Lahat ng Kabanata ng Ketika Istriku Tidak Meminta Jatah Lagi: Kabanata 11 - Kabanata 20
67 Kabanata
Bab 11
Sudah larut sore kedua orang tuaku tidak kunjung pulang, mereka masih saja di rumahku dan terus berusaha menelpon Sheila, dan untunglah Sheila tidak menjawab panggilan dari mereka jika tidak aku bisa mati dibuatnya."Kamu gak lagi berantem sama Sheila kan Bib?" tanya Ibu dengan tatapan menyelidik."Nggak kok Bu, mungkin Sheila lagi sibuk. Uda lah Habib mau tiduran," sahutku yang langsung berlalu pergi masuk kedalam kamar.Aku terus berharap semoga Sheila benar-benar enggan menjawab telepon dari Ibu, untuk kali ini aku belum siap mengakui tentang perceraian kami, tetapi baru saja aku ingin memejamkan mata tiba-tiba Ibu berteriak memanggil namaku.Ser…Darahku mengalir dengan cepat, dari suaranya Ibu seperti sedang marah. Apakah Sheila sudah menjawab telepon dari Ibu dan memberitahu semuanya? Aku melangkahkan kaki keluar dengan rasa takut yang memuncak, kulihat Ayah dan Ibu tertunduk dengan raut wajah yang tidak enak dipandang."A… Ad… Ada apa Bu?" tanyaku terbata-bata, perasaanku benar
Magbasa pa
Bab 12
POV ARIFIN (Ayah Habib)...Aku pulang dari rumah anak semata wayangku penuh dengan rasa kecewa, aku banyak mengajarkannya ilmu agama dan kini aku tidak menyangka dia tega menyakiti hati istrinya sendiri. Pernikahan mereka memanglah sebuah perjodohan yang kami buat, awalnya Habib tidak setuju dengan pernikahan mereka, tetapi kami memaksa karena yakin bahwa Sheila adalah gadis yang baik dan cocok dijadikan istri, urusan cinta nanti juga akan tumbuh seiring berjalannya waktu pikirku, tetapi kini malah terjadi perpisahan diantara mereka. Sepanjang perjalanan pulang Istriku terus saja menangis, ia pasti memikirkan bagaimana perasaan Sheila yang sangat rapuh dan malah ditinggalkan oleh Habib. Gadis yatim piatu itu memang sudah kami anggap seperti anak sendiri dari ia masih kecil. Sheila adalah gadis polos yang sangat ceria, ia juga rendah hati dan pemaaf. Ia tidak pernah marah jika orang berbuat jahat padanya, tetapi ia sangat rapuh dengan perkataan seseorang yang tajam.Aku dan Istriku sa
Magbasa pa
Bab 13
POV Habib…Aku masih diam mematung tanpa kata, seketika sudut mataku berembun mengingat semua perkataan Ayah barusan. Segitu pentingkah Sheila untuk Ayah dan Ibu, hingga mereka rela menganggapku bukan anaknya lagi."Ahhhhhh…" Aku berteriak frustasi sambil mengacak-acak rambutku, hatiku benar-benar hancur kala itu."Mas, kamu kenapa?" Tiba-tiba saja suara lembut yang tidak asing lagi bagiku terdengar, Fanny menggenggam tanganku dan berusaha membantuku untuk bangkit."Kamu kenapa tiba-tiba ada disini?" tanyaku bingung melihat kehadirannya yang secara tiba-tiba muncul. "Maaf, aku tadi sengaja ikutin Mas pulang.""Jadi kamu lihat semua pertengkaran aku dan orang tuaku?"Fanny menganggukkan kepalanya pelan, malu rasanya dibuang oleh keluarga sendiri dan disaksikan dengan orang yang kucintai. Fanny membelai wajahku dengan lembut, dan ia mendaratkan ciuman di bibirku. Spontan aku mendorongnya secara refleks, aku memang ingin menikahinya tetapi untuk hal yang intim seperti itu rasanya tabu k
Magbasa pa
Bab 14
