All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 141 - Chapter 150
184 Chapters
Bab 141
Percakapan dengan Ana, membuat Aldino diserbu kegamangan hati. Saat ia berencana ingin mengakhiri hubungannya dengan Ana, Ana justru mengetahui pernikahan rahasia yang Aldino lakukan dengan Malati.Gadis itu tidak menunjukan reaksi marah dan kecewa berlebihan padanya. Namun sebaliknya, Ana memperlihatkan keikhlasan dan ketulusan cintanya pada Aldino. Ia memaafkan kebohongan Aldino. Ia tunjukan pada Aldino sikapnya untuk selalu mensupport apapun yang Aldino lakukan selama itu demi kebaikan. Bukankah pernikahan itu juga karena terpaksa?Dilematis, kini Aldino tak bisa memutuskan hubungannya dengan Ana begitu saja. Ia merasa tak tega melihat sikapnya yang bijak. Namun sebuah dorongan besar terus mengetuk jiwanya. Ia tidak bisa mundur lagi. Ia sudah menentukan pilihannya.Aldino mengabaikan semua cerita Ana. Ia tidak peduli dengan apa yang Ana sampaikan padanya tentang Putri Melati. Baginya, mengakhiri hubungan cinta kasih yang sudah terjalin lama dengan Ana adalah keputusan masak yang s
Read more
Bab 142
“Apa kau menceritakan pernikahan kita pada Ana?” telisik Aldino. “Maaf, saya bertanya masalah ini lagi,” imbuh Aldino tak biasanya menggunakan kata diksi ‘maaf’ untuk menjaga perasaan istri kecilnya. Aldino tahu jika seseorang akan gelisah saat berbohong dan langsung menyangkal hebat.Malati menatap Aldino dengan wajah datarnya. Padahal dalam hatinya ia kecewa mendengar pertanyaan itu, seakan-akan ia meragukan dirinya.“Tidak, Pak. Tentu saja aku tidak akan mengingkari janjiku, Pak. Bukankah pernikahan kita itu tidak boleh bocor ke publik, terutama kekasih Bapak dan keluarganya.”Aldino merasa tidak ada keraguan dalam jawaban Malati. Kesimpulannya ia berkata jujur. Sementara itu Malati merasa gugup mendengar pertanyaan itu meskipun ia berhasil menampakkan wajah datar. Satu yang pasti ia yakini, ia tidak pernah menceritakan pernikahannya pada siapapun. Sekalipun Ana mengetahuinya itu karena informasi dari orang lain. Bukan urusannya.Seketika Malati teringat dengan perjanjian kontrakn
Read more
Bab 143
Sepulang bertemu dengan Malati, Ana menyambut kedatangan Ali dengan sukacita. Bahkan sebelum Ali tiba di bibir pintu rumah. Senyum mengembang di bibirnya. “Bagaimana Ali?” tanya Ana pada sang kakak.Ali mendesah melihat kelakuan Ana yang begitu manja. Ia merangkul lengan Ali dan menatapnya penuh harap. Ia tak sabar dengan hasil pertemuan antara Ali dan Malati.Pertemuan tersebut telah direncanakan sebelumnya oleh mereka. Ana mengadukan pada kakaknya bahwa Aldino telah menikahi Malati terpaksa demi warisan saat dirinya koma.Mendengar hal itu, tentu saja reaksi Ali terkejut. Pertama, ia terkejut karena Aldino dianggap telah mengkhianati adiknya. Ke dua, ia juga terkejut mengetahui wanita yang ditaksirnya telah dinikahi oleh pria itu. Pantas saja Ali pernah memergoki mereka berbincang berdua.“Ana, aku baru tiba. Coba kau minta Bibik bikinkan aku teh. Aku haus.”Ali dan Ana berjalan bersisian menuju rumah.Hanum yang berada di ruang tamu tersenyum melihat keharmonisan ke dua anak kembar
Read more
Bab 144
