenang dalam menyikapi sesuatu. Lalu dia meraih ponselnya untuk menghubungi pesantren, Ustaz Bashor dan Ummi Sarah.“Jangan, Kang! Jangan telepon pesantren dulu!” ucap Selina tiba-tiba. Dia melarang Arman menghubungi kedua orang tuanya.“Kenapa gak boleh?” tanya Arman penasaran.“Aku takut reaksi Ummi dan Abah, Kang … mereka pasti bersedih dan shocked. Tunggu Aa Adam sadar dulu saja barulah telepon …” ucap Selina sembari menghela nafas panjang. Dia menyesal atas semua yang terjadi karena demi memenuhi keinginannya Adam malah celaka.“Ya, udah, kita tunggu dulu …” ucap Arman mengenya
Ummi Sarah buru-buru mencuci jarinya dengan air bersih dan mengobatinya dengan betadin dan membungkusnya dengan plester luka.Ceu Sari yang melihatnya terkejut. “Ummi … harusnya sama saya Ummi. Ummi istirahat saja. Masak ‘kan bagian saya …”“Gak apa-apa. Kamu juga tadi bantuin capek,”Suara telepon pun berdering. Sebenarnya yang diharapkan yang menghubunginya Adam atau Selina tetapi yang menelpon Arman. Mungkin ponsel Adam dan Selina habis baterainya, pikirnya.“Assalamualaikum, Kang Arman. Ada apa?” tanya Ummi Sarah.“Ummi, waalaikumsalam. Ummi, Adam di rumah sakit sekarang,” ucap Arman. Arman segera menghubungi Ummi Sarah karena dia sendiri merasa khawatir akan terjadi sesuatu pada Adam dan tentu dia pasti disalahkan karena tidak bisa menjaga Adam dengan baik meskipun itu kecelakaan yang tak terduga. Sebelum itu terjadi dia segera menghubungi Ummi Sarah.“Ap-pa? Kenapa Adam di rumah sakit?” cerocos Ummi Sarah.“Adam terluka tadi ada orang jahat tiba-tiba menusuk Adam,” jelas Arman.
“Astaga! Cepat cek lagi di BDRS!” pekik dokter bedah.Para perawat pun kelabakan mencari darah untuk Adam. Salah satu perawat mengabari Selina.“Pasien butuh darah AB rhesus negatif,”“Ap-pa?”“Dia kehilangan banyak darah, harus segera transfusi …”“Golongan darahku B, argh, aku bahkan tak bisa menyelamatkan nyawa kakakku,”“Golongan darah AB dengan rhesus negatif bisa menerima donor dari AB, A, B, dan O rhesus negatif. PMI terdekat stock habis,”“Aku akan mencarinya Sus. Mudah-mudahan keluarga ada yang bergolongan darah sama dengan Aa Adam,” sahut Selina.“Akang akan menghubungi teman-teman barangkali ada yang bergolongan darah sama dengan Adam,”Selina pun mengangguk.Selina pun meraih ponselnya untuk mengabari Ustaz Bashor dan Ummi Sarah, mengingat kondisi Adam dalam keadaan kritis, membutuhkan transfusi darah.Namun tanpa diduga Selina, Ustaz Bashor sudah berada di belakang Selina. Saking fokus memencet nomor telepon dia tidak mendengar suara langkah kaki ke arahnya.“Selina …” ser