POV SHEILA…Sudah beberapa minggu setelah kejadian di Cafe waktu itu, dan kini keadaanku sekarang sudah lebih baik, aku sudah bisa melakukan aktivitas dengan normal, dan yang paling aku suka kini aku sudah sadar bahwa Bang Habib bukan orang yang tepat untukku. Tiba-tiba aku tersadar, bahwa kalung yang ditemukan bersamaku sejak bayi tertinggal di rumah Bang Habib. Duh, bodohnya diriku ini bagaimana bisa aku seceroboh ini. Sejak tadi aku hanya berjalan mondar-mandir di ruang tamu, aku masih ragu untuk kembali kesana, tetapi aku tidak bisa membiarkan kalung itu hilang begitu saja karena hanya kalung itu kunci satu-satunya aku bisa bertemu dengan orang tua kandungku."Kamu kenapa Shel?" tanya Aisyah mengagetkan ku, spontan aku langsung terhenyak dari lamunan."Kamu ini ngagetin saja," ucapku mengelus dada."Ya maaf, habisnya dari tadi aku perhatikan kamu mondar-mandir seperti setrikaan!""Emm, gak papa kok.""Yakin?""Iya loh." Aku mencubit pipi Aisyah dengan gemas, masalah kalung aku tid
Magbasa pa
Bab 15
Aku mencoba membuang pikiran buruk itu, aku tidak mau pikiran burukku malah menjadi suudzon. Aku mencoba kembali menjernihkan isi kepalaku dan kembali keluar dari rumah itu, aku melihat Bang Habib duduk termenung di teras rumah, tampaknya dia sedang menungguku keluar."Ehem…" Aku berdehem untuk memberi kode bahwa aku telah keluar dari rumahnya. Spontan beliau langsung menoleh dan melihat kearah ku."Aku hanya mengambil ini, kamu boleh periksa aku tidak mencuri apa-apa." Aku merentangkan kedua tanganku, agar Bang Habib bisa melihat dengan jelas jika aku tidak mengambil barang apa pun dari rumahnya."Aku percaya padamu, lagipula ini juga rumahmu," sahutnya sembari tersenyum tipis. Rasanya aku ingin muntah mendengar ucapannya, bila mengingat lipstik yang aku temukan tadi di dalam kamar."Hahaha." Aku hanya tertawa mendengar ocehannya, bagiku itu guyonan semata untuk menghibur diri. Sungguh lelaki itu sangat lucu, entah memang sifatnya yang plin-plan atau mau menang sana sini dan tidak cu
Magbasa pa
Bab 16
"Bagaimanapun juga kamu harus memberitahu Habib masalah ini, karena ia tetap Ayah dari anak ini. Perihal kalian ingin rujuk atau tidak itu terserah kalian," ucap Abi memberi nasihat, beliau memang selalu bijak dalam mengambil keputusan dan selalu mengesampingkan egonya."Iya, apa yang di bilang Abi benar. Bagaimana kalau kita ke rumah Habib sekarang, bicarakan masalah ini baik-baik," celetuk Umi menyambung ucapan Abi. Sementara aku hanya bisa menganggukan kepala pelan sembari mengulas senyuman tipis."Bang Habib saja tidak ada datang kesini dengan itikad rujuk, rasanya sangat berat ingin memberitahu masalah ini," gumamku dalam hati, tetapi aku hanya bisa menahan kata-kata itu di ujung lidah, karena aku tidak mau membantah kata-kata kedua orang tua angkatku. "Baiklah Umi dan Abi, ayo kita kerumah Bang Habib untuk membicarakan masalah ini." Aku langsung beranjak dari tempat duduk untuk mengajak mereka, sementara Aisyah terus menatapku sambil mengacungkan ibu jarinya ke udara untuk membe
Magbasa pa
Bab 17
Kami memutar arah untuk kembali ke rumah, masih terngiang-ngiang di kepalaku ucapan Bu Nurmi yang terasa sangat menyakitkan. Bagaimana bisa Bang Habib setega ini padaku, padahal belum lama ini ia berusaha meyakinkan ku bahwa ia sudah tidak ada hubungan dengan wanita itu, tetapi mengapa sekarang aku malah mendapatkan kabar buruk yang sangat menyayat hati. Inikah caramu Bang Habib untuk melukaiku, segitu niatnya dirimu memberiku harapan lalu menjatuhkan ku ke jurang. Arghhhhh, rasanya aku ingin berteriak sekuat-kuatnya untuk meluapkan rasa sakit ini.Keesokan harinya aku mengurung diri dikamar, tidak ada hasrat untuk keluar dan makan. Hari ini rasanya aku hanya ingin duduk di balkon rumah sembari menatap langit yang cerah. Berkali-kali Aisyah mengetuk pintu kamar, ia membujukku untuk keluar, tetapi aku enggan rasanya untuk membuka pintu. Aku terus saja memintanya untuk tidak menggangguku hari ini, tetapi ia sangat keras kepala dan terus saja membujukku. Alhasil aku hanya bisa mengabaika
