Semua Bab Casanova That's My Husband: Bab 61 - Bab 70
94 Bab
Manjanya kelihatan
Esok harinya, akan diadakan syukuran untuk kepindahan kami agar mengenal tetangga sekitar. Tak ada acara masak-masak di rumah, sebab mama Ayumi sudah memesankan ketring untuk acara tersebut.“Jangan masak-masak, kita pesan masakan ketring saja. Kalian itu habis bulan madu, jangan sampai kelelahan. Mama kan, pengen cepat punya cucu,” Mendengar Mama mertua bicara seperti itu seketika mukaku memanas. Ahs, akankah malaikat kecil itu akan segera hadir di tengah-tengah kami. Memberikan sebuah kebahagiaan besar di antara mereka.Sedang bang Genta, sekarang secara terang-terangan selaku bersikap manja, bahkan di depan anggota keluarga. Rasanya, aku masih terlaku sulit untuk beradaptasi dengan suasana ini. Meski pernikahan kamu sudah dua minggu lebih, namun masih tak dapat menghilangkan kekakuan ini. “Kak jangan kaya bayi gitu donk, ngedusel-dusel kek kucing minta dielus majikan. Aku yang jomblo ini kan jadi risih lihat kalian kayak gitu,” Srobot Anin.Hadeeh, beneran malu, kenapa Anin ma
Baca selengkapnya
Manja 2
“Ada ayam kecap, mau juga?” tawarku ketika ingat bahwa masakan kesukaan laki-laki itu adalah ayam kecap.Seperti antara nasi kuning dan ayam kecap lebih serasi ketimbang disandingkan dengan rawon. “Emang ada? Kalau ada sekalian deh,” Kukira, permintaan sebel akan dibatalkan saat mendengar ayam kecap. Nyatanya tidak.“Siapa yang mau makan oplosan kek gitu?” Mama yang berada tepat di belakangku seketika membuatku kaget dengan pertanyaannya. “Bang Genta, Ma ...” jawabku singkat setelah mengisi piring sesuai kemauan bang Genta. Nasi kuning, dengan kuah rawon beserta ayam kecap. “Kok aneh-aneh saja mantuku itu,” Udah berubah gelar ya sekarang. Yang kemarin masih memanggil Nak Genta, sekarang sudah menantuku. Mama akhirnya beranjak dan aku juga mendekat ke arah bang Genta yang masih asyik duduk berdiam di sofa yang sebelumnya dibuat berkumpul. Ha
Baca selengkapnya
Nginep
Waktu terasa begitu cepat, tiga bulan lagi menjelang wisuda. Hari-hari sibuk benar-benar telah terlewati. Mungkin, karena kesibukan kami berdua, hingga doa-doa mereka belum dikabulkan tuhan. Aku mendamba ada anak kecil di tengah-tengah kami. Bang Genta juga selalu berharap berlebihan ketika aku mengidam saat akan ada tamu bulanan. Selalu berharap, bahwa itu adalah keinginan Malaikat kecil yang ada dalam perutku.Tak bisa dipungkiri, aku juga selalu berharap seperti itu. Apalagi tamu bulananku yang memang tidak pernah teratur.Pernikahanku sudah setengah tahun lebih tapi masih tidak ada tanda-tanda akan kehamilan. Tetangga juga sudah sering menanyakan, untung saja Mama dan ayah serta Mama dan Papa mertua tak terlalu memperhatikan. Entah memang seperti itu, atau hanya sedang menjaga perasaanku saja, entahlah.Selain kuliah, aku hanya duduk di rumah, menunggu suami pulang. Jika saja Malaikat kecil itu sudah ada di perutku, mungkin aku tak akan sesepi itu. Mungkinkah keinginanku terla
Baca selengkapnya
Problematika
