Semua Bab Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
31
"Pak Leo, ini kita mau kemana ya? Bukannya tadi kubilang kita ke Perumahan Azalea ya? Kenapa ini jalannya berbeda?" tanya Wulan saat ia mulai menyadari bahwa aku tak menbawa mereka ke tempat seharusnya.Tentu saja tak kugubris pertanyaannya. Tetap fokus menyetir mobil, membawa mereka ke tempat di mana seharusnya mereka berada."Pak Leo! Mau kemana kita sih? Kenapa kamu malah membawa kami menjauhi tempat yang aku perintahkan?" protes Wulan kini, terdengar mulai panik."Wulan, kita mau dibawa kemana ini sebenarnya? Kau mau membawaku menyewa sebuah rumah di komplek perumahan elit itu kan?" Ibu kini terdengar tak kalah paniknya. "Kenapa ini seperti jalan mau ke ...." Entah kenapa Ibu tak menyelsaikan ucapannya. Pastinya Ibu dan Wulan tahu jalan yang dilalui ini menuju kemana."Ah sudah Bu, jangan buat aku tambah panik ya! Please Ibu diam saja nanti tahu beres!" ucap Wulan pada Ibu lagi lebih keras kini."Pak Leo! Aku tanya sekali lagi. Kau mau membawa kita kemana?" Kini Wulan membentak d
Baca selengkapnya
32
Ibu dan wulan hanya bisa melongo melihat aksiku dan Satria begitu saja."Jadi Ibu, Wulan, tugas kalian adalah membersihkan semua kekacauan ini sekarang juga!"****"Kau, Galaaaang!" Wulan mencoba protes."Tak usah protes, aku masih baik karena membiarkan kalian mengerjakannya berdua. Sementara waktu itu kalian membiarkan Alika mengerjakan semuanya sendirian," tangkasku melihat raut keberatan keduanya "Ooh ... no ... no ... no ...! Aku sudah pernah diperlakukan seperti pembantu sendirian oleh Galang. Tapi Wulan belum pernah sama sekali. Sekarang biarkan aku istirahat dan giliran Wulan yang melakukan semuanya!" tolak Ibu lalu langsung berlalu begitu saja menuju lantai atas meninggalkan kami semua."Ibu ..., tidak bisa begitu, ayo bersihkan bersama-sama!" protes Wulan kesal."No, silahkan saja. Aku capek, lelah, bosan dengan semua pekerjaan itu!" Ibu terus berlalu meninggalkan Wulan begitu saja yang lalu dibalas cebikan oleh Wulan."Jadi, Wulan sekarang lah giliranmu untuk menyelesaikan
Baca selengkapnya
33
Ibu dan Wulan mau tak mau tetap harus menyelsaikan pekerjaan mereka, walau dengan badan yang terluka dan pastinya sakit-sakit setelah dipukuli oleh Satria barusan. Satria tak mau memberikan keringanan sedikit pun. Ia mengancam akan kembali melakukan aksinya jika semua pekerjaan belum selesai.Sebenarnya aku merasa iba, tapi aku pun harus merasa tega seperti kata Satria. Kubiarkan mereka terus bekerja, toh memang tinggal sedikit lagi saja. Sampai akhirnya Ibu dan Wulan berhasil menyelsaikan semuanya saat jam menunjukkan pukul 22.30. Mereka pun bersegera masuk ke kamar Ibu, dan berisitirahat berdua di sana.Sedang Satria kini sudah pulang kembali kerumahnya. Ia berulang kali mengingatkanku untuk bersikap lebih keras pada Ibu dan Wulan untuk membalas semua perbuatannya pada Alika."Ini kesempatanmu satu-satunya untuk membayar semuanya, Lang! Jangan sampai kau melewatkannya. Ibu dan Wulan pantas mendapatkannya!" ucapnya tadi saat akan pulang. Tentu saja aku hanya mengangguk mengiyakan.Ki
Baca selengkapnya
34
