All Chapters of Wanita Yang Bunuh Diri Itu Ternyata Istriku: Chapter 11 - Chapter 20
52 Chapters
11
Saat itu jujur aku tidak tahu bahwa yang dimaksud adalah memohon-mohon dan bersujud seperti seorang peminta-minta.Kukira hanya meminta biasa seperti seorang anak yang membutuhkan uang pada orang tuanya."Kamu benar-benar jahat, Mas!" ucapnya sambil menatapku dengan tatapan yang amat sendu. "Alika, ini semua demi kebaikan kita bersama, Wulan pasti bisa mengatur keuangan keluarga kita dengan baik!" bujukku, berharap ia bisa menerimanya."Kebaikanmu, Mba Wulan dan Ibu lebih tepatnya, Mas!" ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkanku begitu saja."Alika ..., Alika ...!" panggilku ingin membujuknya lagi. Tapi melihat ia yang telah hilang dari pandangan, membuatku mengurungkan niat. Toh Alika nanti juga akan kembali seperti biasa lagi, seperti hari biasanya ketika ia kesal padaku. Sekarang ada banyak pekerjaan yang lebih penting dari masalah ini.Semenjak hari itu memang aku tak pernah memberikan uang sepeser pun lagi padanya. Kuanggap Wulan telah memberikannya pada Alika sesuai yang ia
Read more
12
Kini aku berada di depan rumah besar yang menyimpan banyak kenangan itu. Rumah yang kubangun dari nol dan menjadi saksi perjuangan. Rumah yang pernah sangat kubanggakan karena menjadi simbol keberhasilanku berubah dari seorang Galang Gunawan anak tukang becak, menjadi Galang Gunawan pemilik salah satu perusahaan kontraktor di kota ini.Tapi rumah itu juga yang ternyata menjadi saksi betapa kejamnya perlakuanku juga perlakuan ibu tiri dan Wulan, mantan istri keduaku pada Alika dan Alesha.Aku perlahan memasuki rumah yang kini nampak seperti tak berpenghuni itu. Membuka pintunya yang ternyata tak terkunci. Kulihat sekeliling rumah yang tampak sangat berantakan dan tak terurus. Banyak barang dan furniture yang dulu ada kini hilang entah kemana."Ibu..., Ibu ...!"Panggilku, mencari sosok yang sangat ingin kutemui itu. Betapa aku penasaran akan kondisinya sekarang. Bagaimana dia bisa bertahan hidup saat aku di penjara, sementara tak ada siapa pun yang menjamin hidupnya?Tiba-tiba keluarla
Read more
13
"Mas ..., masa Ibu menghentikan Mba Sum sih!" teringat rengekan Alika suatu hari di ruang kerjaku,l saat Ibu memutuskan memberhentikan asisten rumah tangga kami."Ya, Ibu tadi sudah bilang padaku. Agar biaya rumah tangga kita tak membengkak memang." sahutku sambil terus fokus pada laptop dihadapanku."Terus gimana dengan kerjaan rumah dong, Mas?""Tinggal kerjakan bersama-sama, lah! Kamu, Wulan dan Ibu, gampang kan?!" jawabku, tanpa sedikit pun memalingkan mata dari pekerjaan."Iya, mending kalau mereka memang mengerjakannya. Tapi ini semua dibebankan padaku, Mas!" protesnya padaku sambil menghentakkan kakinya."Tinggal, dibagi kerjaannya dong! Kalian kan sudah besar. Masa seperti itu saja tak bisa? Ah ... sudah-sudah, Pekerjaanku banyak sekali ini. Jadi tolong jangan ganggu aku dulu!" Aku pun sekonyong-konyong meminta Alika pergi begitu saja. Tanpa mau mengerti arti keluhan Alika kala itu.Ya, ternyata memang kenyataannya Alikalah yang membersihkan seisi rumah setiap harinya seorang
Read more
14
