Share

Seratus Tiga Puluh Dua

Bab 132

Aroma obat-obatan tercium di hidungku. Aku membuka mata melihat sekeliling dengan nuansa putih. Entah berapa lama aku terpejam. Rasa nyeri terasa di pergelangan tangan.

Kupaksa membuka mata apakah aku sudah mati. Terakhir kali kuingat, aku mengoreskan nadi dengan pecahan gelas yang berceceran di lantai. Pikiranku buntu seperti hidupku saat ini. Mati adalah solusi terbaik. Padahal semua masalah bisa diselesaikan tanpa harus mengakhiri hidup.

Aku menatap pergelangan tangan sebelah kiri, jarum menusuk ke nadiku. Cairan menetes perlahan masuk ke dalam tubuh. Aku belum mati, masih merasa udara dan oksigen mengalir di tubuhku.

"Kamu sudah sadar?" Suara barito seseorang terdengar di sampingku. Aku hanya menatap tanpa mau membuka suara.

"Ada-ada saja sampai bunuh diri segala. Apa tak ada cara lain?" Suara ketus itu tentu milik Mba Nita. Wanita itu tampak marah dan geram.

Aku masih tak mau membuka suara. Kenapa aku tak mati saja daripada harus menjadi boneka mereka.

Seorang pria
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status