Pagi ini aku mendatangi sebuah kantor detektif untuk membantuku mencari bukti tentang kecurigaan Kaira terhadap Wulan. Aku tak lagi mau meminta bantuan Satria, karena aku pun kini harus fokus menyelidiki dirinya tentang kecurigaanku apakah Satria ada main di perusahaanku.Pada detektif tersebut kuserahkan semua data Wulan, foto, alamat rumah, juga nomor telepon. Kuminta mereka menyadap juga ponsel Wulan agar menyegerakan proses pencarian bukti ini.Tak lupa juga kuserahkan segepok uang muka agar mereka semakin semangat bekerja."Ini sebagai uang mukanya. Setelah kau temukan bukti valid, akan kutambah dua kali lipatnya," ujarku, pada lelaki bertato dengan wajah garang itu. Pak Fatah namanya, ia mengaku sebagai mantan intel polisi. Kini ia sudah pensiun dan fokus pada jasa detektif bersama beberapa anak buahnya."Tenang Pak, kasus seperti ini sudah sering aku tangani. Biasanya bahkan tak sampai dua hari bukti sudah terkumpul," pungkasnya penuh percaya diri."Baguslah, Pak. Lebih cepat,
Baca selengkapnya
35
Keesokan harinya aku mulai bersiap untuk bekerja seperti biasa. Ibu sempat merasa aneh melihatku dengan setelan kerja lagi, setelah sekian lama aku tidak bekerja.Ia dengan sigap menyiapkan keperluanku. Menyiapkan nasi goreng spesial untuk kumakan dan juga segelas susu hangat."Kau berangkat kerja lagi sekarang?" tanya Ibu, sambil menemaniku sarapan. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya."Baguslah. Jangan biarkan Satria menggerogoti perusahaanmu, Galang. Dia itu licik tahu. Kau lihat sendiri apa yang dilakukannya padaku kemarin, kan? Padahal dia tak ada urusan apa pun, tapi dia malah memukuliku habis-habisan. Kau saja tak pernah melakukan hal itu sama sekali," tutur Ibu lagi, yang hanya kudengarkan begitu saja. Biarlah Ibu menilai apa tentang Satria, tapi aku tahu dia tulus padaku. Ia selalu ada untukku bahkan saat aku belum seperti sekarang. Dia juga yang percaya bahwa bukan aku yang melakukan kekerasan pada Alika dan Alesha. Dia juga yang menolongku setiap kali aku kesusahan
Baca selengkapnya
36
Namun belum sempurna meninggalkan ruang makan ini, Ibu kembali memanggilku."Galang, apakah Alika pernah mendatangimu?" tanya Ibu dengan suara yang lemah sekali.****"Hah, apa?" Aku meminta Ibu mengulang pertanyaannya lagi. Takut aku salah mengerti pertanyaannya barusan. Atau Ibu yang salah mengucapkan. Tadi ia mengatakan tentang didatangi Alika kan? Apa Alika benar mendatangi Ibu?"Ah ... tak apa. Lupakan saja!" ucap Ibu,Sambil berlalu meninggalkanku sendirian di ruang makan.Sebenarnya pertanyaan Ibu membuatku penasaran. Tapi kucoba untuk menghiraukannya. Lebih baik kembali fokus dengan urusanku. Rasanya hari ini melelahkan sekali, aku ingin segera mandi, badanku sudah terlalu lengket semua. Maka kulangkahkan kaki ini ke dalam bak mandi, dan membiarkannya terendam seluruhnya. Kembali aku mengingat semua yang terjadi hari ini. Tentang pekerjaanku kini, batalnya mega proyek bersama Dyna Corp, juga tentu saja sikap Rendy yang mencurigakan saat kusampaikan tentang Alika padanya.Jik
Baca selengkapnya
37
PoV IbuBetapa aku senang saat Wulan menghubungiku lagi setelah sekian lama anak itu hilang entah kemana semenjak Galang menceraikannya. Hingga suatu saat nampaknya Wulan tahu Galang sudah bebas, makanya ia menanyakan kabarku, dan ingin tahu apa saja yang sudah dilakukan Galang padaku.Tentu saja kuceritakan semua penderitaan atas semua yang dilakukan Galang padaku. Wulan geram bukan main sepertinya. Ia marah karena tak seharusnya Galang menyalahkan kematian istrinya pada kami. Toh Alika itu mati bunuh diri. Salahnya sendiri yang memilih mengakhiri hidupnya seperti itu.Saat Galang pergi entah kemana, kuminta Wulan datang menjemputku seperti yang ia janjikan sebelumnya. Aku menyogok David-- security bodoh itu--dengan uang yang cukup banyak dari Wulan, agar mau membiarkanku pergi. Kubilang padanya uang itu bisa dipakainya untuk membuka usaha selepas kerja dari sini.Aku senang bukan main, bisa terbebas dari penyiksaan Galang, dan tinggal di rumah seperti istana milik suami Wulan. Kamar
