All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 131 - Chapter 140
184 Chapters
Bab 131
“Halo, cantik!” sapa Abhizar pada Ana yang baru saja keluar dari kantor model agency.Ana tersentak atas kedatangan Abhizar. Apa yang akan sepupunya lakukan saat ini? Dia makin gencar mendekatinya. Ana mulai merasa muak dan kesal. Pun, kekesalannya bertambah karena Aldino sudah tidak memiliki waktu untuknya.Ana menghela nafas panjang sebelum merespon sepupunya. “Aku bawa mobil sendiri, sekarang!”“‘I don’t care. I really miss you, Cantik!”Abhizar sama sekali tidak peduli apa yang ia lakukan. Ana memutar ke dua bola matanya jengah. “Abhizar, kau harus bangun! Bangun dari tidur panjangmu! Kau mabok? Aku ini pantas jadi kakakmu! Sadar diri Abhi! Kemarin kita baru bertemu dan sekarang kau bilang rindu? Gilakk! Orang yang pacarannya saja tidak selebay itu!”Ana mulai berani melawan Abhizar. Lama kelamaan Abhizar memanfaatkan kediamannya selama ini.“Ayolah! Kau berhutang budi padaku. Kemarin aku mentraktirmu shopping apapun yang kaumau. Sekarang giliranmu, menemaniku makan siang.”Ana t
Read more
Bab 132
“Ada apa Mas?” tanya Mbok Darmi saat melihat raut wajah majikannya yang panik. Aldino terlihat tengah mengatur nafas. Ia merasa cemas karena Malati belum pulang sedangkan Ana mengalami kecelakaan. Apa yang harus ia lakukan? Aldino pun memutuskan untuk menjenguk Ana terlebih dahulu lalu akan mencari Malati. Alih-alih menjawab pertanyaan Mbok Darmi, Aldino berkata lain. “Mbok, saya mau keluar sebentar. Kalau Mbak Malati pulang kabari ya!” Aldino buru-buru melajukan kendaraan beroda duanya agar segera bisa tiba di rumah sakit. Dalam kurun waktu setengah jam, Aldino mengendarai kuda besi seperti orang tidak waras demi melihat Ana. Kendati perasaannya sudah mulai berubah padanya, ia tetap mengkhawatirkannya. Sampai detik itu Aldino merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa Ana. Mendengar Ana kembali mengalami kecelakaan, ia khawatir jika Ana akan mengalami trauma dan jiwanya semakin terguncang. “Al! Maaf Ana meneleponmu ya?” Saat tiba di depan ruangan instalasi gawat darurat,
Read more
Bab 133
“Makasih tawaran Pak Ali dan Pak Aldino! Saya akan naik taxi saja pulang ke rumah.”Malati akhirnya memutuskan untuk tidak mengikuti ke duanya.Malati berencana pulang sendiri dengan taxi. Ia tidak menerima tawaran ke dua pria tampan itu. Jika demikian, ke dua pria tadi tidak bisa memaksa Malati.Seorang perawat membawa kursi roda, ia akan membantu Malati menaiki taxi. Sementara itu Ali sibuk dengan adiknya sedangkan Aldino tidak langsung menyusulnya sebab Hanum mengajaknya mengobrol. Padahal Aldino sudah berpamitan padanya. Wanita itu terus menahannya.“Mama, maaf sudah larut malam. Saya harus segera pulang. Assalamu’alaikum!” pamit Aldino memaksakan diri. Pikirannya kalut. Ia tak bisa berpikir jernih melihat Malati sakit. Lalu Aldino menoleh ke arah Ana. “Saya pulang,”Ana hanya mencebik melihat sikap Aldino yang dingin padanya.“Mama, tuh lihat Mas Aldino sekarang! Sudah berubah ‘kan!” keluh Ana yang mengira jika Aldino akan menemaninya seperti biasa saat ia sakit. Nyatanya, Aldino
Read more
Bab 134
