All Chapters of Pembalasan Saudara Kembar : Chapter 41 - Chapter 50
89 Chapters
Empat Puluh Satu
"Mengapa ia mengikutiku. Apa yang ia mau?" lirihnya dalam hati. Tak ada yang bisa melihat sosok anak itu kecuali Angel.Tatapan mereka bertemu. Namun, wajah anak itu tak terlihat jelas. Tubuh bocah laki-laki sama persis di rumah tadi. Tempat tinggal kedua orang tuanya. Bayangan anak itu tiba-tiba menghilang. Tak menampakkan jejak untuknya. Angel mengelengkan kepala pelan. Entah apa mau anak itu, mengikuti wanita yang duduk di bangku plastik merah. Setelah makan pikirannya bukan tenang malah semakin runyam. Angel yakin, bocah itu ingin memberitahukan tentang dirinya atau memberikan informasi tentang kematian Tiara, adik kembarnya. "Berapa Pak?" Memberikan piring yang telah kosong. "Dua belas ribu aja, Neng." Angel mengeluarkan uang berwarna hijau dari dompet merah muda dan menyerahkan ke pedagang nasi goreng."Ambil saja kembaliannya, Pak." "Terima kasih. Hati-hati Neng."Angel memberikan senyuman kepada pedagang tersebut. Melangkah kembali menelusuri jalan yang sama. Angel kemb
Read more
Empat Puluh Dua
Setelah kejadian kecelakaan maut yang menimpa kedua orang tuanya. Angel dan Tiara tinggal di sebuah panti asuhan Sari Kasih. Mereka terpaksa tinggal di sana karena tak ada satu saudara pun yang bisa dihubungi. Silsilah keluarga mereka tak diketahui olehnya. Entah mengapa kedua orang tua mereka tak memberi tahu saudara mereka yang lain. Angel diadopsi oleh orang yang berkebangsaan Rusia. Ia memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan dady Rich and momy Rich. Mereka tinggal di negara tersebut. Mereka sepasang suami istri yang tak dikaruniai seorang anak hingga sekarang. Mereka sangat menyayangi Angel melebihi diri mereka. Angel bahagia dan sejahtera hidup bersama mereka dengan harta yang berlimpah. Apa yang diinginkan selalu terkabul. Momy Rich sangat memanjakan Angel. Apa yang diinginkannya pasti dituruti asalkan Angel bahagia. Senyum Angel menjadi candu untuk dirinya. Dady Rich juga yakin kalau Angel dapat meneruskan usahanya yang selama ini berjalan semakin sukses. Kepintaran d
Read more
Empat Puluh Tiga
Mengingat kejadian masa lalu membuat Angel nyeri. Kehilangan saudara satu-satunya dan kini nama aslinya kembali teringat. Mendesah panjang dengan segala konflik ini. "Apakah hidupku serumit ini? Apakah masa lalu terlalu suram. Sebenernya siapa pembunuh Tiara. Kini, Antoni telah pergi. Satu persatu keluarga Ronald telah tiada. Apa yang harus aku lakukan.Angel menatap jalan raya tanpa ada kendaraan lain yang melintas. Hawa dingin menusuk ke kulit. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil. Selama perjalanan Angel tak berhenti sedikitpun. Mobilterus melanju membelah jalanan dengan cepat. Jalan raya terlihat sepi dan menyeramkan. Hawa dingin lebih menusuk ke dalam tulang. "Kenapa cuaca dingin sekali?" Angel tak mengenakan jaket atau sweater. Teringat kembali masa lalu tentang dirinya. Masa lalu yang mungkin menjadi indah jika ia tak memilih seperti ini Keadaan dirinya dan nama asli setelah kelahirannya. "Aku Tara bukan Angel ... Aku ...." Mengelengkan kepala cepat. Tanpa ia sa
Read more
Empat Puluh Empat