Sebelum Malati pulang ke rumahnya, ia tiba-tiba mengubah rencananya. Ia akan mengunjungi Mr Bon-sosok pria tua yang begitu dekat dengannya. Mungkin ada pekerjaan freelance sampingan untuknya.Pikirannya sudah berkecamuk. Ia harus mencari pekerjaan untuk membayar hutangnya pada Aldino. Begitulah pikiran Malati saat ini. Ketika pernikahan itu terbongkar ia pasti menjadi sosok yang disalahkan. Mungkin hal terburuk yang akan ia alami ialah Aldino meminta uangnya kembali. Itulah yang berada dalam pemikiran gadis itu.“Assalamu’alaikum!” sapa Malati di bibir pintu yang sedikit terbuka. Ia mengintip dengan memanjangkan lehernya, melihat sosok pria bertubuh tambun yang sedang asik telponan dengan seseorang.Saat tatapan pria itu tertuju pada sosok gadis berjilbab hitam polos dihiasi tuspin berwarna silver, pria itu segera melambaikan tangannya mempersilakan gadis itu masuk.Malati pun langsung menerobos masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di salah satu sofa yang tersedia di sana. Tatapannya
Read more
Bab 145
“Bapak, tolong! Jangan permainkan perasaanku! Bapak menyentuhku lalu mengatakan aku istri Bapak. Aku istri di atas kertas, Pak,” Malati memberanikan diri mengatakan itu karena sudah merasa tidak tahan dengan tekanan yang diperolehnya. Suaranya bergetar seiring dengan rintik hujan yang turun berdenting menimpa genting. Pundaknya berguncang dengan isak yang tertahan. Pria itu berhasil membuatnya melambung tinggi, merasakan apa itu kebahagiaan. Namun sekejap ia menjatuhkan dirinya pada jurang ngarai sedalam-dalamnya, merasakan kesedihan. Gadis malang itu jatuh hati lalu langsung patah hati sekaligus. Ia merasa dirinya yang menderita akan perasaan itu. Nyatanya, Aldino pun merasakan hal yang serupa di mana ia sendiri terjebak dalam perasaan pada gadis itu. Naasnya, ia harus melepaskan hubungannya dengan Ana yang sudah terjalin lama. Namun setelah ia menimang-nimang Ana mungkin bisa menjadi kekasihnya akan tetapi ia tidak bisa menjadi istrinya mengingat sikap manja, impulsif dan kekana
Read more
Bab 146
Malati menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Tak mungkin Aldino semudah itu mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Melihat reaksi Malati yang terbengong lama, Aldino meraih ke dua tangan gadis itu, menggenggamnya dengan erat. Mereka duduk berhadap-hadapan dengan ke dua netra bertumbur sembari menyelami perasaan masing-masing. “Saya sudah memutuskan. Saya ingin menjalani pernikahan denganmu, Putri Melati. Saya sudah mengakhiri hubungan saya dengan Ana. Kini, kita tak perlu lagi merahasiakan pernikahan kita. Saya sudah menikahimu sah baik secara agama maupun hukum.” Aldino memberikan sebuah penjelasan singkat dan padat. Berharap Malati menerima keputusannya. Namun ia tidak menceritakan bagaimana respon Ana-yang tentu saja tidak menerima keputusan Aldino. Ana butuh waktu menerimanya. Malati menggelengkan kepalanya lagi seraya menarik tangannya kendati tak berhasil karena Aldino menggenggam tangannya erat dan posesif. Ia bahkan mengecup punggung tangannya b
Read more
Bab 147
Malati menarik sudut bibirnya saat mereka tiba di suatu tempat yang mungkin menurut Aldino ialah ‘tempat kencan’. Ingin sekali ia tertawa namun ia sebisa mungkin menahannya, mengingat Aldino seorang yang temparamen sehingga akan mudah tersinggung. Ia menghargai usaha pria itu yang tengah berusaha memikat hatinya.Gadis itu menatap Aldino dengan senyum yang mengembang dari samping. Senyuman yang paling lebar seperti saat ia mendapat nilai seratus pada ujian Matematika. Atau saat ia menerima gaji pertama sebagai tutor Matematika.“Suamiku ganteng ya,” imbuh Aldino narsis saat merasa memang dirinya tengah diperhatikan gadis itu.Malati tak merespon pria bertubuh besar itu. Ia memalingkan wajahnya pada sebuah batu besar dengan pahatan kuno di hadapannya.Saat ini mereka tengah berada di sebuah museum Pasir Angin yang terletak di daerah Cemplang, Cibungbulang. Bukan tanpa alasan Aldino mengajak istri kecilnya pergi ke sana. Ia berpikir secara matang bahwasanya tipikal gadis cerdas semacam
