Semua Bab Keluarga Beracun : Bab 51 - Bab 60
75 Bab
Bab 51 PoV Dani
Sialan! Arya menolakku dan Mbak Nia untuk bekerja di sana. Padahal jabatanku dulu kan manager, masa menawarkan kerjaan jadi cleaning servis? Bisa turun dong derajatku. Selama ini aku sudah memasukkan beberapa lamaran menjadi manager di beberapa perusahaan, tapi tetap saja tak ada balasan apa pun. Hanya membuang uang untuk membeli amplop dan fotokopi. Padahal aku ini tampan dan pintar, kenapa mereka tidak mau menerimaku?Selama ini aku bisa bertahan hidup dari uang pemberian Arya, Ibu tak mau membantu mencari uang, mbak Nia pun sama saja, hanya bisa menghabiskan uangku saja. Setengah mati aku membujuk Mbak Nia agar mau bekerja, kupikir- pikir karena kenal dengan Arya makanya dia akan menerimaku, tapi ternyata sama saja. Mbak Nia pun menolak menjadi cleaning servis. Apalagi sekarang, Mbak Nia sering lihat Bang Ken dan istri barunya semakin mesra. Kadang kakakku pun masih menatap pasangan itu sendu. Aku masih ke pikiran ucapan Arya tadi. Kapan dia bertemu dengan Rara? Dan bagaimana me
Baca selengkapnya
Bab 52 PoV Dani 2
“Bu, bersikap lembutlah pada pembeli, masa Ibu ketus gitu, nanti mereka pada lari, gak jadi beli di warung kita,” ucapku pada Ibu yang masih asyik menonton TV “Siapa yang nggak kesel coba? Masa Cuma lima belas ribu dia berani melempar uang itu ke Ibu?!” “Ya, kan karena Ibu jualnya kemahalan! Kan udah aku tulis di situ harganya, Bu!” aku mulai kesal dengan Ibu. “Namanya jualan itu cari untung yang banyak, bukan cari rugi! Gitu aja kamu gak tahu, Dan!” “Serah Ibu aja lah!” ucapku ketus. “Ya memang terserah Ibu.” Ibu kembali mengambil camilan dan menonton sinetron kesukaannya. Tak kutanggapi lagi ocehan Ibu. Biarlah warungku nanti bakalan menjadi seperti apa. Semoga saja tidak menimbulkan masalah baru. Besok aku ada interviu kerja. Semoga diterima di sana. Apa kubilang? Aku memang pantas menjadi manager. Dari sekian banyak lamaran pekerjaan yang ku apply, hanya perusahaan ini yang memanggilku. Aku harus tampil sempurna untuk besok! Ponselku dari tadi diam saja tak bersuara. Padahal
Baca selengkapnya
Bab 53 Dia Sahabatku
“Siapa yang barusan dari ruanganmu, Tuan Putri? Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?” tanya Alex yang tiba-tiba ada di depanku.Aku yang sedang fokus kerja terlonjak kaget mendengar suara seseorang di depan mejaku.“Alex, kamu mengagetkanku!” sungutku dan melemparkan kertas kecil tak terpakai yang sudah kugulung-gulung.Dia hanya tertawa sambil memperlihatkan giginya yang putih bersih.“Kamu belum jawab pertanyaanku, Ra!”“Dia Arya, barusan menawarkan kerja sama. Dia ingin usaha kulinernya dimodali oleh perusahaan ini, tapi aku masih pikir-pikir.”“Semacam franchise gitu, kan? “tanya Alex.“Ya, semacam itu. Aku belum menjawabnya. Betewe, ngapain ke kantor? Tumben banget kamu ke sini!” sindirku.“Yaelah, Tuan putri udah pikun. Bukannya kamu mau traktir aku maksi? Gimana, sih?!” Alex mengerucutkan bibirnya. Lucu sekali aku melihatnya.“Haha ... aku lupa. Kuy lah kita berangkat! Pantas aku pusing, kukira sakit, ternyata lapar.”“Ah, dasar kamu ini kebiasaan dari dulu! Bukanny
Baca selengkapnya
Bab 54 PoV Anggita