Baca selengkapnya
38
Sudah seminggu sejak kepergian Ibu. Sejak saat itu kuhabiskan semua waktu untuk bekerja. Kini bahkan sudah enam hari aku tak lagi pulang ke rumah. Kini aku memilih untuk tidur di kantor. Sebuah ruangan telah disiapkan khusus untukku karena ruanganku yang dulu ditempati oleh Satria.Di ruangan inilah aku tinggal kini. Sembari mengerjakan semua yang bisa dikerjakan. Mengevaluasi semua proyek, bahkan membuat program baru untuk mengembangkan perusahaan. Bukan, bukan karena kesedihan akan kehilangan Ibu aku begini. Melainkan untuk mengalihkan dari pikiran bahwa Alika memang datang dan menghantui Ibu malam itu.Kata Pak Karto dan Pak Eko saat itu Ibu terus menyebut nama Alika. Juga saksi saat kecelakaan itu pun mengatakan yang sama. Bahwa sebelum Ibu berlari ke arah truck itu Ibu menyebut nama Alika.Rasanya aku bingung, apa memang orang mati bisa kembali? Tapi aku pun tak bisa mengingkari bahwa aku pernah mendengar suara Alika saat di pemakaman kala itu, juga aku merasa Alika ada di rum
Baca selengkapnya
39
Rasanya aku semakin tak sabar untuk melakukan pembalasan pada Wulan dan Rendi. Akan kubongkar saja semua kebusukan kakaknya itu. Aku tahu, jika Wulan sampai hancur di tangan Pak Andre, otomatis mereka berdua akan menjadi gembel seketika.Segera kuhubungi Kaira, aku membutuhkannya kini untuk membongkar semuanya. Wulan dan Rendi, jangan harap semuanya akan mudah setelah ini!Kaira setuju untuk bertemu di sebuah cafe. Wajahnya tersenyum lebar saat melihatku. Sebahagia itu dia akan aku beri bukti permainan Wulan yang kudapatkan."Hai, Om!" sapanya sumringah."Kau bahagia sekali, Kaira?!" sapaku balik. Sebenarnya melihatnya tersenyum bahagia seketika membuatku pun ikut merasakan kebahagiaannya."Ya ..., banyak hal baik terjadi padaku akhir-akhir ini." Kaira masih saja tersenyum sumringah. "Coba, apa kau bisa menebaknya, Om?" tanya Kaira, menatapku hangat sembari mengedip-ngedipkan kedua matanya, percis anak kecil. Menunggu aku untuk menjawabnya.Kaira membuatku aneh, dia ini seumuran Alesh
Baca selengkapnya
40
"Om Galang ..., bisakah kau cepat datang ke rumahku?" pekik Kaira lewat telepon.Kulihat jam di dinding, masih pukul enam pagi, bahkan aku belum bersiap mandi. Tapi Kaira memintaku untuk segera datang kerumahnya. Tiba-tiba aku teringat masalah Wulan kemarin. Pasti ini ada hubungannya dengan masalah itu. Gegas aku pun bersiap, mengambil jaket yang tersampir di kursi kerjaku, dan mengambil kunci mobil, dompet dan juga air minum di botol yang tersaji di meja kerja.Ya, masih seperti malam-malam sebelumnya. Malam ini pun aku masih memilih tidur di kantor. Masih terlalu berat untuk menginjakkan kaki lagi di rumah itu. Biarlah aku tenggelam bersama pekerjaan dan rencana balas dendam pada Wulan dan Rendi.Kini aku mengendarai mobilku dengan kencang, memecah dinginnya pagi menuju rumah Kaira. Ada apa sebenarnya sampai-sampai ia memintaku datang pagi hari seperti ini.Ketika sampai di rumah Kaira, kulihat dia tengah duduk sambil memegang ponselnya. Menyadari kehadiranku Kaira seketika mengha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status