Semua Bab DENDAM BERKALANG NODA: Bab 11 - Bab 20
53 Bab
Bab 11. Malam tragis
"Toloooong, lepaskan aku Om..." Laura berontak dari cengkeraman Harman, dia merasa jijik dengan dengus nafas laki-laki itu yang menyentuh kulit lehernya. Tapi, Harman tak perduli dia terus saja memeluk laura dengan tak sabar, dia mendengus-dengus tak jelas dan mendaratkan ciumannya dengan mulutnya yang basah itu. "Jangan...kumohon jangan!" Laura mendorong tubuh Harman membuat laki-laki itu hampir terjatuh ke lantai. Harman terkejut bukan kepalang dengan perlawanan Laura, matanya mendelik dengan amarah yang tak bisa di bendungnya. "PLAK!!!" Sebuah tamparan mengenai wajah Laura, membuat gadis muda itu terjengkang sampai ke atas tempat tidur. Laura terpekik kecil sambil memegang pipinya, dia tergeletak setengah terbaring sehingga paha mulusnya nampak hampir sampai pangkal pahanya, dress marun yang di gunakannya itu sangat pendek memang. Harman menatap nyalang pemandangan itu, jakunnya turun naik di balik lemak yang ada di lehernya yang pendek itu. Tak ada lagi aura manusia dar
Baca selengkapnya
BAB 12. Aku Menebusnya!
Harman terkejut hampir telonjak dari tempat tidur itu, sementara Laura membuka lebar matanya. Kedua orang itu sama memandang ke arah pintu. Di sana berdiri seorang laki-laki dengan masih menggunakan baju jaket ojek online, wajahnya merah padam dengan kacamata yang melekat di matanya. "Hentikan semua ini!" Teriakan itu terdengar kerasdan penuh dengan amarah. Laura segera meloncat dari atas tempat tidur dengan raut ketakutannya, saat sadar yang datang itu adalah orang yang sangan dikenalnya. "Kak Tris..." Dia menarik dengan sembarangan sebuah taplak meja yang ada di samping tempat tidur itu dan menutup bagian dadanya dengan gemetar. "Anak kurang ajar!!!" Ibu laura berteriak di belakang punggung Tristan. Menarik lengan Tristan dengan kasar sementara yang di tarik sama sekali tak bergeming. Dia berdiri di tengah pintu yang jebol itu, kedua tangannya mengepal keras. "Siapa setan kecil yang mengangguku ini, Lina? Kenapa dia ada disini?" Harman beringsut turun dari atas tempat ti
Baca selengkapnya
Bab 13. Negosiasi
"Kenapa kak Tris melakukan ini padaku?" Tanya Laura saat dia sudah berada di dalam rumah Tristan, yang tepat berada di sebelah rumahnya. Kediaman mereka hanya terpisah dinding tembok saja. Rumah itu adalah rumah petak 4 pintu yang di kontrakkan. Tristan tinggal di kamar paling pinggir bersebelahan dengan kamar Laura, dulu Tristan tinggal bersama adiknya. Tetapi setelah Tika, adiknya lulus kuliah, adiknyaitu bekerja di kota sebelah sebuah Bank Swasta, hanya kadang-kadang jika saat libur akan mengunjungi Tristan. Tristan dan adiknya Tika, dua bersaudara yatim piatu. Tristanlah yang menyekolahkan adiknya itu dengan menjadi ojek online. Dia sudah tinggal di rumah petak ini kurang lebih lima tahun dan tak pernah pindah. Bahkan saat Tika mengajaknya ikut ke kota sebelah, Tristan menolaknya. Dia sudah betah tinggal di situ. "Aku melakukannya karena ayahmu." jawab Tristan sambil memberikan sebuah handuk dan baju daster. Itu adalah baju adiknya. "Ayah?" "Ya, ayahmu."Jawab Tristan pend
Baca selengkapnya
Bab 14. Lepaskan saja
