All Chapters of Rahasia Sang Miliuner Yunani: Chapter 21 - Chapter 30
72 Chapters
Kesepakatan Bersama
“Hai, apa kabar?” Presley tersenyum, menatap pusara adiknya dengan mata berkaca-kaca. Tangannya yang gemetar menyentuh makam adiknya penuh rindu dan tanpa bisa dicegah rasa sakit familiar yang sekarang sering kali menemani hari-harinya kembali menggerogotinya dengan kejam.“Aku merindukanmu,” bisiknya serak, dengan kasar menghapus air mata yang tumpah dengan punggung tangannya.“Aku tidak percaya, Eva. Aku tidak percaya kalau kau seburuk itu, Ariston pasti salah. Katakan kalau dia salah. Kau adikku yang baik yang selalu tersenyum dengan semua kesulitan yang kita hadapi bukan?” bisiknya pedih. Presley mendaratkan keningnya di atas makam adiknya.“Apa yang harus kulakukan sekarang, Eva? Laki-laki itu begitu kejam dan dingin. Bagaimana bisa kau .…” Presley tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia hanya terus menangis dan menangis. Meluapkan semua sesak yang menggumpal dalam dadanya. Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana jika Ariston benar? Dan bagaimana jika pria itu ternyata salah? Sit
Read more
Perjanjian Rahasia
“Tanda tangan.”Presley menerima kertas yang disodorkan Ariston padanya. “Apa ini surat perjanjian lainnya?”“Aku butuh jaminan. Bagaimana jika tiba-tiba kau berubah pikiran?” Ariston mengambil tempat duduk di depan Presley. Kedua tangannya tertaut di atas lutut. Pandangannya sepenuhnya terpusat pada Presley yang sibuk membaca kertas berisi perjanjian mereka.“Kau gila!” pekik Presley horor, menatap Ariston dengan mata melebar. “Ini bukan perjanjian Ariston, tapi perdagangan tubuh.”“Kau tidak memiliki apa pun. Kau punya uang?”Pertanyaan menohok itu membuat bibir Presley mengeras. “Baik, aku setuju dengan perjanjian ini. Jika aku melanggar perjanjian kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan, sebaliknya …,”Satu alis Ariston terangkat. “Apa?”“Tidak ada sentuhan, kecuali di depan umum. Kalau kau melanggar perjanjian kita Ariston, kau harus membiarkanku pergi.” Senyum kemenangan terukir di wajah Presley. Mereka berdua saling memandang, dan Ariston yang sadar kalau Presley mencoba m
Read more
Pelayan Baru?
“Bagaimana jika dia melakukan pembunuhan lagi?”“Dan mengambil risiko keberadaannya diketahui? Dia tidak sebodoh itu, Lexus. Bukan seperti itu kebiasaannya.”Suara-suara itu? Presley tidak tahu siapa yang berbicara atau apa yang mereka bahas. Tubuhnya menolak melakukan apa pun yang diperintahkan otaknya. Sekali lagi, dia mencoba menggerakkan tangannya, namun ototnya lagi-lagi melakukan penolakan. Tidak menyerah, kali ini dia berusaha mengangkat kelopak matanya dan lagi-lagi dia gagal. Seakan-akan ada lem tak kasat mata yang membuat kelopaknya matanya tidak bisa terbuka.“Dia akan muncul ketika saatnya tiba, Lexus. Selalu seperti itu.”“Tapi … bukankah kali ini metode yang dia lakukan sedikit berbeda? Bagaimana jika dia sedang merencanakan sesuatu?”“Maka saat itu kita akan menemukannya.”Lexus? Presley yang setengah sadar berusaha mencerna kalimat yang ditangkap telinganya. Sayangnya, ribuan jarum yang menusuk-nusuk kepalanya menolak memberikan bantuan yang dia butuhkan.“Pergi dan la
Read more
Rencana Ariston