Read more
Bab 148
Ali menatap kolam ikan di depannya dengan tatapan merana. Ia merasakan dadanya terasa panas. Sesuatu seakan membakarnya dari dalam. “Argh, sialan!” Ali ingin sekali melempar gelas kaca yang dipegangnya pada aquarium kesayangan ayahnya. Bisa-bisa ia dimutilasi jika berani melakukannya. Pria berwajah Arab itu benar-benar merasa muntab. Tak pernah menyangka jika Aldino bisa senekat itu. Saat Aldino menjemput Malati di kampus, ia melihat mereka bertepatan ia keluar dari gedung rektorat. “Apa benar Aldino sudah sejauh itu?” gumamnya dengan perasaan pedih hatinya. “Putri, apa kau juga memiliki perasaan yang sama pada pria brengsek itu? Rasanya tak mungkin kau menggoda Aldino. Aldino pasti sudah menekan dan mengancammu.” Ali mendengus kasar mengingat pemandangan yang menyesakkan dada tadi. “Ali, kau sudah pulang?” sapa Hanum yang baru saja tiba dari salon dengan Ana. “Tumben, Mustafa Ali nongkrong di depan aquarium. Biasanya nongkrong di perpustakaan.” Ana berkomentar lalu duduk dek
Read more
Bab 149
Malati memakai stetoskop yang sudah dipersiapkan oleh Mr Bon untuknya. Beruntung Mr Bon sudah memikirkan hal sedetail itu untuk memudahkan misi gadis itu.Ia menempelkan bagian earpieces pada telinganya dan meletakan bell pada dinding dekat knop brankas. Beberapa tukang kunci profesional melakukan hal serupa untuk membongkar brankas yang macet. Hal itu dilakukan untuk bisa mendengar pergerakan dalam poros.Malati memulai aksinya. Ia mulai menekan angka kombinasi searah jarum jam. Sudah dua kali ia gagal. Tak menyerah, ia mencoba angka lainnya.Sesekali ia memutar angka berlawanan arah jarum jam dan mendengarkan dengan seksama sampai terdengar suara klik yang saling berdekatan. Ia memutar knop perlahan untuk mencatat posisi knop.“Mala, sudah belum?”Dari bibir pintu Sulis bertanya dengan harap-harap cemas. Jantungnya berdegup kencang sebab mendengar panggilan telepon dari Mr Bon bahwa target menuju ke sana.Malati mengabaikan Sulis. Ia fokus melakukan pekerjaannya. Ia masih memutar no
Read more
Bab 150
Malati menggeliat dalam tidurnya. Semalam ia tidur nyenyak setelah menjalankan misinya kendati gagal.Ia merasa hangat memeluk guling yang begitu besar. Dalam mimpinya, gadis itu tengah tidur di atas kasur berukuran sangat luas-berukuran stadion sepak bola sembari memeluk bantal dan guling yang sangat empuk.“Hum, nyaman sekali,” gumam gadis itu sembari tersenyum. Tangannya begitu erat memeluk guling itu.“Mala, singkirkan tanganmu!” imbuh Aldino setengah sadar saat ia merasa ada tangan mungil yang meraba-raba dadanya. Pria itu merasa geli.“Hum, gulingnya besar sekali,” ucap gadis itu mengigau. Tangannya menjalar pada bongkahan dada yang liat dan menyentuh sesuatu yang tampak mungil. Saat itu Aldino mengenakan kaos tipis.“Shit! Mala! Apa yang kaulakukan?” Aldino membuka matanya dan segera menangkap tangan gadis itu yang sudah berada tepat di bagian pucuk dadanya. Tangan dan kaki gadis itu membelit pada tubuhnya bagai akar.“Ya ampun, gadis ini sepertinya tengah bermimpi.”Aldino me
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status