Menjelang malam kubiarkan ibu beristirahat terlebih dahulu. Aku tak mau ia kecapekan lalu pingsan begitu saja, hal itu akan sangat merepotkan nantinya.Aku pun tak ingin dia sakit lalu mati dengan mudah. Masih banyak yang ingin kulakukan padanya. Betapa aku ingin dia merasakan semua penderitaan yang sama dengan yang Alika rasakan karena telah semena-mena dilakukannya pada Alika.Dari sela pintu kamarnya kulihat kini Ibu tengah membaringkan badannya di kasur, beristirahat setelah tadi membereskan semua kekacauan di rumah ini. Kurasa waktunya beristirahat sudah selesai. Maka aku pun seketika menendang begitu saja pintu kamarnya hingga menimbulkan suara yang keras. Ibu sekonyong-konyon terduduk, terperanjat."Ibu kira, bisa beristirahat begitu saja, hah?" bentakku. Ibu membalas menatap mataku penuh emosi, seakan mau melawanku. "Apa, mau melawan, Bu?" Tanyaku, sambil tersenyum meremehkannya. "Silahkan saja, tapi kau harus tahu, aku bukan Galang kecil lagi yang bisa kau perlakukan seenak
Read more
15
"Galang, kamu kemanakan ponsel dan uangku?" teriak Ibu saat sedang menikmati sepiring bubur ayam kesukaanku.Seperti yang sudah kuduga, Ibu akan meledak marah saat tahu semua uang yang dimilikinya kuambil. Tadi pagi ketika ia tengah mandi, aku menyelinap masuk kamarnya, mencari dimana ia menyimpan semua sisa uang hasil penjualan barang-barang di rumah ini. Toh itu juga uangku. Aku tak mau dia masih menikmati hidup setelah hari ini. Pastinya jika dia masih memliki sisa uang, akan memudahkan Ibu untuk kabur dariku. Ya ... lagi-lagi aku hanya melakukan yang sama dengan yang ia lakukan pada Alika. Tak memberi uang sepeser pun agar Alika tak bisa pergi dari siksaannya. "Galang ...!"Tak kuhiraukan teriakan Ibu yang membahana. Tetap menikmati sarapan buburku, sambil menunggu kehadirannya disini."Galang! Kamu yang ambil uangku 'kan? Semalam aku masih melihat uang itu ada dibtempatnya," tuduhnya, sambil menatapku tajam."Uangmu? Kau yakin itu uangmu?"Ibu seketika salah tingkah. Pastinya i
Read more
16
"Waw ..., akhirnya kau punya pembantu baru, ya, Galang!" seloroh Satria saat melihat Ibu yang tengah mencabuti rumput ditengah panas terik siang ini.Satria memang kuminta datang ke rumah untuk membawakanku laporan dan beberapa berkas terkait perusahaan yang harus kutandatangani. Kebetulan, aku juga punya tugas tambahan yang harus dia lakukan."Mau juga wanita itu melakukannya ternyata!" ejeknya lagip, tersenyum puas melihat Ibu yang nampak kepayahan berjongkok-jongkok mencabuti rumput.Aku hanya tersenyum mendengar ejekannya sambil terus menekuri berkas laporan yang ia bawa. Perusahaanku mulai stabil kini. Ia mulai bangkit lagi pasca hampir terpuruk karena kutinggalkan.Keyakinanku pada Satria terbukti, ia pasti mampu mengembangkan perusahaan tanpa diriku. Buktinya kini beberapa tender ia menangkan kembali. Termasuk mega proyek bersama Dyna Corp, untuk membuat sebuah small city, kota dalam kota. Nampaknya kini aku bisa lebih bernafas lega meninggalkan perusahaan, lalu fokus pada mi
Read more
17
"Alika telah menuliskan semua yang kalian lakukan di buku catatan hariannya! Kau tak bisa mengelak lagi! Bisa saja aku serahkan bukti itu saat ini juga ke polisi, lalu membiarkan dirimu masuk penjara." Ibu seketika terbelalak tak percaya bahwa aku benar-benar memiliki bukti itu."Tapi sekali lagi kutekankan, aku ingin kau dan Wulan merasakan semua penderitaan yang kalian buat pada Alika terlebih dahulu, tanpa terkecuali!"Ibu terdiam tak dapat berkata apa-apa. Sekarang hilang sudah sorot marah dari matanya, berganti menjadi ketakutan."Sekarang, cepat selesaikan membereskan rumput itu, dan jangan masuk sebelum semua selesai!" bentakku sambil menunjuk ke luar.Segera Ibu berlari keluar, dan kembali mencabuti rumput-rumput di halaman.****Aku pandangi foto pernikahan bersama Alika hampir lima tahun silam dulu. Alika sangat cantik mengenakan kebaya putih yang elegan. Pernikahan kami digelar sederhana, seperti keinginannya. Ia hanya ingin pernikahan penuh keskaralan, katanya.Dia begitu
