All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 121 - Chapter 130
184 Chapters
Bab 121
Malati termangu sejenak di depan balkon sembari menyeruput susu hangat usai menunaikan sholat subuh. Semalam Ali meneleponnya saat Malati tengah tidur. Karena ia tidak mengangkat teleponnya Ali mengirim pesan padanya yang berisi bahwasanya ajakan makan malam di kediamannya bersama keluarga besar Basalamah. Menurut Ali nanti malam adiknya sudah pulang dari rumah sakit. Oleh karena itu ia ingin mempertemukan langsung Malati dengan adiknya membahas soal kecelakaan itu. Sebagai seorang kakak yang teramat mencintai adiknya, Ali akan menuntut keadilan untuk siapapun yang berusaha mencelakai dan melukai adiknya. Akhirnya dengan alasan itu, Malati mengiyakan. Bagaimanapun, saat ini tengah belajar menjadi seorang detektif profesional di mana ia akan mengerjakan tugasnya secara profesional. Ia tidak akan melibatkan perasaan di dalam menjalankan aksinya. Semoga bisa … Setelah bersiap dengan pakaian casualnya, Malati turun ke lantai bawah, ke ruang makan bergabung dengan Aldino untuk menyanta
Read more
Bab 122
Malati pun menghampiri Ana dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. “Hi, saya Ana.” Suara Ana yang lembut dan mendayu-dayu dengan senyum yang memukau makin membuat Malati insecure. Beberapa detik ia berpikir jika Aldino tak mungkin tertarik padanya karena kekasihnya tampak sempurna. “Saya, Putri Melati. Biasa dipanggil Malati.” Ana lebih dulu melepas jabat tangannya. “Kau imut sekali, Malati.” Ana cukup terhenyak melihat sosok Malati yang pernah diceritakan oleh Ali. Sosok anak mahasiswi cerdas dan bekerja sebagai seorang detektif. Ia mengira gadis itu berwajah dingin dan bergaya eksentrik. Ternyata, gadis itu bahkan berpenampilan agamis. Sungguh, di luar ekspektasinya. Sebetulnya, Ana tidak terlalu tertarik dengan rencana kakaknya yang menyewa detektif untuk menyelidiki kecelakaan yang menimpa dirinya dan Aldino. Ia hanya berpikir jika itu kecelakaan murni. Dan, Ali terlalu berlebihan menganggap itu sebuah kecelakaan yang terencana dan terstruktur terhadap mereka. Ali keb
Read more
Bab 123
“Okay, coba jelaskan kenapa kau bisa diundang Ali?”Aldino duduk bersandar pada bantal yang ditumpuk di atas ranjang sedangkan Malati duduk di atas ranjang portable miliknya.Kali ini Aldino lebih bisa mengendalikan diri. Entah mengapa setiap melihat wajah Malati yang ditekuk, rasanya hatinya seperti tersentil. Tak ingin membuatnya bersedih hati.Sepanjang jalan Aldino berpikir, jika sikapnya pada Malati berlebihan. Ia mulai mengatur Malati semaunya. Bahkan ia sudah menjilat air ludahnya sendiri dengan melanggar perjanjian kontraknya yakni mengintervensi urusan Malati terlalu jauh. Ia berubah menjadi pria yang egois. “Pak Ali mengundang saya karena dia do-sen saya ya … tapi tenang saja Pak, rahasia kita aman.”Malati tak menemukan jawaban. Ia merasa tak perlu menjelaskan alasan apapun soal undangan makan malam itu. Biarkan Ali atau Ana yang menjelaskan soal posisinya sebagai detektif bayaran.Aldino melenguh pelan. “Ya sudahlah. Emang dia dosenmu. Kau menyukainya?”Aldino merasa pena
Read more
Bab 124
