“Konsep ‘Mutiara Laut’ kedengarannya bagus. Bagaimana menurutmu? Temanya sesuai dengan bisnis perkapalan perusahaan ini.”Ariston terlihat berpikir. “Aku menginginkan konsep yang tidak biasa. Mutiara memang identik dengan laut tapi temanya terlalu sederhana. Aku menginginkan konsep yang lebih memukau. Ini ulang tahun perusahaan dan kau mengajukan konsep mutiara yang monoton?” tukas Ariston berhasil membuat manajer perencanaan acaranya terlihat malu.Ariston memandang semua karyawannya. “Berikan rancangan yang tidak biasa yang akan membuat siapa pun mengingatnya setidaknya selama satu bulan. Anggaran tidak terbatas. Cukup untuk hari ini,” tutup Ariston mengakhiri diskusi tahunan yang selalu dia adakan saat merayakan ulang tahun perusahaan miliknya. Salah satu keuntungan menjadi pemilik tunggal adalah kau tidak perlu repot memikirkan pemegang saham.Ariston memutar kursinya begitu dia ditinggal sendirian. Sepasang visual tajamnya menatap figura foto besar yang sengaja di pajang di dindi
Presley berusaha, benar-benar berusaha dengan amat sangat keras agar dia tidak berteriak kegirangan atau meloncat-loncat seperti anak kecil yang diberi permen untuk pertama kalinya. Tepat seperti itulah yang dia rasakan sekarang. Kegembiraan mengisi setiap sel dalam tubuhnya saat retinanya menatap makhluk ajaib yang dengan luar biasanya tidak memekik ketakutan atau pun menantang saat melihat mereka.“Apa aku boleh mendekat?” tanyanya ragu-ragu.“Tentu saja Mam. Anda bisa mendekat. Dia sudah jinak sekarang.”Presley menelan ludah. Makhluk dengan bulu seputih salju ini terlihat luar biasa indah.“Apa kau tahu mitologi Yunani tentang kuda, Piers?” Dia bahkan bisa merasakan senyum pria itu meski tidak melihatnya. Presley berjalan dengan amat sangat pelan karena takut mengejutkan kuda yang dia dekati.“Tentu saja, Mam. Cerita tentang Pegasus selalu menjadi favorit anak-anak Yunani terutama anak laki-laki.”Presley menoleh, tersenyum lebar. “Aku setuju.” Kakinya kembali melangkah mendekati
Presley berjalan dengan menyentak-nyentak kakinya. Kemarahan yang menyelubunginya pastilah terlihat jelas karena baik Bart maupun Piers memilih menjauh saat melihatnya. Presley berjalan dengan penuh kemarahan, mengabaikan kehadiran Ariston yang berjalan di belakangnya. Pria itu tidak mengatakan apa pun saat dia menamparnya. Hal yang bagus, karena jika Ariston tertawa atau bahkan marah dia mungkin akan melakukan tindakan yang lebih gila lagi.“Apa Ms. Presley membutuhkan sesuatu?” Bart mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu.Presley menatap penampilannya yang lebih mirip manusia gua. Sial, kuda itu berlari sekencang udara. Saat dia mendelik jengkel pada Ariston, laki-laki itu buru-buru memalingkan wajahnya.“Apa kau baru saja tertawa?”Ariston segera memperbaiki ekspresinya. “Tidak.”Mata Presley menyipit. “Menurutmu ini lucu? Mempermainkan nyawa orang pastilah sangat menyenangkan bukan?” geramnya marah. Mengabaikan kehadiran Bart dan Piers yang berdiri tidak jauh dari tempat m
Presley masih gemetar disekujur tubuhnya. Dia hanya berdiri diam seperti patung saat melihat Ariston dan Piers memeriksa setiap sudut penthouse. Ketegangan masih menguar meski sudah satu jam berlalu sejak insiden mengerikan yang baru saja dia alami. Presley tidak akan percaya dengan apa yang baru dia alami seandainya dia tidak melihat wajah gusar Ariston yang kali ini bukan ditujukan padanya.Rambut pria itu berantakan dan karena yang membalut tubuh atletis Ariston hanya kaos ketat tanpa jubah tidur sepertinya pria itu buru-buru keluar dari kamar karena mendengar teriakan Piers.“Kemasi pakaianmu. Kita pergi!”Presley mengerjap, terlihat bingung. “Apa?”“Sial!” umpat Ariston. Pria itu berbalik saat mendengar langkah Piers yang datang dari … mana?“Kemasi pakaian Presley dan berikan pada staff hotel. Kau mengerti?” bentak Ariston.“Lexus, lakukan pengecekan sekali lagi. Perketat keamanan dan ganti kode—““Aku tahu apa yang harus kulakukan. Kalian bisa pergi.” Lexus satu-satunya orang y
