Semua Bab Pembalasan Saudara Kembar : Bab 31 - Bab 40
89 Bab
Tiga Puluh Satu
Flashback Ronald (2)Jantung Rebeca berpacu dengan cepat. Aliran darah memanas. Melihat pemandangan memilukan hati. Pemandangan yang membuat dirinya tersingkir. Kakinya tak bisa menahan bobot badannya. Berkali-kali meremas knop pintu. Napasnya wanita itu memburu tak beraturan. Rebeca tak percaya dengan semua yang terjadi. "Apa yang mereka lakukan?" geramnya dalam hati. Pemandangan yang menusuk hati."Papa!" Membuka pintu kasar. Benturan antara pintu dan dinding mengema di kamar.Mata Ronald terbelalak, menatap sang istri berdiri di depan pintu. "Rebeca!" Ronald berada di atas tubuh Silvia beranjak mengambil pakaian yang tergeletak di atas keramik putih. "Dasar penghianat!" Rebeca melayangkan tangannya ke udara dan mendarat di pipi Silvia. "Hentikan, Rebeca!" Ronald kecolongan ketika mengenakan celana. Ronald menarik bahu istrinya dan membalas tamparan wanita itu dengan keras. Tubuh Rebeca terhuyung ke belakang. Bongkongnya terasa nyeri akibat benturan dengan lantai. "Papa!" "
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Dua
Mimi terikat di kursi kayu, mulutnya tersumpal kain putih. Darah menetes dari denyut nadinya. Tubuhnya lemah tak berdaya.Perlahan matanya terbuka, memandang sekeliling ruangan. Wajah seorang wanita dengan memakai masker di bagian mulut dan hidung. Ia juga mengenakan topi. Wanita itu melepaskan kain yang menutupi mulut Mimi."Ka-kamu siapa? Mengapa aku berada di sini?" Mimi mengernyit heran. Ia sepertinya pernah melihatnya. Namun, wajahnya tertutup masker.Seorang lelaki menghampiri Mimi, ia tersenyum ramah. Mimi tak mengenali lelaki tersebut. Ia bukan tak mengenali akan tetapi lupa dengan wajahnya."Bagaimana keadaanmu, gadis manis?" tanya lelaki berkacamata. Tangannya terlipat di dada.Mimi diam tak menjawab pertanyaannya. Ia masih menatap lelaki itu dengan tanda tanya. Memicingkan mata dengan sinis. Penjahat mana yang masih menanyakan keadaan korban."Apa mau kalian? Salahku apa?" u
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Tiga
"Buka'lah masker dan topimu. Dia akan semakin bingung dan akan bertambah parah penyakit di kepala." ucap lelaki itu. Ia melepaskan topi di atas kepala wanita itu. Rambut berwarna pirang dengan panjang sepinggang memperlihatkan bahwa wanita itu cantik dan sempurna. Warna mata coklat dan alis mata hitam dan lebat tanpa harus memberikan pensil alis. Perlahan wanita itu membuka maskernya. Wajah cantik terlihat jelas. Mimi menghampiri wanita itu dan memeluk erat. "Aku kangen, kamu ke mana saja. Aku sendirian di rumah itu. Mengapa tak menghubungiku?" Mimi mencerca pertanyaan demi pertanyaan. "Kamu jahat! Menakuti aku dengan menculik.Lihatlah, sakit sekali ini." Mimi menunjukkan luka yang diplester. "Begitu saja takut. Mana Mimi yang pemberani," ledeknya. Ia menarik hidung Mimi kencang. Mimi meringis dan menyentuh hidungnya. "Sakit, jangan tarik hidungku!" pekiknya. Mimi melirik lelaki berkacamata apakah ia kenal dengan pria itu. "Siapa dia, apa itu pacar
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Empat
