Semua Bab Pesona Pelayanku: Bab 21 - Bab 30
60 Bab
Bagian 21
Sampai di depan pintu kamarnya, Mayumi tidak langsung masuk. Dia berdiri sejenak sambil mengusap sisa air matanya yang masih sembab. Mayumi menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya bersamaan dengan satu tangannya meraih knop pintu. Ceklek! Pintu terbuka, dan dua penghuni di dalamnya menoleh bersamaan. Mayumi langsung melempar senyum supaya tidak ada yang curiga. “Hai, apa aku mengganggu?” Emely menggeleng sementara Bibi Brown hanya dian saja sambil melipat baju. Mayumi menutup pintu lalu melenggak menuju ranjangnya yang posisinya di paling ujung. “Mayumi,” panggil Emely. “Ya!” Mayumi spontan menoleh. Emely duduk sambil memangku kedua tangannya. “Boleh aku tanya?” Mayumi mengerutkan dahi lalu tersenyum kaku. “Tentu saja boleh.” Dari raut wajah Emely saat ini, jelas sekali kalau ada hal serius yang akan dibicarakan. Mayumi mungkin saja bisa menebak, tapi semoga saja tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan Mayumi saat ini. “Kenapa Tuan Frans bisa memanggil namamu?” T
Baca selengkapnya
Bagian 22
Sarapan sudah tersedia di atas meja. Dua pelayan ditugaskan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli perlengkapan apa pun itu yang sudah habis. Sementara Bibi Brown, seperti biasanya dia mengawasi di ruang makan. Mayumi dan Emely masih di dapur bersama dua koki untuk membereskan dapur supaya rapi kembali. “Apa mereka selalu tidak di rumah setiap harinya?” tanya Mayumi sambil menyiram piring berbusa di bawah keran air wastafel. “Iya, mereka semua orang sibuk. Jarang-mereka di rumah, tapi sering kali sarapan dan makan malam bersama.” “Eum, kalau boleh tahu, kenapa Tuan Frans memilih tinggal sendiri?” Emely meraih kain lap putih di atas kulkas lalau mengepal-ngepalnya hingga tangannya kering. “Apa kamu sangat penasaran?” Mayumi mengangguk. “Aku pikir Tuan Frans tidak terlalu dekat dengan kedua orang tuanya.” Emely tersenyum sambil mendengkus lirih. “Tidak juga. Tuan Frans paling dekat dengan ibunya. Sebenarnya dekat juga dengan ayahnya, tapi terkadang Tuan Frans susah diatur. Apal
Baca selengkapnya
Bagian 23
Mayumi duduk sambil menata baju di ruang laundry. Tidak ada siapa pun di sini karena pelayan lain sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ini sudah pukul lima, semua pelayan mulai menyiapkan menu untuk makan malam.“Aku merindukan ibuku,” gumam Mayumi. Sudah satu minggu Mayumi tidak bertemu dengan ibunya. Kalau sedang rindu, Mayumi hanya akan menelepon di jam malam sebelum tidur. Itu pun sangat singkat karena Mayumi tidak mau suaranya mengganggu yang lain.“Bisa tolong carikan aku kemeja biru.” Seseorang bersuara dari arah belakang membuat Mayumi spontan menoleh.Mayumi bergegas berdiri dan menundukkan kepala. “Tuan?”“Mayumi? Kupikir Emely,” ucap Drako.“Tuan butuh apa?” tanya Mayumi dengan sopan.Drako menggaruk tengkuknya dan berdengung. “Aku sedang mencari kemeja biru laut. Aku mencarinya di kamarku, tapi tidak ada.”“Oh.” Mayumi menoleh ke arah ketumpukan pakaian yang sudah disetrika.Mayumi berdiri sambil mengetuk-ngetuk dagunya karena bingung harus mulai mencari
Baca selengkapnya
Bagian 24