Angel tersentak, ketika tubuhnya terasa dingin. Air membasahi seluruh tubuhnya. Wanita itu tak sadar apa yang telah terjadi. Suara teriakkan mengema di ruangan tersebut. Suara menakutkan telinga dan mata hingga tersadar dari tidur sementara."Bangun!" pekik salah satu pria bertopeng. Tangan kanan menggenggam ember kecil merah. Isi dalam ember sudah dibuang ke wajah Angel. Senyum menyeringai menakutkan jiwa. Sifat jahat terpancar menyilaukan hati dan mengelapkan dirinya. Hatinya menghitam, pikirannya hanya menyakiti orang lain. Kejahatan yang sering mereka lakukan. Hati yang gelap membuat pria bertopeng memperlihatkan senyumnya ketika korban terluka atau sengsara. Orang lain sengsara ia tersenyum begitulah istilahnya. Pria bertopeng memukul bagian bawah ember agar Angel sadar dari pingsannya. Ingin sekali pria bertopeng menyayat kulit Angel agar terlepas dan ia jemur di bawah sinar matahari. Angel belum membuka mata, tubuhnya hanya bergerak sedikit membuat pria bertopeng kembali ber
Read more
Empat Puluh Lima
"Kalian gila!" maki Angel. Berusaha menutup mata. Mereka tertawa terbahak-bahak. Tingkah Angel membuat mereka bersemangat untuk menyakiti wanita yang terikat di kursi. "Iya, memang kami gila. Gila karena kalian yang memperlakukan kami seenaknya." Aldo berucap seakan-akan Angel bersalah dalam kehidupan masa lalu. "Salah aku apa, Tiara. Mengapa kamu mengikatku seolah aku adalah korban kekerasan! Aku saudaramu kita satu keluarga." "Salahmu adalah memiliki wajah yang sama persis denganku. Kamu juga telah melupakan adik kembarmu yang bernasib malang. Kamu hidup di atas penderitaku.""Kamu bahagia dengan harta berlimpah tetapi aku harus menelan kehidupan pahit hingga aku berubah seperti ini." Tatapan iblis muncul di kedua netra Tiara. Hatinya tertusuk pisau yang sangat tajam dan runcing menusuk dalam hingga menembus ke belakang tubuh. "Tidak Tiara, aku tak melupakanmu. Hanya saja. Daddy dan Momy Rich ...." Angel mengelengkan kepala lemah. Sejenak ia teringat dengan kedua orang tua an
Read more
Empat Puluh Enam
"Ya Tuhan ... Dokter Ardian! Ternyata kamu menipuku!" sungut Angel kesal. Tubuhnya bergerak untuk maju. Hatinya panas membara ingin menghajar lelaki itu. Penipu dan licik. Segala rencana Angel, ia ketahui. Semuanya tanpa ada yang ditutupi. Begitu bodohnya Angel tak menyadari manusia licik dan serakah. Apakah salah Angel dengan dokter muda itu. Apakah Angel pernah membuat dirinya menderita. Orang yang terlihat baik di depan Angel ternyata manusia iblis. Pembunuh dan pencundang. Selama ini Ardian yang membantunya. Ia mempercayakan semua kepada dokter muda itu. Pria yang bergelar dokter dan selalu ada di sampingnya ternyata menusuk Angel dari belakang. Begitu sakit hati Angel telah dikhianti. "Penipu kau, Ardian!" Dada Angel naik turun, udara di dalamnya mencari jalan agar aliran lancar. Tapi, saat ini Angel marah, kesal dan geram sehingga udara dalam tubuhnya tersedat. Ardian hanya tertawa dan mengelengkan kepala. Tiara merangkul tubuh dokter tampan itu
Read more
Empat Puluh Tujuh
Kepala Angel dipukul keras oleh Aldo hingga tak sadarkan diri. Mereka membawa Angel masuk ke dalam mobil sedan milik Angel."Baiklah, kini kita lakukan. Sebagai awal kemenangan kita. Tak berapa lama lagi. Warisan dua keluarga akan menjadi milik kita," ucap Tiara tersenyum penuh arti. Membayangkan dirinya bagaikan sultan. Memiliki rumah megah dan mewah. Harta tak habis tujuh turunan. "Kita akan bebas melakukan apa saja," ungkap Aldo berapi-api. Semasa papanya hidup Aldo tak bisa melakukan sesuai keinginannya. Ia selalu dikekang olehnya. Aldo yang polos kini ternoda. "Kamu ingin bebas dan terbang Aldo?" tanya Tiara menatap adik iparnya. Pemuda yang juga mencintainya. Semua anak-anak Ronald telah jatuh cinta dengan kecantikan Tiara. Wanita itu paling pintar menarik hati laki-laki. Bukan karena jalang melainkan susuk pemikat yang ia gunakan selama ini. Tiara memang cantik, akan tetapi lelaki mana yang mau dengan Tiara miskin dan