"Aku mungkin kurang ajar tetapi aku rasa kita sama saja urusan akhlak, tidak perlu berhitung tinggi dan rendah. Aku akan bersikap sopan jika ibu juga bisa bersikap hal yang sama. Aku tak bisa memaksa diriku menghormati ibu jika ibu sendiri tak pantas mendapat rasa hormatku." Tristan mundur dua langkah, tangannya bersidekap dengan santai di depan dadanya. "Bagaimana kalau kita bernegosiasi saja?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut Tristan tepat saat ibu Laura mengepalkan tangannya, berusha memukul ke arah Tristan. "Negosiasi? Negosiasi apa?" Ibu Laura membeliak, tangannya mengepal di udara. "Aku akan menikahi Laura dan mempertanggungjawabkan semua yang kulakukan padanya tetapi ibu harus melepaskannya.""Kamu kira aku akan dengan mudah menyetujuinya? Kamu telah membuatku malu di depan Harman. Jangan kira akau kan memaafkanmu dengan mudah. Lebih baik akau akan mebuat bayi di perut Laura itu mati dari pada harus bermenantukan anak kurang ajar sepertimu!" Dengus ibu Laura dengan tatapa
Baca selengkapnya
Bab 15. Membalas Budi
Laura duduk di pinggir tempat tidur sambil memuntir ujung dasternya, dia menunduk dalam-dalam sambil mengusap air matanya ketika Tristan masuk ke dalam kamar. "Kenapa kak Tris melakukannya?" Tanya Laura lamat-lamat dengan suara serak. "Ya...? Maksudmu apa?" Tristan mengerutkan keningnya sambil merapikan letak kacamatanya, senyumnya sedikit terkembang melihat Laura sudah menggunakan baju dasteradiknya, setidaknya baju itu jauh lebih sopan dari baju yang tadi dikenakan oleh Laura. "Kenapa kak Tris mau...mau menikahiku?" "Oh." satu kata pendek di ucapkan Tristan lalu perlahan laki-laki itu duduk di sebuah kursi kayu yang berada di depan meja kecilnya dimana ada sebuah laptop kecil dan printer miliknya, tempat biasanya dia menerima orderan pembuatan atau pengetikan naskah skripsi. Ya, meskipun Tristan tidak tamat kuliah karena orangtuanya keburu meninggal dalam sebuah kecelakaan tetapi dia pernah 5 semester mengecap bangku kuliah delapan tahunan yang lalu sebelum dia memutuskan b
Baca selengkapnya
Bab 16. Pernikahan Mendadak
"Kak Tris..." Suara Laura seperti tertahan saat dia memanggil nama laki-laki yang membuatnya terpana itu. "Ya?" Tristan mengurungkan niatnya untuk melangkahkan kakinya di depan pintu. "Bagaimana kak Tris tahu jika aku sedang hamil?" Tanya Laura, begitu pelan hampir tak terdengar, di suarakan dengan penuh keraguan. Tristan terdiam, dia berbalik menatap langsung ke mata Laura. "Apakah itu penting?" Tristan balik bertanya, suaranya tajam menusuk sampai ke dalam hati Laura. "Tapi...tidak ada seorangpun yang tahu jika aku sedang hamil sekarang selain ibuku."Sahut Laura dengan ragu. "Kamu tak perlu tahu darimana aku tahu, karena itu tak akan merubah apapun. Dia tak akan pernah meninggalkan istrinya demi dirimu. Cinta itu hanya sebatas kata-kata, bahkan andai kamu ingin membuktikannya, kadang kala sama sekali tak berguna." Kalimat itru di katakan Tristan dengan pedih. Sepertinay kepahitan di masa lalunya membuat Tristan kehilangan kepercayaan untuk perasaan itu. "Apakah Kak Tr
Baca selengkapnya
Bab 17. Aku Tidak Mengenalnya
Laura sedang duduk di bangku kecil di depan sebuah salon kecil, dia datang terlalu pagi karena salon itu ternyata belum buka. Di salon ini dia sudah berjanji dengan Tristan bertemu. Tristan sendiri mengantarkan seorang pelanggan tetap ojeknya, seorang anak SD untuk di antar ke sekolah. Dia sudah di bayar bulanan hanya untuk mengantar jemput anak itu. Mereka akan menyewa sebuah baju pengantin di sini. Laura sebenarnya tak ingin melakukannya, andai dia menikahpun dia hanya mau menggunakan pakaian biasa saja. "Tidak Laura, meskipun ini pernikahan yang tidak kita cita-citakan tetapi aku ingin kamu tetap seperti pengantin yang lainnya. Aku masih mampu untuk menyewa baju pengantin yang sederhana untukmu besok." Itu yang dikatakan oleh Tristan, saat Laura mengatakan bahwa dia cukup menggunakankan sebuah gaun seadanya yang di belikan ayahnya tiga tahun sebagai hadiah natalnya. "Tak ada gunanya kak Tris membuang-buang uang untuk pernikahan yang kita tahu hanya untuk menutupi kehamilank
