Semua Bab Ketika Istriku Tidak Meminta Jatah Lagi: Bab 41 - Bab 50
67 Bab
Bab 40
Aku mengendarai sepeda motor dengan. Kecepatan sedang, aku menatap sekeliling kota yang padat akan penduduk. Ternyata rambut sama hitam, tetapi isi hati tidak ada yang tau, banyak orang yang berpura-pura baik demi keuntungan dirinya sendiri, dan mengabaikan penderitaan orang lain. Aku menghela nafas panjang, melajukan sepeda motor tanpa tau kemana arah yang kutuju. Setidaknya aku mencari angin segar, agar isi kepalaku tidak buntu.Setelah puas berkeliling, hari sudah mulai sore dan aku kembali ke rumah sakit. Aku lihat semua keluarga berkumpul disana, bahkan ada Wenda dan juga Risa. Aku tidak mengerti mengapa mereka saling bercengkrama satu sama lain di depan sebuah ruang operasi. Aku bergegas melangkah menghampiri mereka, Sheila pun langsung berlari memelukku. Aku mengintip dari ujung mata, tampak Wenda menatap kami dengan sendu dan sebuah kecemburuan."Ada apa ini sayang?" tanyaku panik saat Sheila menangis sesenggukan."Hafiz sedang dioperasi di dalam Bang," sahutnya."Loh bukannya
Baca selengkapnya
Bab 41
"Aduh, gimana sih Mbak kalau bawa mobil hati-hati. Jangan mentang-mentang orang kaya bisa seenaknya!" seru penjual sate menekankan suaranya. Tampak sate yang masih banyak berserakan dimana-mana, pasti tukang sate ini baru keluar untuk berjualan."Maaf ya Bang, temen saya gak sengaja," ucap ku memohon."Emangnya maaf aja bisa ganti kerugian saya? Gak mau tau pokoknya saya minta ganti rugi.""Iya saya bakalan ganti kok, Abang minta ganti rugi berapa?" Abang itu tampak mulai menghitung kerugiannya, dari mulai gerobak yang hancur hingga modal dari sate-sate yang belum terjual."Sepuluh juta, karena saya harus mulai dari nol lagi. Ini uda gak ada yang bisa dipakai, hancur lebur semuanya.""Haaa?"Aku kaget mendengarnya, hanya untuk berjualan sate saja bisa menghabiskan modal sebanyak itu. Uang dari mana aku mengganti semua kerugian ini, sementara semua uangku sudah habis untuk membantu keluarga Habib."Tuh kan aku bilang juga apa, kita gak punya uang Abang ini pasti minta ganti rugi. Bagus
Baca selengkapnya
Bab 42
"Aku mau beli sarapan, kamu mau titip apa?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Samain aja, aku uda laper berat nih," celetuk Aisyah sambil mengelus perutnya."Perutmu buncit gitu Ais? Kamu hamil?" seloroh ku sambil terkekeh."Sembarangan kamu kira aku wanita apaan, emangnya kamu pernah lihat aku deket sama laki-laki!" serunya kesal sembari melototkan matanya."Duh, umur udah dua enam masih aja jomblo. Anak tetangga aja umur delapan belas anaknya uda tiga," cibirku yang langsung berlalu pergi."Sheila, awas aja kamu ya!" pekiknya tidak terima.Aku berjalan menuju warung lontong yang tidak jauh dari rumah sakit, aku memesan dua bungkus lontong untukku dan juga Aisyah. Sambil Ibu penjual lontong menyiapkan pesananku, aku duduk sambil melamun entah mengapa tiba-tiba saja aku kepikiran dengan kata-kata Aisyah."Ya ampun, zaman sekarang orang baik banyak maksudnya." Apakah mungkin Wenda baik kepada keluarga kami karena ada maksudnya? Akan tetapi, maksud apa dan apa sebenarnya yang ia inginka
Baca selengkapnya
Bab 43
