Semua Bab Ketika Istriku Tidak Meminta Jatah Lagi: Bab 51 - Bab 60
67 Bab
Bab 50
"Emangnya malem-malem gini ada topeng monyet ya?" tanya Bang Habib heran sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Ada, mantan istri Abang itu lah yang jadi topeng monyetnya!""Ha... Maksud kamu sih Fanny datang kesini? Mau ngapain lagi dia?""Entah, mau minta harta gono-gini kali, atau mau minta aku balikin Abang ke dia!""Ah, ada-ada saja kamu ini Dek. Sudahlah, mari kita masuk. Lebih baik kita bicarakan keadaan Aisyah daripada membicarakan wanita gila itu!""Walau gila begitu, dia juga pernah buat Abang jadi klepek-klepek," cibir ku yang mengekori Bang Habib berjalan masuk kedalam rumah.Bang Habib tidak menghiraukan perkataanku, ia langsung menyambar handuk di kamar dan bergegas untuk mandi. Ia pasti sangat lelah hari ini, karena satu harian belum juga istirahat dan bahkan ia belum ada makan sesuap nasi pun malam ini.Aku menunggu Bang Habib sampai selesai mandi dikamar sambil menyusui Hafiz. "Dek, Hafiz disambung susu formula aja deh kayaknya. Kamu kan lagi hamil emangnya gap
Baca selengkapnya
Bab 51
"Abi pergi kerja dulu ya sayang, Hafiz jaga Umi dirumah." Bang Habib berpamitan pada Hafiz."Papapapa," sahut Hafiz yang terus mengoceh sambil memainkan kerincingan di tangannya. Bang Habib pun mencium pipi Hafiz dengan lembut, lalu menyodorkan tangannya padaku. Dengan sigap aku mencium punggung tangannya, lalu ia mencium dahiku seperti biasanya."Adek baik-baik dirumah ya," ujarnya seraya memakai helm."Iya, Abang hati-hati dijalan," sahutku tersenyum tipis.Baru saja Bang Habib hendak menjalankan kuda besi kesayangannya, tiba-tiba saja entah dari mana asal datangnya Fanny, ia berlari memeluk Bang Habib dari belakang. Aku saling berpandangan dengan Bang Habib, spontan ia langsung bangkit dan mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Fanny."Apa-apaan sih Fan, lepasin gak!" seru Bang Habib menepis tangan Fanny, tetapi wanita itu semakin mengeratkan pelukannya. Aku yang tidak terima suamiku dipeluk wanita lain pun ikut turun tangan menariknya, tetapi tetap saja tidak berhasil."Mas Habib
Baca selengkapnya
Bab 52
POV HABIB…Aku bingung setengah mati menghadapi dua perempuan yang ada di hadapanku, bukannya ingin membela Fanny. Akan tetapi, aku takut jika tindakan kekerasan yang dilakukan Sheila malah membuatnya dituntut. Aku malah berpikir bahwa ini semua adalah jebakan dari Fanny, karena satupun kata-katanya memang tidak ada yang dapat dipercaya. Wanita itu tidak mungkin meminta kembali padaku karena cinta, pasti ada maksud tertentu yang ingin dituju. Aku hafal betul sifatnya, yang ada di kepala Fanny hanyalah uang dan uang."Sheila lepaskan tanganmu!" titahku dengan tegas."Apa? Kamu mau membela wanita ini!" teriaknya melototkan mata. ini baru pertama kalinya Sheila menentang perkataanku, apalagi melototkan matanya ia tidak pernah berani seperti ini sebelumnya. Entah mengapa semenjak aku pernah menyakitinya, ia sangat sensitif dengan masalah kami yang menyangkut wanita lain."Bukan, aku bukan bermaksud membelanya, tapi tolong lepaskan dan dengar penjelasanku terlebih dahulu," pintaku merendah
Baca selengkapnya
Bab 53