Aku sendirian di rumah sakit. Ayah dan Ibuku sedang pergi ke luar kota. Suamiku, Mas Dani juga sedang pergi. Pamitnya beli makan, tapi sampai sekarang juga belum kembali.Haahh ....Aku menghela napas cukup panjang. Untunglah nyawaku terselamatkan. Mas Dani mau datang saat aku menghubunginya. Ku kira setelah dia tahu anak ini bukan anaknya, dia akan mengabaikanku, tapi ternyata tidak.Aku jadi ingat peristiwa tadi, Saat aku sedang selesei mandi dan masih memakai handuk. Karena aku tahu kedua orang tuaku sedang pergi, jadi aku tidak mengunci pintu kamar.Aku sangat kaget saat tiba-tiba ada seorang lelaki menerobos kamarku. Aku tidak tahu dia datang dari mana. Dia memaksaku melayani nafsu bejatnya, dengan ancaman pisau aku pun terpaksa menuruti kemauannya. Dia mencium ku dengan sangat brutal, tak mengindahkan teriakan kesakitanku. Meskipun aku berteriak dengan kencang tak ada orang yang mendengar teriakanku. Aku menangis mengiba, memintanya agar berhenti karena aku sedang hamil. Mesk
Baca selengkapnya
Bab 55 Perpisahan
Aku pun segera membuka mata, “Kamu kapan datang, Ar?” tanyaku pura-pura baru bangun tidur.Dia gelagapan, sepertinya kuatir aku mendengar percakapannya. Dengan cepat Arya menyimpan ponselnya ke dalam saku. “Barusan saja kok.”“Ayah dan Ibu kemana?” tanyaku sengaja mengalihkan perhatian.“Aku menyuruh mereka pulang, kasihan, mereka baru pulang dari luar kota kan? Kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?” tanya Arya perhatian. Tapi menurutku seperti sengaja dibuat-buat.Aku menceritakan garis besarnya kepadanya, tidak sedetail aku cerita kepada orang tuaku. Tapi responnya sungguh diluar dugaanku. Ku kira dia akan bersandiwara kaget, sok panik, bersedih atau semacamnya.Tapi dia tetap tenang. Tidak berkata apa-apa.“Kamu yang sabar aja kalau beggitu.” Hanya itu yang dia ucapkan.Atau jangan-jangan karena dia sendiri yang menyuruh seseorang untuk datang ke rumahku saat tidak ada orang itu? Kalaupun benar, bagaimana aku mencari buktinya? Bermacam pikiran bermukim di otak, tapi tak kutemuka
Baca selengkapnya
Bab 56 Pilihan Anggita
Aku menatap kepergian Mas Dani. Bahkan Ibu mertua yang biasanya cerewet juga diam saja. Mbak Nia pun sama. Apa mungkin karena sudah mendapatkan uang sebesar dua puluh juta dari Arya?“Bagus, kalian sudah bercerai, meskipun belum secara negara, tapi secara agama kalian sudah bukan suami istri,” ucap Arya lega.“Tidak perlu secara n gara, karena kaki menikah dibawah tangan, hanya nikah siri,” jawabku “Resepsi kemarin juga Cuma reosi saja, tidak ada akad nikah.” Lanjutku agar dia mengerti.“Tapi sepertinya aku belum bisa menikahimu dalam waktu dekat, Sayang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Arya membelai rambutku dengan sayang.Aku pun mengangguk karena mengerti Arya memang pengusaha yang sibuk. Ya, keputusanku sudah tepat. Mas Dani sudah tidak punya apa-apa lagi. Aku tidak mau hidup miskin. Dengan Arya aku akan menjadi Nyonya. Aku mengambil tangan Arya yang membelai rambutku, lantas menggenggamnya dengan erat. Sekarang fokusku adalah segera pulih. Aku akan menuruti p
Baca selengkapnya
Bab 57 PoV Arya
“Sayang, pulang nanti temenin aku buat mencari hotel buat pernikahan kita ya? Ada beberapa rekomendasi dari temen sih, tapi aku pengin lihat langsung,” ucap Sasa yang sedang mampir ke kantorku. Dia sudah keluar menjadi sekretaris. Bosan dengan pekerjaan yang banyak katanya. Dia memang seperti ini sering datang untuk bicara hal yang tidak begitu penting. Padahal kalau hanya untuk menanyakan hal ini, dia bisa telepon saja kan? Dasar perempuan, terkadang sulit ke tebak pikirannya “Iya, Sayang. Nanti aku temenin, tapi sore aja ya? Kerjaan ku banyak soalnya hari ini.” Aku mencium rambut Sasa yang halus dan lembut.“Iya, tapi aku boleh nemenin kamu di sini kan?” tanya Sasa pindah ke pangkuanku.“Boleh. Tapi jangan duduk di sini, yang ada aku nggak kerja malah sibuk sama kamu.” Aku mentoel hidungnya gemas.Sasa turun dan pindah di sofa dekat mejaku. Saat sibuk dengan berkas-berkas, ponsel yang kuletakkan di nakas dekat sofa berbunyi. Sasa mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang menghub