Magbasa pa
Bab 18
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN…Kini kandunganku genap tujuh bulan, dalam adat jawa ada istilah tingkepan atau nujuh bulan untuk anak pertama. Aisyah adalah orang yang paling antusias menyambut acara tujuh bulanan anakku, kami banyak berbelanja kebutuhan yang diperlukan untuk membuat nasi urap yang akan dibagikan kepada para tetangga. Dengan perut yang mulai membesar aku berbelanja di pasar bersama Aisyah, walau sudah mulai susah berjalan, aku tetap saja berusaha untuk kuat berbelanja dengan dituntun oleh Aisyah."Bang kelapanya sepuluh gandeng diparut ya," pintaku pada langganan kelapa di pasar yang memang menjadi langgananku."Banyak banget Neng? Pasti mau buat nasi urap untuk tujuh bulanan ya?" tanya Abang tukang kelapa dengan ramah."Hehehe, iya Bang.""Wah, nanti Abang di kasih nasi urapnya ya Neng," candanya sembari cengengesan."Iya, tenang aja Bang. Nanti dianterin nasi urapnya kerumah Abang kalau uda mateng, tapi kelapanya kasih diskon ya," ucapku membalas candaannya."Tenang aja, A
Magbasa pa
Bab 19
Mataku melotot menatap bocah itu, tetapi ia malah tersenyum manis mengisyaratkan semuanya akan baik-baik saja. Bocah tengil itu memang suka sekali menggangguku selama ia tinggal disini, entah memang tingkahnya yang usil terhadap semua orang, atau hanya usil terhadapku saja. Aku pun tidak mengerti dengan sikapnya yang sulit ditebak, ia sering sok bijak dalam penuturannya, tetapi sikap kekanak-kanakannya tetap ada seperti bocah SMA pada umumnya."Hahaha, kamu yakin Shel mau menikah dengan bocah ingusan seperti ini?" tanya Bang Habib bergelak tawa merendahkan bocah itu, memang benar kehadiran bocah itu menjatuhkan harga diri yang sudah kujunjung tinggi."Apakah umur menjamin rumah tangga akan harmonis ya Om? Buktinya Mbak Sheila tidak bahagia menjalani rumah tangga dengan Om, dan kandas begitu saja. Saya memang masih bocah, tetapi saya memiliki sikap yang jauh lebih dewasa daripada Om yang sudah tua!" balas bocah tersebut."Kamu panggil saya Om! Kamu kira saya setua itu, lagian gak usah
Magbasa pa
Bab 20
POV HABIB…Sepanjang perjalanan pulang aku melamun penuh tanda tanya, sejak kapan Sheila hamil? Apakah hasil perbuatanku yang terakhir itu? Apakah aku yang tulus menginginkan nya baru bisa membuatnya hamil, tapi lalu mengapa sampai saat ini Fanny belum hamil padahal selama ini selalu aku yang meminta untuk seperti itu, dan bahkan ia juga sering menolakku dengan alasan lelah.Aku benar-benar menyesal sekarang, kalau taunya jadi begini aku pasti akan minta rujuk oleh Sheila daripada menikahi Fanny. Aku menghela napas dengan kasar, rasanya hidupku benar-benar penuh penyesalan."Kamu kenapa Mas?" tanya Fanny di boncengan."Gak apa-apa," sahutku."Gak usah dipikiran banget deh Mas, nikmati aja dulu masa-masa kita berdua. Lagipula punya anak itu repot, aku belum bisa ngurusnya.""Mulutmu dijaga ya Fan, aku menikahimu karena ingin punya anak. Sejak dulu aku memang menginginkan anak, jangan-jangan kamu belum hamil juga ini gara-gara ucapanmu!" bentakku kesal."Apaan sih Mas, memang belum dika
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status