Malam ini berbeda, jika biasanya setiap malam bang Genta lah yang bermanja, layaknya anak kecil. Kini Anin yang terus minta ditemani. Untungnya, Anin bukanlah bang Genta. Sebab, Anin hanya minta ditemani untuk bercerita saja. Bukan seperti bang Genta yang selalu bertingkah seperti anak kecil. Meski kadang buas, ooops!“Mumpung Kakak di sini, besok kita jalan-jalan yuk. Aku udah lama nggak jalan-jalan ke mall,” Ajaknya yang hanya aku tanggapi dengan anggukan. Karena aku pun sama, hari-hari sibuk sebelumnya telah terlewati. Meski belum semuanya tuntas, namun sedikit senggang. “Oke, yuk! Besok kita habiskan uang Kakakmu!” Kadang, aku juga sedikit bingung. Aku sudah terbiasanya memanggil dengan Bang, namun Anin Memanggil dengan Kakak. Hingga bagaimanapun aku harus memposisikan saat berhadapan dengan orang lain. Saat aku katakan bang Genta, maka kebanyakan orang tak akan paham.Sangat berbeda jika mengatakan Mac, karena memang sebenarnya panggilan itu yang digunakan sejak kecil. Mack
Baca selengkapnya
Menghindar
_Keluarga tanpa seorang anak ibarat seperti perahu di tengah gelombang besar ombak dengan posisi yang tak seimbang. Mereka hanya butuh penengah_Anin akhirnya mengantarkan kakak iparnya itu pulang. Bukan, bukan ke rumah keluarganya atau rumah yang ditempati oleh Alyah dan Genta. Tapi pulang ke rumah orang tuanya. Aliyah sebenarnya juga tak begitu mempercayai yang ada di pikirannya, hatinya menolak dengan pikiran buruknya itu. Orang yang tengah patah hati kadang seperti orang yang kurang waras. Tidak bisa berpikir jernih untuk mendapatkan solusi.“Kita pulang saja Kak, atau masih mau jalan-jalan ke mall, biar Kakak bisa tenang. Kita ke salon, mungkin,” Ide Anin memang bagus, tapi “tidak!” bagi seseorang yang tengah patah hati. Mereka hanya membutuhkan waktu untuk sendiri. Bahkan untuk mengungkapkan perasaannya saat itu saja tidak bisa. “Kakak pulang ke rumah Tante Marsya saja ya, Kakak kan
Baca selengkapnya
Semakin memanas
“Lalu itu suara apa Bang?! Kupingku masih waras. Bahkan Anin juga mendengarnya!” Alyah langsung terengah-engah setelah mengucapkan apa yang mengganjal di hatinya. Dadanya juga ikut naik turun hingga anggota badan yang lain ikut bergerak menyeimbangkan.Sedang Genta, ia hanya diam tak berusaha menjelaskan atau menenangkan.Benar, setelah panggilan Rakhman, Genta bercerita duduk perkara saja tidak secara keseluruhan ia ceritakan. Menurutnya, ia harus bisa menyelesaikannya sendiri, selagi masih bisa dengan tanpa bantuan orang lain apalagi mertuanya sendiri.Hingga akhirnya Rahman memanggil putri semata wayangnya itu untuk keluar kamar. Sebenarnya Alyah masih enggan untuk menemui suaminya itu, namun ia tak kuasa ketika sudah terdengar nada ketegasan dari sang Ayah saat menyuruhnya untuk keluar kamar.“Kenapa Abang cuma diam?! Benar kan yang aku katakan, dan apa yang aku pikirkan memang itu yang sedang terjadi!” Tak terima melihat suaminya hanya diam mendengarkan sembari menatapnya dalam
Baca selengkapnya
Niat hati
“Al, sudah ya ... ayo kita pulang” Tak beruntungkah Alyah mendapatkan laki-laki seperti itu. Yang jarang sekali meninggikan suaranya ketika sedang marah.“Aku masih ingin di sini” Genta yang tak pandai menjelaskan atau Alyah yang menutup diri untuk menerima kebenaran.“Baik jika kamu memang masih ingin di sini, aku tak masalah. Kalau perlu aku akan melakukan seperti yang kau tuduhkan agar tuduhanmu itu tak menjadi fitnah” Genta tiba-tiba berucap dingin tak seperti biasanya. Bahkan ia langsung beranjak dari duduknya tanpa menoleh dan tanpa mengucapkan kata pamit untuk wanita yang baru saja dirayunya itu.Setelah kepergian laki-laki bergelar suami itu, Alyah seketika langsung kembali menangis. Hatinya kini kembali perih.“Salahkah aku? ...” Penyesalan memang kerap datang terlambat, memberi kenangan buruk bagi pemiliknya.“Apakah benar aku hanya berburuk sangka saja?”“Kenapa waktu itu aku tak masuk saja. seperti yang dikatakan bang Genta.” Beberapa pemikiran yang berakhir penyesalan k