"Bang, jaga Hafiz sebentar ya. Sheila mau ke warung beli sayuran." Suara itu membuatku terhenyak, tidak salah dengar lagi kan telingaku sekarang? Itu benar-benar Sheila yang memanggilku?"Iya sayang," sahutku senang, dan langsung bangkit berjalan menuju ke dalam rumah. Aku menatap tetangga kami dengan senyuman mengejek, ia terlihat tidak suka sambil menaikan bibir atasnya dan langsung masuk kedalam rumah. Hahahah, aku tertawa di dalam hati. Sangat puas rasanya bisa membalas perkataan tetangga rese tanpa harus berdebat."Adek uda gak marah sama Abang?" tanyaku menggoda Sheila sambil menoel dagunya."Siapa bilang uda gak marah? Aku cuma gak enak aja jadi bahan gosipan tetangga kalau kita ribut!" sahutnya dengan ketus."Ah yang bener?" godaku lagi."Abang mau Sheila kunci lagi?" ancam Sheila."Enggak, enggak!""Ya udah masuk!""Iya, iya." Aku tertunduk lemas berjalan masuk kedalam rumah, rasanya sakit sekali di galakin Sheila seperti ini. Apa mungkin ini yang dia rasakan dulu? Aku malah
Baca selengkapnya
Bab 54
"Mbak Sheila apa kabar?" sapanya dengan ramah sambil mencium punggung tangan istriku."Alhamdulilah sehat," sahut Sheila diiringi senyuman ramah.Aku menggertakan gigi menatapnya, disini Aisyah yang sakit mengapa ia malah menanyakan kabar istriku? Benar-benar mencari masalah ini bocil."Hafiz, sini Om gendong!" Ia mengambil alih Hafiz dari gendongan Sheila,dan Hafiz juga tampak sangat senang saat di gendong oleh Darwis. Kepalaku mendidih melihat pemandangan ini, ingin sekali aku memukul wajah bocil itu yang selalu cari muka di depan istriku, tapi aku masih tetap diam meredam amarah karena menghargai Umi disana."Kamu kok langsung kesini pulang sekolah Wis? Bukannya pulang kerumah, ganti baju dulu," kata Sheila."Aku memang nginep di sini Mbak, jagain Mbak Aisyah," sahut Darwis."Loh, kan ada Umi?" tanya Sheila heran."Gantian sama Umi Mbak, kasian kalau Umi nonstop dirumah sakit terus," sahut Darwis lagi. Sheila hanya manggut-manggut menandakan bahwa ia mengerti dengan maksud Darwis.
Baca selengkapnya
Bab 55
Tidak lama kemudian Dokter Revan keluar dari ruangan Aisyah, beliau tersenyum ramah menyapa kami dan menanyakan kabar Hafiz. Bahkan ia menyempatkan diri sebentar untuk menggendong Hafiz sebelum ia pergi untuk melanjutkan tugas-tugasnya yang begitu padat.Setelah kepergian Dokter Revan, kami pun masuk ke dalam ruangan untuk melihat Aisyah. Ia terbaring di tempat tidurnya tidak berdaya, sungguh malang nasibnya sampai harus mengalami kelumpuhan untuk waktu yang tidak bisa ditentukan."Sebenarnya bagaimana kamu bisa sampai kecelakaan seperti ini Ais?" tanyaku memecahkan keheningan di dalam ruangan ini. "Ntah lah Bib, yang jelas aku ini korban tabrak lari. Soalnya ada mobil yang sengaja menabrak motorku dari arah belakang," sahut Aisyah menjelaskan. "Apa kamu tidak sempat melihat orang yang ada di mobil itu?" tanyaku lagi semakin penasaran."Aku pingsan Habib, manalah aku tahu. Aku saja terpental cukup jauh sampai ke trotoar jalan, mungkin kalau terpentalnya di tengah jalan aku sudah ma
Baca selengkapnya
Bab 56
Aku menggebrak meja dari arah belakang mereka, sontak saja hal ini membuat aku menjadi pusat perhatian setiap orang disana. Aku tidak peduli, dan langsung menarik tangan mantan istri Om Habib dengan kasar. "Katakan padaku, kamu lah dalang dari kecelakaan yang menimpah Mbak Aisyah kan?" tanyaku dengan intonasi tinggi. Nyali Fanny seketika menciut dan tingkahnya mulai tampak gusar meminta pertolongan pada kekasihnya. "Lepaskan dia!" teriak lelaki yang bersamanya dan hendak memukulku dari belakang, untung saja selain tampan aku juga jago bertarung. Dengan sigap aku menangkap tangannya, lalu memelintirnya hingga ia meminta ampun. "Sakit... Sakit… Tolong lepasin aku!" Pria itu terus saja memohon hingga membuatku tidak tega dan langsung melemparnya, tetapi tidak dengan Fanny, aku tidak akan melepaskannya begitu saja hingga ia mengakui perbuatannya. "Jawab aku, sebelum aku mematahkan tanganmu!" ancamku sembari sedikit meremas tangannya hingga ia kesakitan, tetapi tetap saja ia tidak mau