Mayumi sudah kembali ke lantai satu. Di sana, semua penghuni rumah sudah masuk ke dalam kamar masing-masing kecuali Tuan Pete. Lelaki itu sedang duduk bersandar di ruang tengah sambil nonton tv, sementara di hadapannya ada satu toples kue jahe yang ia nikmati dengan teh hangat.“Tuan belum tidur?” tanya Mayumi sebelum masuk ke Lorong menuju dapur.Pete yang sedang mengunyah roti jahenya menoleh. “Ow, Nona Mayumi. Kamu mengagetkanku.”Benar kata Emely, sepertinya Pete anaknya sangat ramah dan asyik dibanding yang lainnya. Mungkin juga karena dia sedang dalam fase menuju dewasa.“Maaf,” ucap Mayumi sambil menundukkan kepala.”Pete tersenyum dan masih berbalik badan bersandar pada dinding sofa. Ia mendaratkan dua tangan yang terlipat di atas sandaran sofa dan meletakkan dagunya si atas lengannya.“Apa sudah selesai melayani kekasihmu wahai Nona Mayumi?”Kedua alis Mayumi langsung terangkat begitu mendengar pertanyaan dari Pete. Mayumi yang mendadak malu kini nyengir dan menggaruk
Baca selengkapnya
Bagian 25
Dua mata berlensa biru sedang mengamati sosok Wanita yang tertidur di atas sofa tanpa bantal dan selimut. Sosok yang tengah mengamati itu, perlahan menarik ujung bibirnya membentuk seringaian. Frans berdiri dengan kepala miring dan dua tangan masuk ke dalam kantong piamanya.“Aku tidak tahu tentang perasaanku,” gumam Frans. “Maksudku tentang kenapa aku harus menjadikanmu pelayanku? Aku bahkan belum sepenuhnya tahu tentang asal-usulmu. Yang aku tahu hanya kamu pernah bekerja di bar.”Frans membuang napas lalu mengalihkan pandangan. Dia berjalan mendekati cermin Panjang berbentuk oval di samping lemari bajunya. Dia berdiri di sana , sedikit membungkuk mengamati wajahnya yang masih lusuh.Tidak lama saat Frans hendak masuk ke kamar mandi, sosok di atas sofa terlihat bergerak. Ia melengkuh seraya merentangkan kedua tangannya. Dari jarak sekitar dua meter, Frans mengamati sambil menaikkan satu alisnya. Tidak lama kemudian, kedua mata itu terbuka dan mulutnya terbuka lebar. Desahan yang
Baca selengkapnya
Bagian 26
“Jadi kamu sudah siap menikah dengan Drako?”Jessy menoleh ke arah seseorang yang bertanya padanya. “Untuk apa membahas tentang itu? Toh Drako tidak ingin menikahiku.”Johny melajukan mobilnya dengan kecepatan sedikit melambat.“Tapi kamu memang ingin menikah dengannya kan?”Jessy mendengkus lalu membuang muka. Ia menunjuk-nunjuk kaca jendela mobil dengan wajah datar. “Aku harus jawab apa? aku menjalin cinta dengan dua orang sekarang. Kalian berdua sama-sama hebat.”Johny menghentikan mobilnya saat itu juga. Ia berdecak lalu menatap Jessy dalam-dalam. Dia ingin memakan Wanita itu saat ini juga. Andai sang istri tidak terlalu sibuk dengan urusan salon dan sedikit mengurangi berat badannya, mungkin Johny tidak akan bermain cinta di belakang dengan Wanita lain. Ini sangat gila memang. Seperti tidak punya otak, Johny bahkan memacari kekasih putranya sendiri. Siapa yang salah? Jessy dengan senang hati mau dengan Johny.“Kamu pikir aku tidak berada dalam posisi serba salah?” sungut Jo
Baca selengkapnya
Bagian 27
Mayumi masih merasa gugup setelah Frans membawanya pulang ke rumah. Meski tidak sampai satu hari full, tapi jujur saja Mayumi sangat senang. Ia tahu kalau kondisi ibunya memang baik-baik saja.“Eum, terima kasih sudah membawaku pulang,” kata Mayumi sambil tersenyum kaku.Frans hanya berdehem tanpa menoleh.“Ngomong-ngomong, dari mana Tuan Frans tahu rumahku?”Frans terdiam dan menoleh sekejap. Ia kembali menatap jalanan yang lurus dan tersenyum miring. Meski tidak begitu jelas, tapi Mayumi tahu itu sebuah seringaian.“Sudah aku katakan, bukan, kalau aku bisa tahu semua tentangmu?”Mayumi melipat kedua bibir membentuk garis lurus. Dia tidak mau berpikir terlalu jauh, tapi memang Frans selalu tahu tentangnya. Bahkan semenjak pertama kali pernah bertemu waktu itu.Mayumi ingin bertanya lagi, tapi ragu. Ia sadar posisi di sini yang hanya sebatas pelayan saja. Namun, saat melihat wajah Frans dalam-dalam, sepertinya pria itu menyimpan banyak cerita.“Kamu merasa betah bekerja dengan