Read more
18
"Galang, Pak Andre mengundangmu dalam acara ulang tahunnya besok sore!" ujar Satria melalui telepon.Pak Andre adalah orang yang paling aku segani. Dulu, sebelum ini aku bekerja di perusahaannya. Dari dia aku belajar banyak hal tentang seluk beluk sebuah perusahaan. Sampai suatu ketika aku memilih untuk membuat perusahaanku sendiri.Dia adalah orang yang pertama kali percaya padaku bahwa aku bisa sukses dengan perusahaan yang kubuat. Tak tanggung-tanggung dia menjadi penanam modal pertamaku.Kini perusahaanku dan perusahaannya sering bekerja sama, sering juga kami bersaing untuk mendapatkan tender."Kau memberitahukan padanya bahwa aku sudah bebas?!" ketusku."Ya, kemarin saat akan kerumahmu dia bertanya kabarmu. Kukatakan saja kau sudah bebas.""Kau ini, padahal aku belum ingin bertemu orang-orang tahu!" ucapku kesal karena ulahnya yang seenaknya itu."Ya ... maaf deh. Aku kan gak sengaja! Terus bagaimana, kau bisa hadirkan besok?"Rasanya aku belum siap untuk datang ke acara publik
Read more
19
________17 AprilAku kuat, aku bisa, aku hebat!!!!Hari ini Ibu dan Mba Wulan memasak banyak makanan yang enak. Mereka memasak berdua dengan penuh bahagia. Jujur aku sangat iri melihat kedekatan mereka. Tak pernah sekali pun Ibu memperlakukan aku seperti ia bersikap pada Mba Wulan.Padahal segala macam cara telah aku lakukan untuk merebut hatinya. Bahkan aku rela selama dua tahun menahan diri dengan sikap kerasnya. Tapi ia tak pernah sekalipun menganggapku.Saat waktu makan tiba, Ibu tak mengizinkan aku sama sekali untuk menyentuh apa yang telah ia masak. Tapi tak apa, toh aku masih bisa masak telur dadar. Aku pun tak sudi memakan masakan mereka. Jangan-jangan nanti aku di racun lagi.Ah ... senangnya melihat Alesha makan lahap walau hanya dengan telur. Semoga kita berdua selalu sehat ya, Nak. Sehingga bisa selalu kuat untuk menghadapi semua tekanan di rumah ini. _______****Untuk pertama kalinya lagi aku akan bertemu banyak orang. Sebenarnya cukup gugup untuk mendatangi pesta ma
Read more
20
Wulan nampaknya masih belum menyadari kehadiranku di pesta ini. Kukihat ia kini tengah menikmati menjadi ratu pesta. Senyuman manis tak pernah sedetik pun hilang dari wajahnya."Pucuk dicinta ulam pun tiba, Lang! Tak perlu mencari ke ujung dunia. Wulan malah datang sendiri pada kita disini!" ujar Satria, sembari mengikutiku memperhatikan Wulan yang kini tengah beramah tamah dengan para tamu undangan lain bersama Pak Andre."Apa perlu kita tangkap dia sekarang, supaya bisa segera menjalankan misi balas dendammu, Lang?" tanya Satria lagi, nampak begitu bersemangat karena mendapati Wulan ada di satu ruangan dengannya."Jangan gegabah, kita butuh sebuah strategi Sat. Kau lupa siapa Wulan kini?" sergahku seketika.Ya, di satu sisi keberadaan Wulan disini adalah sebuah kabar gembira memang, ternyata dia dekat denganku juga keberadaannya mudah kulacak kini. Tapi disisi lain, ini juga berita buruk bagiku, karena Wulan kini berstatus istri Pak Andre.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status