Di tempat yang berbeda, Malati kini tengah menyeruput susu hangat di perpustakaan sembari membuka berkas-berkas penting. Ia sudah mengumpulkan beberapa fakta yang ia temukan mengenai kecelakaan yang menimpa Ana dan Aldino setahun silam.Senyum tipis menghias bibirnya.Meskipun barang bukti baru tiga puluh persen namun ia yakin atas hasil observasinya. Ia sudah mengecek kondisi mobil porsche yang dikemudikan Aldino malam itu bersama Ana di tempat penampungan mobil bekas. Tentu saja, ia memiliki akses pada pihak kepolisian melalui Mr Bon.Dari hasil analisisnya, selain mobil itu menabrak pembatas jalan, ternyata mobil itu sempat ditabrak oleh mobil lain. Hanya saja, rekaman CCTV tidak ada. Padahal jika ada rekaman CCTV maka akan mempermudah penyelidikan.Dengan mudah pihak kepolisian akan menemukan siapa pelaku mobil yang menabrak Aldino; menyalip kendaraan itu hingga terpental jauh. Sementara itu Aldino berada di bawah pengaruh alkohol.Anehnya, Malati penasaran. Jika malam itu Aldino
Read more
Bab 125
“Yup, begitu! Betul sekali … Angkat dan ayunkan! Serang!” Seorang instruktur Anggar tengah berbicara pada salah satu muridnya dengan semangat yang menggebu-gebu. Ia begitu puas karena memperoleh murid yang cekatan. Muridnya bertubuh minimalis namun mungkin karena itu ia terlihat tangkas dan gesit mengayunkan foil dengan sangat ringan. Padahal ia baru beberapa kali mengikuti latihan. Foil ialah pedang terkecil yang paling ringan digunakan dalam olahraga Anggar dan terbuat dari stainless steel. Murid itu ialah Putri Melati. Akhirnya gadis berwajah minim ekspresi itu menemukan olahraga yang cocok untuk dirinya. Ia sangat bersyukur akan hal itu. Entahlah, Anggar seolah dekat dengan dirinya. Ia menjadi teringat mimpi-mimpi buruk yang dilewatinya. Xie Mei Ling, wanita yang mirip dirinya dalam mimpi itu ahli memainkan Anggar. Entah karena itu, Malati merasa terbawa suasana. Atau mungkin kebetulan ia menemukan olahraga yang sesuai dengan minatnya. Terkadang Malati tak habis pikir. Ia taku
Read more
Bab 126
“Mohon maaf Pak Aldino dan Pak Abhizar, mengganggu waktunya.”Sekonyong-konyong Malati maju dan menghadap Abhizar yang tengah beradu mulut dengan AldinoKedatangannya membuat ke dua pria dewasa itu menoleh kaget.Aldino yang kaget karena Malati menghampiri mereka. Sementara itu Abhizar kaget karena gadis itu memgenalnya. Terbukti memanggil namanya.“Pak Aldino, waktu saya tidak banyak. Jadi bagaimana pembicaraan kita? Apa dilanjutkan besok saja? Sepertinya kalian memiliki urusan penting yang tak bisa ditunda.”Lagi, Malati membuat pernyataan yang membingungkan.Aldino tercenung mendengar pernyataan Malati. Aish, Malati tengah bersandiwara. Aldino baru menyadarinya.“Sebentar, saya punya urusan dengan pria ini!” Aldino tak peduli dengan apapun saat ini. Ia hanya ingin memberi pelajaran pada mulut jahanam Abhizar yang sedari tadi menyudutkannya.“Well tunggu, sandiwara kalian sungguh tidak lucu!”Abhizar menatap Aldino dan Malati dengan tatapan remeh. “Kau memang mengenalku hah?” telis
Read more
Bab 127
“Surprise!!”Ana berkata dengan riang gembira.Sementara itu Aldino tergugu dan mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha menajamkan penglihatannya.Tanpa tedeng aling-aling, Ana langsung menghambur memeluk Aldino dengan begitu intim. Hal tersebut membuat Aldino bereaksi tak nyaman. Entahlah, perasaan Aldino tak nyaman dipeluk oleh Ana-kekasihnya.Aldino mendorong pelan Ana hingga membuat Ana mengernyitkan keningnya.“Kenapa Sayang?” tanya Ana masih merangkul lengan Aldino. “Kau tak senang aku sudah bisa berjalan normal? Aku sehat?”“Hum, bukan begitu Ana. Mas senang. Alhamdulillah kau sudah membaik. Kau mengejutkan Mas saja.”Aldino berkata dengan sedikit tergeragap dan tawa hambar.Aldino melepas tangan Ana begitu saja lalu memilih duduk kembali di sofa.Ana merasa Aldino telah berubah. Ada apa dengan Aldino? Apakah perasaannya saja Aldino bersikap tak sehangat lagi sebelumnya?Mengabaikan itu semua, mungkin Aldino punya masalah di sekolah hingga membuat suasana hatinya buruk.“An