Baca selengkapnya
Bagian 28
Mayumi tidak mau Frans kembali memanggilnya dengan suara lantang seperti waktu itu. Dia dengan cepat berlari menuju lantai atas untuk mengantar belanjaan milik Tuannya itu. Sampai di atas dan masih jauh dengan pintu kamar Frans, Mayumi kembali bertemu dengan Drako. Mayumi tersenyum dan menganggukkan kepala seperti biasanya.“Sepertinya kamu sangat sibuk?” tanya Drako. Ia berjalan lebih dekat.Mayumi tidak mungkin menghindar, karena itu tidak sopan. Meski Frans melarangnya untuk dekat dengan orang di rumah lain selain dirinya, tapi bagi Mayumi mereka semua tetap,bos di rumah ini yang harus dihormati.“Tidak juga, Tuan.” Mayumi tersenyum tipis.“Sebaiknya kamu istirahat kalau lelah. Frans memang orangnya suka memaksa.”Benar sekali apa yang dikatakan Drako. Mayumi sangat setuju dengan kalimat itu. Frans bahkan tidak pernah berpikir apakah Mayumi kelelahan atau tidak. Pria itu hanya selalu memaksa untuk dilayani tanpa ada jeda sedikit pun.“Terima kasih sudah memperhatikanku, Tu
Baca selengkapnya
Bagian 29
Drako menghampiri Grace yang sedang duduk sendirian di gazebo dekat kolam renang. Saat ini sudah pukul sekitar Sembilan malam, Sebagian penghuni rumah sudah lelap dalam tidurnya. Sampai di belakang Grace, Drako langsung berdehem membuang Grace menoleh.“Drako?” celetuknya. “Sedang apa di sini?”Drako menghela napas lalu ikut duduk. “Harusnya aku yang tanya, sedang apa kamu di sini?”Grace tersenyum sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. “Aku masih belum mengantuk.”Grace duduk memangku bantal putih, menghadap ke arah kolam. Ia melihat kelap-kelip pantulan lampu di atas air yang tenang itu. Terkadang sedikit bergelombang Ketika beberapa daun kemboja berjatuhan.“Apa kamu tahu siapa kekasih Frans?” tanya Grace.Drako tertawa getir. “Kamu tahu kalau aku tidak dekat dengan Frans setelah kepergian Rose, kan? Aku bahkan hampir tidak pernah bicara dengannya sekarang.”Rose, mengingat nama itu rasanya ingin sekali Grace menampar Frans. Dia Wanita yang sangat dicintai Fran
Baca selengkapnya
Bagian 30
Ini kedua kalinya Mayumi tidur di kamar majikannya. Semalam Mayumi terlalau mengantuk dan lelah, ia sampai tidak tahu kalau saat ini sedang berbaring di atas ranjang yang lebih luas dan empuk.“Apakah ini sudah pagi?” gumam Mayumi sambil mengeliatkan badan. Ia menguap lalu mengerjap-kerjapkan matanya yang sayu.Tunggu dulu!Seketika Mayumi terduduk dan melongo tanpa berkedip. Mayumi menoleh ke kana dan ke kiri dan ia tersadar kalau sedang berada di kamar seseorang.“LAGI?” decak Mayumi sambil menepuk jidatnya sendiri.Mayumi melompat turun dari atas ranjang. Ia kembali menyapu pandangan dan si pemilik kamar sepertinya sedang tidak ada. Mayumi tidak peduli. Intinya saat ini Mayumi langsung menata ranjang hingga terlihat rapi lalu berencana ke luar dengan segera.“Aku masih memakai pakaianku, itu artinya semalam aku hanya tidur,” gumam Mayumi.Mayumi melipat selimut dan menarik setiap ujung seprei hingga rapi.“Bisa-bisanya aku kepikiran yang aneh-aneh!” decak Mayumi. “Aku hanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status