Angel terus mencari keberadaan Mimi. Ia khawatir dengannya. Berjalan mondar mandir bagaikan setrikaan listrik. Menghela napas berkali-kali."Apa Mimi telah diculik? Apa Bean yang melakukannya? Untuk apa dia menculik Mimi." Angel menggigiti kuku jarinya.Semua anak buah sudah diberi tahu. Namun, Angel tak memiliki foto Mimi. Ia keluar kamar dan menuruni tangga. Papa mertua sedang menghubungi seseorang. Lelaki itu bergegas mengakhiri panggilannya."Papa sedang apa?" tanya Angel sopan."Bukan urusanmu!" ketusnya meninggalkannya sendirian.Angel tersenyum sinis. Ia tak menyangka kalau rencananya berhasil. Papa mertua tak bisa menjalankan bisnisnya. Ia kesulitan mencari korban. Ros juga frustasi. Antoni sedang koma kepada siapa meminta uang.Malam hari tiba, Angel mendengar pintu Ros tertutup. Tak berapa lama lagi suara mobil keluar rumah. Angel mengintip dari balik tirai kamarnya.Sudah bis
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Lima
Tidak, saya mau turun! Biarkan kami pergi!" Bapak tua itu berusaha untuk turun dari mobil milik Ronald. "Berhenti!" teriaknya panik. Ros mengambil sapu tangan miliknya yang sudah diolesi obat bius. Ros panik belum pernah mengalami kejadian ini.Tangannya berusaha mengapai hidung lelaki itu. Ros tak dapat melawan tenaganya. Ia terhuyung, bapak gembel yang tak kalah cerdik mengambil sapu tangan dan menutup hidung Ros. Dalam beberapa detik, Ros tak sadarkan diri.Papa mertua menghentikan mobilnya ia turun dan menghampiri lelaki itu di jok belakang. Membuka pintu dengan emosi. Manarik kerah bajunya dan memberi bogem ke wajahnya.Suara anak menjerit dan memukul tubuh papa mertua membantu bapaknya yang terus dipukuli seperti maling."Jangan pukul bapak saya!" teriak anak itu.Papa mertua mendorong anak tersebut hingga nyaris terlempar. Ronald mengeluarkan pistol dari belakang bajunya.Belum sempat, papa mertua menarik pelatuk senjatanya. Ia
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Enam
(Menyerang Bean)Angel telah menyusun siasat, ia mengepung gedung tempat Bean berada. Tiga mobil sudah dikerahkan. Angel, yakin. Bean menyimpan sesuatu yang mengerikan."Tangkap dia, ambil barang bukti. Kita harus bergerak cepat!" Angel memperhatikan anak buahnya dari jarak jauh dengan mengunakan teleskop.Perbuatan Bean sudah membuatnya geram. Membunuh semua anak buahnya sadis. Tubuh mereka dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam kardus. Membuangnya kesembarangan tempat.Polisi menemukan potongan tubuh tersebut di tempat pembuangan sampai, sungai, dan kebun. Mereka hanya menemukan potongan tubuh saja. Setelah dikumpulkan, para penyelidik memeriksa dan menyatukan bagian-bagian tubuh tersebut.Namun, kepala mereka tak ditemukan. Angel tak memiliki barang bukti untuk menangkap Bean. Setiap anak buah Angel memiliki tanda di salah satu bagian tubuhnya. Sebuah tato berbentuk malaikat bersayap.S
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Tujuh
Angel mendapatkan kabar dari salah satu penyelidik. Kalau Bean adalah William. Angel bergegas ke rumah Antoni dengan mobil sportnya. Ia ingin mengecek sendiri keberadaan lelaki tersebut. Apa benar Bean adalah William. Karena Angel mengetahui perbedaan mereka."Tidak mungkin dia Wiilian. Bagiamana bisa. Pasti ada yang salah atau sesuatu rahasia belum terungkap." Angel tak menyerah, ia akan mencari semua bukti dan mencari pembunuh adiknya sampai ke liang lahat sekalipun. Mereka pasti sadis dan kejam. Angel juga ingin tahu maksud mereka telah membunuh saudara kembarnya. Tiara, gadis baik. Tak memiliki musuh satupun, ia telah mencari informasi tentang adiknya. Angel memarkirkan mobilnya di luar pagar. Ia turun dan mendorong pagar agar mobilnya masuk ke dalam. Tak ada satu pekerja yang menjaga rumah tersebut. Kembali masuk ke mobil dan melajukan mobil ke halaman rumah. Suasana rumah Antoni sangat menyeramkan. Setelah kasus ini terbongkar tak ada seorang