Baca selengkapnya
Bab 18. Hari Pernikahan
Laura berdiri di depan pintu gereja dalam pakaian gaun putih panjang sederhana, itu baju pengantin dengan sewa termurah yang dipilihnya. Ditangannya buket bunga plastik kecil-kecil macam bunga rumput di genggamnya erat-erat. Tidak ada seorangpun yang mengantarnya ke altar seperti pengantin kebanyakan. Ayah kandungnya entah dimana, bahkan dia tak tahu hidup atau mati. Ayah tirinya, satu-satunya yang menyayanginya, telah meninggal setahun yang lalu. Dan ibu? Laura menggeleng perlahan, dia tak berharap ibunya itu akan datang. Ibunya hanya menandatangani surat kuasa kepada seorang wali dari keluarga jauh Tristan untuk menikahkannya. Sempurna! Bukan pernikahan itu yang sempurna tetapi penderitaan Lauralah yang sungguh sempurna. Laura menggeliat kecil, baju itu terasa ketat dan membuatnya sesak nafas, pada bagian pinggangnya terasa sekali baju itu nyaris kekecilan. Mungkin karena lingkar pinggang Laura yang mulai melebar dan bayi di dalam perutnya itu mulai membesar. "Laura..." Tika,
Baca selengkapnya
Bab 19. Takdir Yang Lain
Malam beranjak, Laura dan Tristan kembali dari gereja setelah mereka menikah. Laura sekarang benar-benar akan tinggal bersama Tristan, karenaTristan tidak ingin Laura bersama ibunya. Tristan tak ingin hal yang sama terulang lagi, sama ketika ibu Laura berusaha menjual anaknya itu pada seorang temannya. "Ibu." Panggil Laura yang tadinya termangu di teras rumah, berusaha berfikir cara menemui ibunya tetapi rumahnya terkunci rapat dari dalam. Tristan baru saja kembali dari mengantar adiknya ke terminal Bus,melihat ibunya keluar dia segera menghampiri ibunya, tentunya dia akan menuju bar dimana dia bekerja sebagai pramusaji sekaligus cleaning service itu. "Ada apa lagi?"Tanya ibu Laura dengan acuh tak acuh. "Aku sudah menikahtadi dengan kak Tris."Sahut Laura, dia tak tahu harus bagaimana memberitahu ibunya, tadinya dia berharap ibunya datang, tapi sampai seremoni itu selesai ibunya tak pernah tiba. "Apa perduliku." Ibunya melengos. Laura menghela nafasnya, dia tak lagi memaksa untu
Baca selengkapnya
Bab 20. Ketakutan Tak Beralasan
"Laura, kenapa kamu duduk begitu lama di luar?" Tristan berdiri di depan pintu rumahnya yang memang setengah terbuka saat Laura keluar tadi. Laura terkejut dari lamunannya, dengan gugup dia berdiri, sesaat menatap ke arah pintu rumahnya sendiri. Liam tak ada lagi di balik tirai jendela, anak itu telah masuk kamar mungkin, Laura sudah menyuruhnya tidur dan mengatakan dia akan menjaga Liam dari depan, saat anak itu mngatakan dia agak takut di dalam rumah sendiri. Ibu Laura benar-benar kehilangan perasaan seorang ibu sekarang. Tindakannya semakin aneh dan kejam, Laura ingat ada kunci cadangan di dalam laci kecil di dalam lemarinya. Dia akan mengambilnya besok supaya dia bisa menemani Liam jika ibunya pergi. "Cuaca di luar dingin dan pastilah banyak nyamuk, kenapa kamu tidak masuk?" Tegur Tristan lagi, suaranya terdengar berat. Rumah di sebelah kontrakan tidak ada penghuninya, beberapa hari yang lalu penyewanya pindah dan yang paling ujung penyewanya seorang perempuan setengah baya,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status