Baca selengkapnya
Bab 57
"Tuh kan kompak, pasti jodoh!" tuding Om Habib terus memojokkan kami. Aku dan Mbak Aisyah saling bertatapan dan langsung salah tingkah, tanpa menjawab perkataan Om Habib aku melanjutkan makan dan menundukkan kepala. Sebenarnya sudah sejak lama aku menyukai Mbak Aisyah, tapi untuk mengungkapkan padanya aku tidak berani karena sadar akan perbedaan usia kami yang terlalu jauh. Sebenarnya usia hanyalah angka, aku tidak mempermasalahkan nya tetapi tidak tau dengan Mbak Aisyah sendiri. Aku takut jika nanti ditolaknya, jadi lebih baik aku memendam perasaan ini dan selalu berpura-pura menggoda Mbak Sheila. Aku tau sifat Mbak Aisyah, ia terlalu galak dan aku takut dia ilfil jika sampai tau aku menyukainya. "Kamu ini Habib ada-ada saja, Darwis masih SMA mana mungkin mau cepat-cepat menikah. Ia pasti masih ingin mengejar cita-citanya, bukan begitu Darwis?" tanya Umi. "Ah… Hahaha, iya Umi!" Aku semakin gagu mendengar ucapan Umi, lidahku mendadak keluh dan keringat dingin terus saja mengalir dar
Baca selengkapnya
Bab 58
Keesokan harinya saat dalam perjalanan pulang dari sekolah, mataku melihat pemandangan yang membuat aku terhenyak. Bisa-bisanya Om Habib sedang duduk berdua bersama seorang wanita di sebuah taman kota, hatiku bertanya-tanya siapakah wanita itu, apakah mungkin itu selingkuhan Om Habib? Wilayah ini memang cukup jauh dari rumahnya, jadi ia pasti bisa bebas berselingkuh.Cih, dasar lelaki mata keranjang! Jika memang sudah sifatnya tukang selingkuh pasti tidak akan bisa berubah. Dengan emosi yang membuncah aku menghampiri mereka, dan spontan membogem wajah Om Habib sekuat mungkin. Sakit rasanya melihat wanita yang begitu baik malah di khianati, karena gara-gara lelaki seperti Om Habib lah aku kehilangan Kakakku. "Dasar, laki-laki gak tau diuntung! Bisa-bisanya selingkuh lagi setelah diberi kesempatan kedua!" teriak ku kesal. Wanita itu berteriak-teriak saat melihat aku memukul Om Habib sampai bibirnya berdarah dan tersungkur di tanah. Saat ia hendak menolong Om Habib, dengan cepat aku la
Baca selengkapnya
Bab 59
Sesampainya di rumah sakit, aku menemukan Mbak Aisyah sendirian di ruangan tempat ia dirawat. Tumben sekali Umi tidak ada, padahal biasanya beliau selalu menemani Mbak Aisyah. "Umi kemana Mbak?" tanyaku tiba-tiba yang membuat Mbak Aisyah terkejut. "Astagfirullah Darwis, kamu ini kebiasaan banget ya buat orang terkejut! Kalau masuk ketuk pintu dulu kek, ngucapin salam kek!" Protes Mbak Aisyah. Sementara aku hanya cengar-cengis sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Ya maaf Mbak, namanya lupa. Hehehehe…""He… He… He… Kebiasaan banget lupa, masih muda kok uda pikun!" cetusnya dengan ekspresi wajah galak. Aku hanya mengerucutkan bibir pura-pura merajuk karena dimarahi olehnya, dan aku pun mengambil posisi duduk disamping ranjang sambil menopangkan dagu menatap Mbak Aisyah."Kenapa kamu liatin aku seperti Itu?" tanya Mbak Aisyah dengan ketus. "Gapapa, Mbak cantik aja hari ini," rayuku sambil mengerlingkan sebelah mata.Bukannya tersipu malu seperti wanita lain saat di goda, Mbak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status