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Delapan
Knop pintu berputar-putar seolah-olah ada orang lain di luar sana. Angel hanya menatap knop besi berwarna emas berbentuk bulat. Mengikuti arah putar jarum jam.Angel terkejut ketika pintu terbuka sendiri dan tertutup kembali dengan suara begitu keras membuat Angel terlonjak kaget. Tak ada sosok yang terlihat atau ini semua hanya ilusi saja pikir Angel saat itu. "Ya Tuhan, pintu itu terbuka sendiri," lirihnya dalam hati. Ia tetap waspada akan penyerangan yang tak terduga. Jantung Angel berdetak dengan kencang. Bagaikan berpacu dengan kuda tak ada tempat berhenti sedikitpun. Situasi mempermainkannya atau menertawakan saja. Sungguh miris dan penuh kejutan. Tatapan Angel tak lepas dari pintu. Ia harus berhati-hati akan apa yang akan terjadi. Angel bergeming, suhu badannya berubah dingin. Mengapa ia setakut ini. Suara wanita terdengar kembali. Lebih menyeramkan dan menakutkan. Suara itu semakin mendekat dan mendekati Angel. Ketukan-ketukan dari luar pintu dan lemari terdengar mengejut
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Sembilan
"Aku tak boleh takut, mereka tak pernah ada." Angel menutup matanya. Menarik napas dalam dan membuka jendela kamar Will."Tidak terlalu tinggi," ucapnya. Ia melompat ke dahan pohon yang menempel di jendela.Angel menatap jendela kamar Tiara. Ia terkejut melihat seorang wanita dibalik hordeng. Tatapan mereka bertemu."Siapa dia, manusia atau hantu?" Tak beberapa lama kemudian sosok wanita itu hilang. Wanita berambut pirang dan berbaju merah.Angel masuk ke mobil dan meninggalkan rumah tersebut dengan jantung yang berdegup kencang. Pikirannya melayang-layang ke udara. Mengingat sosok wanita itu. Wajahnya tak terlihat jelas. Angel tak mau memikirkan hal itu. Ia fokus untuk mencari bukti tentang Bean dan Will.Mengendarai mobil menuju rumah sakit menemui Bean. Petugas memberi izin kepada Angel. Petugas hanya memberikan waktu sepuluh menit untuk berbincang.Bean di rumah sakit jiwa, polisi masih menjaga ruangnya dengan ketat." Jangan sampai kalian lengah. Dia lelaki gila dan pembunuh." Sal
Baca selengkapnya
Empat Puluh
Angel mengikuti arah anak lelaki itu berjalan. Tepat di depan pintu berwarna biru. Anak laki-laki tanpa terlihat wajahnya menghilang menembus pintu."Astaga dia!" Mengusap dada. Jantungnya berdegup kencang bagaikan kuda yang sedang berlari. Tiba-tiba menghilang bagaikan hantu. Apakah anak itu hantu atau penghuni rumah ini."Aku harus masuk." Angel berperang melawan rasa takut. Ia harus terus maju tanpa ragu. Angel mendorong pintu perlahan. Ruangan seperti tempat tidur dan lemari tertata rapi di dalamnya. Debu menebal menutupi perabotan.Angel menelusuri kamar penuh debu dan sarang laba-laba. Ia memaksa kakinya untuk melangkah. Pandangannya terus menelusuri kamar yang entah berapa lama tak terpakai dengan cahaya lilin.Tatapan Angel terhenti pada sebuah benda. Dirinya penasaran apa yang ada di dalam benda tersebut. Sebuah bingkai foto keluarga dengan senyum bahagia. Namun, tak ada dirinya di dalam foto tersebut."Mengapa foto ini tak ada aku?" desisnya.Angel mengambil foto tersebu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status