Suara debur ombak yang beradu dengan desiran angin selalu menjadi suasana favoritnya. Berdiri di sini, memandangi laut dengan warna birunya yang berkilauan adalah satu dari sedikit kenikmatan yang tidak akan pernah dia lewatkan dalam keadaan apa pun. Angin, laut, sinar keemasan adalah keindahan tak terperi yang akan membuat siapa pun berdecak kagum.Presley memejamkan mata, membiarkan angin pagi menusuk kulitnya yang dibalut baju tidur tebal dan jubah panjang yang sama tebalnya.“Saatnya bersiap-siap, Ms. Presley.”Presley berbalik. Sofia berdiri tidak jauh darinya dengan gerakan siaga. “Apakah harus hari ini?”“Tuan Ariston akan marah jika kita melewatkan jadwal ini Ms. Presley.”Sofia adalah gambaran orang yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Sejak ditugaskan, wanita itu nyaris tidak pernah meninggalkannya sendirian. Meski begitu, Presley menyukainya karena dia merasa memiliki teman.“Presley saja tolong,” ralat Presley tidak suka. Dia kembali memandangi laut seperti yang sebelumnya
Read more
Peraturan Baru
Wanita kumal dengan pakaian lusuh dan rambut diikat sembarangan itu telah lenyap digantikan seorang wanita yang terlihat lebih dewasa dan juga anggun. Rambut panjang yang dulu dibiarkan apa adanya kini terlihat sedikit berbeda dengan sentuhan gelombang diujung rambut panjangnya.Seolah belum cukup, wajah yang dulu lebih sering terlihat polos tanpa sentuhan make-up itu kini telah disulap menjadi wajah yang cocok di pertontonkan di pesta mewah bak negeri dongeng. Presley mengigit bibirnya. Ini bukan dirinya, dia bahkan hampir tidak kenal dengan wanita yang ada di pantulan cermin di depannya. Seandainya masih ada Sofia dia mungkin bisa meminta pendapatnya, tapi sekarang …. mungkin dia bisa menanyakan pendapat Bart? Presley menggeleng. Pria tua penuh perhatian itu pasti akan mengatakan penampilannya luar biasa. Bukan pendapat profesional.Bibirnya menggembung kala menatap dress selutut yang membalut tubuh mungilnya. Dia terlihat lebih feminim sekarang.“Ms. Presley?”Ketukan di pintu kama
Read more
Taruhan Perasaan
“Konsep ‘Mutiara Laut’ kedengarannya bagus. Bagaimana menurutmu? Temanya sesuai dengan bisnis perkapalan perusahaan ini.”Ariston terlihat berpikir. “Aku menginginkan konsep yang tidak biasa. Mutiara memang identik dengan laut tapi temanya terlalu sederhana. Aku menginginkan konsep yang lebih memukau. Ini ulang tahun perusahaan dan kau mengajukan konsep mutiara yang monoton?” tukas Ariston berhasil membuat manajer perencanaan acaranya terlihat malu.Ariston memandang semua karyawannya. “Berikan rancangan yang tidak biasa yang akan membuat siapa pun mengingatnya setidaknya selama satu bulan. Anggaran tidak terbatas. Cukup untuk hari ini,” tutup Ariston mengakhiri diskusi tahunan yang selalu dia adakan saat merayakan ulang tahun perusahaan miliknya. Salah satu keuntungan menjadi pemilik tunggal adalah kau tidak perlu repot memikirkan pemegang saham.Ariston memutar kursinya begitu dia ditinggal sendirian. Sepasang visual tajamnya menatap figura foto besar yang sengaja di pajang di dindi
Read more
Malaikat Kematian
Presley berusaha, benar-benar berusaha dengan amat sangat keras agar dia tidak berteriak kegirangan atau meloncat-loncat seperti anak kecil yang diberi permen untuk pertama kalinya. Tepat seperti itulah yang dia rasakan sekarang. Kegembiraan mengisi setiap sel dalam tubuhnya saat retinanya menatap makhluk ajaib yang dengan luar biasanya tidak memekik ketakutan atau pun menantang saat melihat mereka.“Apa aku boleh mendekat?” tanyanya ragu-ragu.“Tentu saja Mam. Anda bisa mendekat. Dia sudah jinak sekarang.”Presley menelan ludah. Makhluk dengan bulu seputih salju ini terlihat luar biasa indah.“Apa kau tahu mitologi Yunani tentang kuda, Piers?” Dia bahkan bisa merasakan senyum pria itu meski tidak melihatnya. Presley berjalan dengan amat sangat pelan karena takut mengejutkan kuda yang dia dekati.“Tentu saja, Mam. Cerita tentang Pegasus selalu menjadi favorit anak-anak Yunani terutama anak laki-laki.”Presley menoleh, tersenyum lebar. “Aku setuju.” Kakinya kembali melangkah mendekati