Baca selengkapnya
Bab 58 Welcome to the H3ll
Aku sudah boleh pulang dari rumah sakit. Bayiku juga sehat tidak ada masalah apa pun. Arya membeli banyak perlengkapan bayi, tapi kebanyakan menurutku bukan warna pink untuk anak perempuan. Mungkin dia mengira anaknya adalah laki-laki. Selama aku hamil memang dia tak pernah bertanya mengenai jenis kelamin bayiku. Bahkan selama hamil dia tidak pernah mengantarku cek ke dokter kandungan. Alasannya selalu sibuk dengan pekerjaan. Namun, transferan darinya sering membuatku luluh. Kini rekeningku menjadi gendut. Arya tak lupa mengirim uang setiap ku minta.Arya memang memberikanku buku rekening baru beserta ATMnya. Tapi tak lama setelah itu, ia meminta kembali buku rekening itu dan hanya meninggalkan ATM-nya untukku. Aku juga tak mempermasalahkannya karena yang kubutuhkan ATM nya saja bukan rekeningnya.Hari-hari menjadi Ibu baru membuatku pusing. Dua jam sekali Harus bangun untuk menyusui, belum lagi kalau begadang, lama-lama bisa tambah kusam wajahku.“Bu, kita sewa Baby siter aja ya?
Baca selengkapnya
Bab 59 Siapa Sasa?
“Apa maksudmu ngomong seperti itu?” tanyaku memastikan.“Pasti kamu Cuma becanda kan?” lanjutku lagi.Arya tak menjawab, ia hanya tersenyum saja.“Nanti aku jelaskan. Ayo, aku tunjukkan dimana kamarmu dan kamar anakku," ucap Arya.Aku mengikuti Arya ke belakang.“Ini kamarmu, dan kamar sebelah adalah untuk Zea.” Arya menjelaskan.“Ha? Kita tidak sekamar? Bukannya kita suami istri?” Aku bingung dengan maksud pembagian kamar ini. Kenapa kami seakan tak boleh tidur sekamar? Selama menikah Arya juga tak mau tinggal di rumahku. Ia memilih tinggal di rumahnya sendiri dengan alasan dekat dari kantor.“Ya, kita tidak sekamar. Aku tidak mau tidurku terganggu oleh tangisan Zea ataupun dirimu yang akan bolak-balik terbangun mengurus Zea.Setengah tak percaya aku mendengarnya. Kenapa aku merasa di sini Arya menjadi dingin? Tidak seperti kemarin? Begitu perhatian dan royal.“Satu lagi. Dari pagi sampai sore akan ada baby sitter yang menjaga Zea, jadi kamu bisa fokus dengan tugasmu. Malam harinya b
Baca selengkapnya
Bab 60 Aku bukan Pembantu!
Ternyata mereka berdua berada di dapur. Sasa menjerang air panas, sepertinya dia hendak membuat kopi untuk suamiku.“Kamu kenapa, Sayang? Kenapa bisa berubah secepat ini? Bukannya dari awal kamu yang ingin menikah denganku? Kenapa sekarang kamu seperti ini?!” Aku berteriak seperti kesetanan. Rasanya justru seperti melihat Sasa dan Arya sebagi pengantin baru, sedangkan aku yang menjadi pembantu.Semuanya seakan seperti mimpi. Bayangan akan menjadi seorang Nyonya seketika sirna melihat perlakuan Arya sekarang kepadaku. Apakah aku tidak pantas bahagia?“Tidak perlu banyak bertanya. Lakukan saja apa yang aku perintahkan. Aku mau pergi mengajak Zea. Kamu bersihkan rumah ini lalu cepat masak. Aku mau setelah pulang, makanan sudah tersedia di meja untukku dan Sasa.” Sasa sudah tak ada di sini, mungkin dia mengambil Zea dari kamarnya. Enak sekali dia bicara! Memangnya dia siapa? Aku bukanlah perempuan lemah yang akan menurut begitu saja. Apalagi ini belum genap sehari aku tinggal di sini seb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status