Di depan cermin kamar mandi, Malati mendengus kesal. Ada luka di sekujur tubuhnya. Mulai wajah yang lebam karena kena pukul Abhizar yang sedang mabuk. Lalu turun ke tangannya yang lebam hingga berwarna keunguan. Belum bekas kaca pada telapak tangannya yang sudah mengering.Tatapannya turun menuju pahanya lalu ke arah betisnya yang baru saja dijahit. Pun, kakinya sempat terkilir. Luka-luka itu mengingatkan Malati pada luka yang diperoleh atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh tantenya.“Aduh, aku belum bisa mandi normal sekarang,” keluhnya seraya melenguh pelan. Ia hanya mengelap bagian atas tubuhnya. Setelah itu ia keluar dari kamar mandi setelah memakai pakaian lengkap. Malati ijin tidak masuk kuliah hari itu karena masih merasa sakit di bagian betisnya.Setelah itu, ia pun menelepon Risa.[Assalamualaikum!][Waalaikumsalam, hei, kemana kau tidak masuk?][Ris, maaf hari ini aku tidak masuk kuliah. Kemarin aku jatuh dari motor. Motormu sekarang di bengkel. Maaf ya … nanti aku s
Read more
Bab 135
Malati mulai bosan tinggal di rumah seharian. Ia ingin cepat sembuh dan kembali beraktifitas. Ada banyak PR yang harus ia kerjakan. Tugas kuliah yang menumpuk, mencari bukti tentang kejahatan Abhizar dan mencari tahu sosok pembunuh ibunya.Aldino mendadak lebih protektif padanya. Ia hanya mengijinkan Malati istirahat di kamar, tidak boleh berjalan jauh dulu karena lukanya masih basah. Agar Malati diam, Aldino menyiapkan beberapa buku di kamar agar gadis itu bisa membacanya. Pun, ia menyiapkan beraneka macam camilan.Hingga akhirnya ia tertidur di kursi karena suasana sangat mendukung. Hujan lebat di luar rumah dan udara dingin. Gadis itu menjatuhkan bukunya begitu saja ke lantai saking mengantuk berat. Aldino yang sedari tadi berada di ruang kerjanya menyudahi pekerjaannya sebab ia ingin melihat kondisi istri kecilnya yang ditahan di kamar.Senyum terbit di wajahnya saat ia melihat betapa menggemaskannya istri kecilnya itu. Malati tertidur dengan kepala terkulai pada meja belajar. T
Read more
Bab 136
Hujan telah reda, menyisakan aroma petrichor yang membangkitkan kenangan indah. Sembari menyeruput bandrek hangat, Aldino menikmati bunga anggrek yang tengah mekar di teras rumah. Tak pernah ia merasa begitu tenang seperti saat itu sebelumnya. Ternyata tidur bersama orang yang kau sayangi, kau merasa nyaman. Tubuh mengeluarkan hormon endorfin. Malati tidak sadar, mereka tidur bersama dan berpelukan cukup lama siang itu. Bertambah syahdu dengan suhu udara yang dingin akibat hujan menyapa. Untungnya, Aldino bangun lebih dulu. Jika Malati yang bangun lebih dulu, alamak sedikit beradu mulut perkara siapa yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. “Sudah bangun?” tanya Aldino saat melihat Malati dalam kondisi setengah mengantuk, menguyek matanya dan berjalan menuju teras. Ia seperti tengah melantur. “Mbok, sudah siang? Aduh, kenapa gak ada yang bangunin aku?” Alih-alih menjawab pertanyaan Aldino, Malati berbicara pada Mbok Darmi yang baru saja keluar sembari membawa goreng pisang untu
Read more
Bab 137
Tubuh Ana nyaris oleng jika Guntur tak buru-buru menangkapnya.“Mbak Ana, kau tidak apa-apa?” tanya Guntur dengan perasaan cemas.Air mata gadis berhidung bangir itu sudah menganak sungai. Pundaknya berguncang.Perasaan Guntur makin kalang kabut. Ia benar-benar tidak tahu persoalan apa yang menimpa majikannya. Ia terbilang pengawal baru karena baru beberapa bulan bekerja di kediaman Sulaiman Basalamah.“Mas Aldino, Gun! Mas Aldino …” imbuh Ana tak bisa menguasai dirinya. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Cara Aldino menatap dan berbicara pada gadis itu terlihat penuh sayang.Ana yang memang masih belum pulih kondisi fisik dan psikisnya pasca koma membuatnya mudah terguncang.Itulah alasan mengapa Aldino belum berbicara dengannya soal hubungan mereka sebab kondisi Ana belum memungkinkan menerima kabar itu.Naasnya, di luar dugaan, Ana sudah keburu tahu pernikahan Aldino dan Malati.‘Sejak kapan mereka menikah? Apa mungkin mereka menjalani pernikahan kontrak? Tapi mengapa cara