Read more
Penyusup
Presley berjalan dengan menyentak-nyentak kakinya. Kemarahan yang menyelubunginya pastilah terlihat jelas karena baik Bart maupun Piers memilih menjauh saat melihatnya. Presley berjalan dengan penuh kemarahan, mengabaikan kehadiran Ariston yang berjalan di belakangnya. Pria itu tidak mengatakan apa pun saat dia menamparnya. Hal yang bagus, karena jika Ariston tertawa atau bahkan marah dia mungkin akan melakukan tindakan yang lebih gila lagi.“Apa Ms. Presley membutuhkan sesuatu?” Bart mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu.Presley menatap penampilannya yang lebih mirip manusia gua. Sial, kuda itu berlari sekencang udara. Saat dia mendelik jengkel pada Ariston, laki-laki itu buru-buru memalingkan wajahnya.“Apa kau baru saja tertawa?”Ariston segera memperbaiki ekspresinya. “Tidak.”Mata Presley menyipit. “Menurutmu ini lucu? Mempermainkan nyawa orang pastilah sangat menyenangkan bukan?” geramnya marah. Mengabaikan kehadiran Bart dan Piers yang berdiri tidak jauh dari tempat m
Read more
Masa Lalu Presley
Presley masih gemetar disekujur tubuhnya. Dia hanya berdiri diam seperti patung saat melihat Ariston dan Piers memeriksa setiap sudut penthouse. Ketegangan masih menguar meski sudah satu jam berlalu sejak insiden mengerikan yang baru saja dia alami. Presley tidak akan percaya dengan apa yang baru dia alami seandainya dia tidak melihat wajah gusar Ariston yang kali ini bukan ditujukan padanya.Rambut pria itu berantakan dan karena yang membalut tubuh atletis Ariston hanya kaos ketat tanpa jubah tidur sepertinya pria itu buru-buru keluar dari kamar karena mendengar teriakan Piers.“Kemasi pakaianmu. Kita pergi!”Presley mengerjap, terlihat bingung. “Apa?”“Sial!” umpat Ariston. Pria itu berbalik saat mendengar langkah Piers yang datang dari … mana?“Kemasi pakaian Presley dan berikan pada staff hotel. Kau mengerti?” bentak Ariston.“Lexus, lakukan pengecekan sekali lagi. Perketat keamanan dan ganti kode—““Aku tahu apa yang harus kulakukan. Kalian bisa pergi.” Lexus satu-satunya orang y
Read more
Pengakuan
“Kau percaya hal itu?” kekeh Presley dengan wajah memerah. “Mereka sepertinya siap mencakarku karena tahu kau memilihku.”Mata Ariston memicing. “Kau mabuk Presley. Sebaiknya kau tidur.”Wajah Presley menekuk seperti roti lapis. “Aku tidak mabuk,” bantahnya.“Yah, itu kalimat yang biasa dikatakan orang saat mereka mabuk. Dan kau belum makan.” Ketidaksetujuan tergambar di wajah masam Ariston. Dia berjalan dan menarik Presley, memaksanya duduk.“Makan.”“Kau pasti bercanda,” sungut Presley dengan bibir mengerucut. Tubuhnya hampir mencium lantai marmer yang keras seandainya Ariston tidak sigap menangkapnya.“Kau baru minum satu gelas dan tubuhmu sudah bereaksi seperti ini?” decak Ariston jengkel. Dia mengangkat Presley yang terus menerus berbicara dengan kedua lengannya.“Kenapa kau tidak mau melepaskanku Ariston?” bisik Presley. Tangannya sudah mendarat di leher laki-laki itu. “Kau mau membuatku menderita?” Presley cegukan dalam usaha melanjutkan kalimatnya.“Kau yang memutuskan mendata
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status