“Kau percaya hal itu?” kekeh Presley dengan wajah memerah. “Mereka sepertinya siap mencakarku karena tahu kau memilihku.”Mata Ariston memicing. “Kau mabuk Presley. Sebaiknya kau tidur.”Wajah Presley menekuk seperti roti lapis. “Aku tidak mabuk,” bantahnya.“Yah, itu kalimat yang biasa dikatakan orang saat mereka mabuk. Dan kau belum makan.” Ketidaksetujuan tergambar di wajah masam Ariston. Dia berjalan dan menarik Presley, memaksanya duduk.“Makan.”“Kau pasti bercanda,” sungut Presley dengan bibir mengerucut. Tubuhnya hampir mencium lantai marmer yang keras seandainya Ariston tidak sigap menangkapnya.“Kau baru minum satu gelas dan tubuhmu sudah bereaksi seperti ini?” decak Ariston jengkel. Dia mengangkat Presley yang terus menerus berbicara dengan kedua lengannya.“Kenapa kau tidak mau melepaskanku Ariston?” bisik Presley. Tangannya sudah mendarat di leher laki-laki itu. “Kau mau membuatku menderita?” Presley cegukan dalam usaha melanjutkan kalimatnya.“Kau yang memutuskan mendata
Entah apa yang terjadi dengan kepala Ariston. Mungkinkah peluru menembus isi otaknya? Atau kepalanya terbentur sesuatu? Hanya itu penjelasan masuk akal atas sikapnya yang tiba-tiba berubah. Well, tidak persis berubah seperti tokoh Hulk atau super hero lainnya, hanya saja sedikit perubahan atas sikap dingin Ariston itu berarti sesuatu.Tidak ada kata-kata kasar dan juga tatapan dingin sejak dia bangun pagi ini. Bukankah itu berarti sesuatu? Apa kejadian di penthouse itu berhasil mengubah sudut pandang Ariston?Presley mengamati Ariston yang tengah sibuk dengan laptop yang ada di pangkuan pria itu. Matanya yang fokus, gerakannya yang luwes berhasil menyemburkan rasa iri pada diri Presley. Kenapa dia tidak pernah bisa tampil penuh percaya diri seperti itu?Yah, kalau kau punya uang dan kekuasaan kau bisa bersikap sesuka hatimu, bisik suara hati Presley yang baru bangun dari tidur panjangnya.“Apa kau akan terus mengamatiku seperti itu?”Presley mengerjap dan segera memperbaiki ekspresiny
Presley menelan salivanya dengan susah payah. Apa dia sudah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan? Inilah kenapa dia tidak bisa bersahabat dengan alkohol. Bukan hanya mulut tapi pikirannya juga tidak akan bisa diajak kerja sama. Sialnya dia bahkan tidak ingat apa yang terjadi semalam.Pagi ini dia terbangun dengan pakaian yang sama dengan yang dia kenakan semalam. Itu berarti dia jatuh tertidur setelah minum obat yang diberikan Ariston.“Kau panik.”Presley mengangkat dagunya tinggi-tinggi. “Aku tidak bertanggung jawab pada sesuatu yang tidak kuingat,” gumamnya keras kepala. Ariston mengangkat bahunya. “Itulah masalahnya. Seandainya kau ingat apa yang kau katakan, aku penasaran bagaimana reaksimu akan hal itu.”Presley sudah berusaha menekan rasa penasarannya, tapi mendengar ucapan Ariston, dia tidak bisa mengontrol mulutnya.“Apa aku mengatakan sesuatu yang bodoh? Kau tahu kalau orang mabuk sering kali—““Apa yang membuatmu berpikir kalau kau mengatakan sesuatu yang b
Ariston tahu sebaiknya dia diam atau kalau tidak dia mungkin akan meledak yang akan berakhir membuat Presley ketakutan. Hanya saja sulit menahan diri jika itu berhubungan dengan Presley. Wanita itu selalu bisa mengejutkannya dengan hal-hal tak terduga.“Suatu saat, saat kau mungkin sudah siap menerima kebenaran Presley, aku ingin mendengar permintaan maafmu,” putusnya akhirnya karena tidak ingin memperpanjang perdebatan. Kejadian semalam masih menyisakan kegelisahan dalam dirinya. Sebelum dia menemukan pelakunya, dia tidak akan bisa tenang.Mereka berdua keluar bersamaan saat lift membuka dan membawa mereka ke lantai pertama hotel.“Mobil Anda sudah siap Tuan," ujar salah satu petugas hotel saat melihat kedatangan mereka berdua.Ariston mengangguk sambil lalu. Dia mengeluarkan ponsel dan langsung melakukan sederet panggilan.“Jane, kirimkan berkas yang kuinginkan lewat surel siang ini. Ya, aku menginginkan semuanya. Beritahu Jack aku tidak akan ke kantor selama beberapa hari. Dia yang