"Suami? Hahaha, memangnya lelaki buaya darat pantas disebut suami. Sudah di kasih kesempatan kedua, masih saja berulah!" hardik Aisyah tidak mau kalah."Berulah apanya? Aku sudah berubah dan menjadi suami yang baik untuk Sheila. Walaupun wajahku yang terlalu tampan ini membuat banyak para gadis tergila-gila, aku tidak pernah lagi mengkhianati Sheila. Cih, dari pada kamu perawan tua. Gak laku-laku!""Apa kamu bilang? Mulutmu itu mau aku remas-ramas!""Silahkan kalau bisa, lagi pula apa yang aku katakan itu benar. Umur sudah tua, tapi gak ada laki-laki yang mau minang kamu. Itu karena kelakuanmu seperti preman, luarannya aja cantik!""Sekali lagi kamu buka mulut, aku lempar kursi ini kamu ya!""Uhh, takut!""Sudah-sudah, kalian ini sehari saja tidak bertengkar aku rasa rugi ya? Sampai bosan aku melihatnya. Lebih baik kamu segera pulang Ais, anak gadis gak baik malam-malam di jalan takutnya nanti ada apa-apa." Aku menyela pertengkaran mereka, karena malu dilihat para penjenguk dari kelua
Baca selengkapnya
Bab 44
"I… I… Iya, Wenda teman satu meja Abang. Ya, jadi kami memang sangat dekat sejak dulu. Lagian kamu kenapa tanya hal seperti itu sih?""Gapapa, cuma tanya aja gak salah kan Bang?""Enggak sih, kamu cemburu ya?" Bang Habib menuding ku dengan jari telunjuknya, ia menaik turunkan kedua alisnya seolah menggodaku."Apaan sih! Ya nggak lah. Ngapain juga aku cemburu, lagian ya kalau Abang selingkuh lagi aku gapapa kok!" seruku mengedikkan bahu."Yang bener? Entar kamu nangis lagi?""Gak! Aku gak bakalan nangis, hanya saja aku gak mau ketemu Abang lagi, dan anak-anak juga bakalan aku bawa, Abang gak aku kasih ketemu anak-anak seumur hidup Abang!" ancamku membulatkan mata menatapnya tajam."Ihh, seremnya Adek ini! Kalau gitu takut Abang jadinya mau macem-macem," ujar Bang Habib bergidik ngeri."Jadi sebelumnya Abang mau macem-macem gtu?" "Hahaha, gak usah ngegas juga lah Dek. Abang bercanda loh, Abang janji gak akan macem-macem lagi. Cukup Adek seorang aja di hati Abang.""Gombal!" Aku menoel
Baca selengkapnya
Bab 45
"Lepas Bang, gak boleh begituan masih hamil muda," pintaku."Kalau gak boleh jadi ngapain Adek bawa itu bajunya. Boleh itu Dek, ayo pelan-pelan aja," goda Bang Habib terus-menerus."Nggak boleh ahh, turunin Sheila Bang!""Gak mau, wekkk! Pokoknya Abang mau bawa Adek ke hotel malam ini, ngomong-ngomong kita belum pernah merasakan seperti itu di hotel. Kira-kira seperti apa ya rasanya, Abang jadi penasaran.""Ihh, Abang mesum!""Mesum sama Istri sendiri kan gapapa sih," ujar Bang Habib memonyong-monyongkan bibirnya hendak menciumku, tetapi aku terus saja mendorong wajahnya dengan telapak tanganku. Tidak lama kemudian, tanpa permisi tiba-tiba saja Wenda datang dan masuk ke dalam ruangan. Kami terhenyak kaget begitupun dengan dirinya yang kaget menyaksikan Kemesraan kami berdua. Spontan saja Bang Habib langsung menurunkan aku dari gendongannya."Maaf aku udah ganggu kalian, kalau begitu aku permisi keluar," ucap Wenda yang berbalik badan hendak pergi keluar."Eh, nggak ganggu kok Wen. Sin
Baca selengkapnya
Bab 46
Setelah kejadian malam itu aku tidak bertegur sapa dengan Bang Habib, aku diam dan ia malah semakin mendiami ku. Ada rasa rindu dan ingin menyapanya, tapi keegoisan mengalahkan kerinduan di dalam dada. Kami bicara hanya seperlunya saja, bahkan kini kami bagaikan dua orang asing yang setiap hari bertemu.Beberapa hari berlalu, Hafiz sudah siuman dan keadaannya semakin membaik, walaupun tidak pulih sepenuhnya. Aku sangat bahagia melihatnya kembali membuka mata, tersenyum dan bahkan ia mengoceh seperti biasanya. Masyaallah, aku sangat merindukan momen tersebut. Setelah dua hari Hafiz siuman kami diperbolehkan untuk membawanya pulang, rasanya aku sangat bahagia karena bisa membawa putraku keluar dari rumah sakit yang pasti sangat menyiksanya.Setelah kepulangan Hafiz, aku dan Bang Habib masih saling diam dan hanya bertegur sapa seperlunya. Sudah sangat lama kami seperti ini, tetapi tidak ada satupun dari kami yang mau mengalah untuk meminta maaf dan memperbaiki semuanya. Rasa gengsi terus