Read more
Bab 138
Malati syok belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi.Tak hanya itu, kembali Ana menamparnya untuk ke dua kalinya.Barulah Malati menyadari sesuatu.“Mbak!! Apa yang kau lakukan?” imbuh Malati dengan meringis pelan memegangi pipinya yang terasa sangat kebas. Bekas tamparannya langsung membekas di pipinya.Tanpa tedeng aling-aling, Ana mencengkeram dagu gadis itu dan menatapnya dengan tatapan menghunus. Perbedaan tubuh Malati dan Ana yang berbeda membuat Malati tak berdaya. Postur tubuh Ana mencapai 170 cm.“Katakan! Berapa Aldino membayarmu?” tanya Ana dengan wajah penuh emosi.Mendengar pertanyaan itu, jantung Malati berdegup kencang dengan segala pikiran rumit yang berkecamuk di kepalanya.‘Apakah Mbak Ana sudah mengetahui pernikahanku dengan Pak Aldino? Siapa yang membocorkannya? Tidak, jangan sampai itu terjadi, Pak Aldino akan marah besar padaku.’ Malati bermonolog dalam batinnya.“Jangan pura-pura bego, jalang kecil! Jilbab ini hanyalah sekedar topeng,” seru Ana dengan se
Read more
Bab 139
“Apa? Kau tak becus sama sekali! Kau hanya tinggal membuka password laptopnya! Atau kau membongkarnya, mengambil hardisknya? Mengambil laptop itu kalau perlu? Masa kau tak bisa? Kau tak melakukan apapun?” salak Ana pada salah satu orang suruhannya. Sepulang dari kafe, Ana langsung memanggil orang itu, untuk membicarakan soal keberhasilan tugasnya. Pria itu gemetar saat melihat majikannya. Tak pernah menyangka wanita cantik nan lembut di depannya bisa menjadi impulsif dan frontal. Ia sangat terkejut. Ana meminta seseorang untuk mengambil file video dirinya dengan Abhizar atau menghapusnya. Namun jauh panggang dari api, orang itu tak mampu mewujudkan keinginan Ana karena sistem keamanan di kantor Abhizar sangatlah baik. Jangankan membuka laptopnya, memasuki ruangannya saja tidak bisa. “Maaf, Nona Ana. Keamanan kantor Pak Abhi ketat. Soalnya sebelumnya pernah terjadi perampokan dan dilakukan oleh orang dalam yang bekerja sama dengan perampok tersebut. Oleh karena itu sistem keamananny
Read more
Bab 140
“Tidak ada yang menamparku, Pak. Aku alergi dingin jadi terkadang kulitku merah-merah dan gatal,” jawab Malati dengan tenang. “Bapak, makasih sudah menolongku.” Malati hanya mengucapkan terima kasih dengan wajah minim ekspresi. Namun Aldino tak lantas percaya pada perkataan gadis itu. Malati sering menyembunyikan sesuatu darinya. Tak ingin melihat Malati merasa terintimidasi, Aldino memberi waktu bagi gadis itu istirahat. Ia akan mencari tahunya sendiri. Sudah saatnya ia mencari tahu siapa sebenarnya istrinya itu. Namun sebelum itu, Aldino meminta ijin Malati untuk memijat kakinya yang kram. “Saya mau pijat kakimu boleh? Pelan-pelan untuk menghilangkan kram. Saya hanya mengompres dengan air hangat.” Malati mengangguk. Tak lama kemudian Aldino memijat kakinya yang kram hingga kondisi kaki Malati membaik. Aldino membiarkan istri kecilnya istirahat di kamar. Tak terasa malam beranjak, saat Malati duduk menikmati udara yang dingin di balkon, Aldino tiba-tiba teringat Ana. Perasaa
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status