Baca selengkapnya
Rindu
“Assalamualaikum!” Aku berseru, tapi tak ada jawaban sama sekali. Ahs, bodoh! Bukankah jam sepuluh masih jam kerja. Kenapa aku jadi lebih bodoh akhir-akhir ini. HuftAku rindu, sungguh rindu. Hingga ... Kini aku tak mampu lagi berpikir dengan jernih. Sejak subuh tadi aku benar-benar bingung, apakah yang aku lakukan ini sudah benar. Namun aku benar-benar telah rindu. Biarlah, bila dikatakan bucin. Maka memang itu yang sedang terjadi padaku, lalu? Malah ada kejadian yang membuatku harus menyingkir seperti ini. Rasanya aku tak rela jika bang Genta di gondol pelakor, dan aku harus segera bertindak.Seminggu lebih aku pergi, tak ada yang berubah sama sekali, selain tanaman yang mulai kekeringan, lantai yang sepertinya tak pernah mendapat belaian sapu dan kain pel.Huft, sebergantung itu ternyata rumah ini padaku. Jika aku pergi, mungkin keadaan semakin kacau. Tak banyak yang aku lakukan, hanya duduk termenung pada kursi yang memang ada di depan rumah.Bukan lega karena tak harus cepat-
Baca selengkapnya
Penjelasan
Egoisme memang kadang selalu membuat hubungan yang semua baik-baik saja menjadi retak tak berarah. Merusak segalanya yang semula terasa begitu indah. Aku kah, si pemilik egois itu? Jika dalam dunia pernovelan, mungkin akan banyak yang mengomentari kenapa suami kurus, kenapa tidak diurus, kenapa, dan kenapa lainnya akan sering terdengar. Mungkin memang alangkah baiknya jika mendengar penjelasannya. Pada akhirnya keputusan akan bisa diambil jika semuanya telah gamblang dan jelas. “Kenapa Abang kurusan?” Setelah pelukan erat itu mengendur, akhirnya aku berani bertanya. Meski aku masih tidak bisa menyembunyikan suaraku yang masih serak dengan sisa-sisa tangis kerinduan yang masih ada.“Kamu sendiri yang membersihkan sisanya bukan? Berbeda saat ada kamu. Semua apa yang kamu masak, akan aku makan dengan lahap” jawabnya dengan sedikit tawa yang terasa begitu hambar. Meski di sini aku juga tersakiti namun rasanya terlalu egois jika aku mengabaikan keberadaannya.“Aku ingin terus memeluk
Baca selengkapnya
Mie ayam
Penjelasan itu akhirnya mengalir begitu saja. Alyah juga menepati janjinya untuk tidak menyela apa yang akan diucapkan suaminya. Dan saat itu juga permasalahan selesai. Keraguan yang ada dalam hati Alyah kandas sudah. Bahkan Alyah juga sudah diperlihatkan rekaman CCTV dan terpaksa tidak bisa mengelak lagi. Bahwa sebenarnya bukanlah kejadian seperti apa yang terus berputar dalam bayangan Alyah.Ada kertas jatuh, yang terinjak high heals sekertaris itu, hingga kehilangan keseimbangan karena licinnya lantai ditambah dengan kertas yang halus.Genta hanya tertawa renyah melihat istrinya hanya diam diliputi dengan rasa salahnya.“Kukira abang mendua karena aku tak juga memberikan keturunan untuk Abang.” Ucap Alyah melemah. Tidak munafik, Genta memang sangat mendambakan kehadiran Malaikat kecil di antara keduanya. Namun ia juga percaya akan takdir, semua tidak bisa dipaksakan atas apa ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status