Baca selengkapnya
Bab 47
"Mbak, mbak Wenda kamu kenapa malah melamun? Kalau gak bisa bantu juga gapapa kok Mbak!" seruku sambil menaik turunkan telapak tangan tepat di depan wajahnya."Ehh, maaf maaf. Aku pasti bantu kok Shel, kebetulan minggu depan aku free," sahutnya gelagapan."Makasih ya Mbak, uda mau selalu membantu keluarga kami," ujarku tersenyum tipis."Iya sama-sama."Kami saling bertatapan dan melempar senyuman, ku pandangi wajah cantik Wenda terlihat bahwa dia adalah wanita yang polos dan baik hati, seperti hal yang tidak mungkin jika ia menjadi pelakor dalam rumah tangga orang. Akan tetapi, gerak-geriknya sangat mencurigakan. Ia terlihat sangat mencintai suamiku, tetapi kenapa ia sangat baik kepadaku? Ah, entah lah. Aku membuang segala pikiran buruk yang ada di kepala, dan melanjutkan bermain dengan Hafiz dan juga Wenda. Seperti biasa, saat sore hari aku selalu membawa Hafiz untuk bermain di teras rumah, ia memang sangat suka bermain di luar karena udaranya yang jauh lebih sejuk, dan banyak anak
Baca selengkapnya
Bab 48
Wenda melirik arloji yang melingkar di tangan kanannya, hari memang sudah mulai petang, ia pun berpamitan pulang. Tidak lama setelah Wenda pulang, aku hendak masuk ke dalam rumah dan tiba-tiba saja Bang Habib sampai dirumah. Aku langsung mencium punggung tangan Bang Habib, padahal kami masih marahan, tetapi entah mengapa hari itu aku lupa dan menyambutnya penuh kehangatan seperti biasanya."Kamu uda gak merajuk lagi Dek?" tanyanya heran sambil meletakkan tangannya di dahiku. "Kamu juga gak lagi sakit kok, berarti kamu uda gak merajuk lagi kan?" tanyanya lagi memastikan. Seketika aku termenung mendengar ucapannya, dan aku baru sadar dengan apa yang aku lakukan tadi. Mengapa aku bisa lupa dan menyambutnya saat pulang, padahal tadi pagi kami masih marahan dan belum berbaikan. Duh, pasti dia jadi geer nih!Aku langsung membalikkan badan dan berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Bang Habib, ia terus saja mengekori aku dari belakang sembari tanpa henti memanggil namaku. Aku tidak menghi
Baca selengkapnya
Bab 49
"Bagus ya, pantesan aja aku diceraikan oleh Mas Habib. Ternyata kamu dalangnya! Kamu yang sudah merebut Mas Habib dariku!" seru Fanny dengan suara lantang, matanya melotot menatapku seolah tidak suka."Ada perlu apa kamu kesini?" tanyaku datar yang langsung pada intinya saja, aku tidak ingin menanggapi wanita gila yang tidak punya sopan santun. Umurnya masih sangat muda dan jauh di bawahku, tapi cara bicaranya seperti sudah lebih tua dariku."Suka-suka aku lah mau ngapain, apa urusannya denganmu? Yang jelas aku kesini mau ketemu dengan suamiku!""Suami mu siapa? Gak ada suamimu disini," sahutku sedikit terkekeh."Mas Habib itu suamiku!" Spontan aku tertawa keras, bisa-bisanya ia mengakui Bang Habib sebagai suaminya. Bukankah sudah jelas mereka resmi bercerai, dan bahkan surat cerainya juga sudah keluar dari pengadilan agama."Sudah lah, kalau tidak ada yang penting lebih baik kamu pulang. Aku dan anakku mau istirahat," titahku yang hendak menutup pintu, spontan dia langsung menahanny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status