Read more
Empat Puluh Delapan
Tiara merubah penampilan dalam sekejap. Kembali ke penampilannya yang sederhana. Wanita itu menuju rumah sakit dengan mengunakan taksi online. Mengurus kematian Antoni. Selama perjalanan senyum kebahagiaan tersunging di bibir Tiara. Tak menyangka akan semudah ini berurusan dengan Angel. Jari lentik kanan menyentuh benda pipih mengubungi kekasihnya. "Sayang, aku sudah mau sampai," ungkap Tiara kepada Ardian. "Bagus, lakukan sandiwara dan yakinkan mereka. Kita ambil ahli harta mereka." Tawa mengema di seberang panggilan. Tiara ikut berbahagia. Tiara meneteskan obat mata agar terlihat sedih dengan kepergian suaminya. Suami yang akan membuat dirinya kaya raya. Kalau bukan dia, siapa yang akan menjadi pewaris. Apakah Black? Tentu saja pemuda yang begitu menyanyangi Tiara telah pergi menuju akhirat, setelah mengalami kecelakaan mobil. Tiara tertawa bahagia,semua rencana berjalan lancar. Tiara menundukkan kepala dan memasang wajah memelas. Menatap di cermin dalam tas. Memberikan sediki
Read more
Empat Puluh Sembilan
Tiara mengikuti langkah anak buahnya, ia berjalan gontai dan mengenggam sapu tangan. Berpura-pura menangis di balik kacamata hitam. Tiara akan tinggal di kediaman Angel. Tidak mungkin ia akan pergi ke rumah Antoni. Rumah itu sudah tak berpenghuni. Ia juga tak mau terus bersembunyi di sana. Sudah waktunya membebaskan diri ke dunia nyata. Kebebasan pun di mulai. "Non Angel," sapa seorang wanita tua. Dari pakaiannya Tiara tahu kalau wanita itu adalah seorang pelayan, kepercayaan Angel. Wanita yang selalu berada di samping Angle selama di Indonesia. Beruntung ia hanya mengenal Angel di negara ini. Jadi aman bagi Tiara. Begitu juga anak buahnya, mereka juga baru mengenal Angel. "Anda mau dibuatkan apa?" tanya pelayan berumur sekitar empat puluh lima tahun. Ketika Tiara duduk di sofa. "Buatkan saya Teh tanpa gula." Tiara membuka kacamatanya meletakkan di atas meja. Tiara tahu teh kesukaan Angel begitu juga makanan. Semua mudah baginya karena ada Ardian yang memberi tahu semuanya. Sec
Read more
Lima Puluh
Tubuh ramping terbaring di atas ranjang ukuran dua. Pergelangan tangan menancap jarum hingga selang panjang memasukkan cairan ke dalam tubuhnya. Kedua mata hitam terbuka perlahan, menelusuri ruangan sederhana di sekitarnya. Mengerjapkan berkali-kali mencoba sadar dari tidur panjangnya. Angel bangkit dari pembaringan, tak ada satu orang pun berada di dalam. Sunyi dan damai. Suara burung berkicau saling sahut menyahut, sinar matahari masuk dari cela jendela yang tertutup hordeng biru muda. Angel menyentuh bahunya tertutup perban. Rasa nyeri menusuk ke dalam tulang, ketika ia menggerakkan tangan. Angel tak dapat melakukan dengan sempurna. "Sst, sakit sekali. Apakah bahuku terbentur keras?" Angel berbicara sendiri. Menyentuh bahu lembut. Angel menurunkan kedua kaki hingga menyentuh lantai putih sedingin air di dalam lemari pendingin. Udara terasa berbeda. Cahaya matahari yang masuk hanya menghangatkan saja. Benturan antara pintu dan kusen terdengar perlahan. Sesosok wanita seumurann
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status