Read more
Bab 128
“Apa?”Mira Gumilar panik. Jantungnya berdegup kencang. Keringat sebesar biji kopi muncul di keningnya. Ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan menghentak-hentakkan kakinya.“Aduh. Bagaimana? Pasti Pak Aldino marah besar,” sahut Linda tak kalah panik. Ketika panik ia justru bolak balik ke toilet. “Aduh, aku mau pipis, Bu. Bentar ya,”“Tunggu! Bagaimana ini? Pak Aldino sebentar lagi datang. Dia pasti mengamuk pada semua guru.”Mira Gumilar menahan kepergian Linda. Linda tidak boleh pergi meninggalkannya. Mereka harus sama-sama siap menerima kemarahan Aldino. Aldino orang yang disiplin. Ia tidak menyukai guru yang tidak disiplin. Ia akan memberi hukuman pada guru yang tidak disiplin dan lalai dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya. Minimal ia akan memarahi guru itu hingga mentalnya jatuh dan lebih parah ia akan memberi hukuman yang tak main-main. Hukuman yang berat semisal meminta guru itu menggantikan tugas penjaga sekolah.Tap, tap, tap,Yuda Tarumanegara menghampiri ke dua
Read more
Bab 129
Di sebuah rumah mewah yang mengusung arsitektur timur tengah, terjadi perdebatan kecil di antara ibu dan putrinya.“Sekarang jadwal kau check up ke dokter, Sayang! Tolong! Kau harus berobat demi kebaikanmu. Mama ingin kau pulih lagi.”Hanum mengingatkan putrinya untuk tetap menjalani pengobatan. “Mama, aku sudah sembuh. Sudah deh Mama jangan berlebihan! Sekarang aku mau jalan-jalan ke mall. Sudah lama Mama aku kepengen jalan-jalan. Aku bosan di rumah terus. Mas Aldino juga sekarang sibuk. Dia sudah tak punya waktu lagi untukku,” cerocos Ana. “Aku ingin mencari outfit buat nanti Photoshoot!”“Ana, Mama sekarang tak bisa ikut menemanimu. Ali juga sedang mengajar. Mama gak mau kau bepergian sendiri,” peringat Hanum tak menyerah.“Ya ampun, Mama! Serius, aku sudah sehat. Aku bisa bepergian sendiri!”Ana menatap kesal ibunya. Mengabaikan nasehat ibunya, ia menyampirkan tas selempangnya dan bersiap-siap pergi.“Ya udah, Mama suruh supir mengantarmu.”“Ckck!” Ana memutar ke dua bola matany
Read more
Bab 130
Malati terlonjak kaget saat Aldino yang terbaring di pangkuannya tiba-tiba mengecup bibirnya. Ia diam dan tak menolak, sial.Malati merasa Aldino tengah menyampaikan perasaannya lewat kecupan lembut itu. Namun ia sukar untuk mengungkapkannya.Malati menggeleng dengan perasaan bersalah. “Bapak, ini keliru!”Malati tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia seolah terhipnotis oleh apa yang Aldino lakukan padanya. Sikapnya yang lembut dan manis.Alih-alih mendengar perkataan Malati, Aldino yang sudah bangun dari pangkuannya menangkup wajahnya dengan lembut lalu kembali menikmati ranum bibir itu yang begitu menggoda sejak tadi.‘Bagaimana ini? Aku tak kuasa menolak. Aku juga jatuh cinta padanya,’ batin Malati mencoba untuk menyadarkan dirinya. Tiba-tiba saja air matanya menggenang di pelupuk matanya. Lalu menetes. Ia merasa terharu karena dicintai. Ciumannya bukan ciuman hasrat namun ciuman penuh kasih sayang.Aldino menatap Malati dengan tatapan sayu. Namun ia tersentak melihat manik mata di
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status