Lahat ng Kabanata ng Tamu yang Tak Diundang: Kabanata 61 - Kabanata 70
111 Kabanata
Masuk Kandang singa
Medina! Kurang ajar. Aku sengaja melarang Surya terlalu dekat dengan anaknya beberapa bulan ini untuk menghindarinya bertemu Medina. Namun apa yang terjadi? Di belakangku sepertinya mereka malah sering bertemu. Sejak kapan? karena Surya tidak cerita apapun padaku. Apa Surya mulai tak jujur? Pantes suamiku itu tidak pernah mengeluh atau galau lagi karena tidak bisa bertemu dengan anaknya seperti di awal pernikahan, ternyata ini penyebabnya. Wanita itu ternyata licik juga. Tidak sepolos penampilannya. Banyak cara dilakukannya dan inilah salah satunya. Bertemu di saat jam makan siang suamiku. Aku yakin itu ide dari wanita itu. "Rel, lihat apaan? Kok serius banget." Yolanda menegur dari dalam mobilnya karena aku terdiam cukup lama di depan pintu mobilku. Pintunya sudah terbuka dan aku belum juga masuk ke dalamnya. "Eh, nggak papa. Kamu duluan saja, Yol. Aku tidak jadi ikut. Bilangin sama mereka kalau aku ada urusan penting," tukasku memintanya pergi. Mood-ku tiba-tiba hancur. Pad
Magbasa pa
Sama-sama Diam
"Sayang, pulang!"Baru saja tersambung, dan di seberang sana belum memberi sapaan, aku sudah nyerocos memintanya pulang. Padahal sudah tahu kalau masih tersisa waktu dua jam lagi dari jadwal kepulangan kerjanya. Surya. Aku lagi kesal dan aku ingin meluapkannya ke dia karena dia juga punya andil membuatku marah saat ini. Kegagalan memberi 'pelajaran' pada Medina membuat amarahku tak mau reda. Jadi satu-satunya cara adalah dengan menghajar satu tersangka lainnya, yaitu suamiku. "Salam dulu, Yang. Baru ngomong. Kamu kenapa maksa aku pulang? Ini belum jamnya, dan masih ada dua jam lagi. Nanti aku langsung pulang kok, nggak bakalan kemana-mana. Kamu baik-baik saja kan? Kamu dimana? Meetingnya bagaimana, lancar?" Surya masih ramah menanggapi ocehan kemarahanku. Nada suaranya masih lembut. Kalau mengingat pertemuan tersembunyinya bersama Medina, rasanya aku akan meleleh kalau ditanya sepert itu. Sangat memperhatikan tapi nyatanya itu hanyalah topeng untuk menutupi kebohongannya. "Nggak
Magbasa pa
Menolong
"Tolong! Tolong copet!"Aku berbalik ke asal suara. Sayup terdengar teriakan minta tolong disertai kata copet, netraku terfokus pada laki-laki bertopi hitam yang berlari sambil mendekap tas wanita di tangannya. Ia berlari ke arahku. Ku tengok kanan kiri, keadaan sepi. Tidak tampak siapapun di jalan sepi ini. Merasa tidak ada yang bisa membantu, rasa kemanusiaan terpanggil untuk menolong, segera aku turun dari motor metic-ku untuk mencekal langkah laki-laki itu dengan menghantamkan keras tas yang kubawa ke arahnya. Bruk! Laki-laki itu jatuh. Kuraih tas di tangannya, tapi tidak berhasil karena dipegangnya erat. Padahal posisinya sangat berbahaya karena orang-orang mulai berdatangan menghampiri kami. Dia bisa saja pergi melarikan diri, tapi nyatanya dia lebih memilih diam dengan mempertahankan tas di tangannya. Aneh. Sepertinya tas itu lebih berharga dibandingkan nyawanya. "Copet!""Ini copetnya, ayo tangkap!" "Gebukin!""Bakar!" Astaga, mendengar orang-orang berteriak dengan berba
Magbasa pa
Dijemput laki-laki dingin
Bu Resa menggeleng. "Tadi naik mobil, tapi mogok di jalan sana. Ibu pikir tinggal masuk komplek kan sampai ke rumah kamu, tapi nggak nyangka sesepi ini.""Mungkin sibuk kerja Bu. Biasanya juga nggak sepi begini," ujarku menyanggahnya. "Ibu jadi mau ke rumah?" Bu Resa mengangguk mengiakan. "Ya sudah, naik motor bisa, Bu? Soalnya Saya pake motor," tunjukku ke motor matic yang terparkir tidak jauh dari tempatku berdiri. Bu Resa mengangguk. "Bisa kok, tinggal duduk manis doang di belakang." Sejak pertemuan itu, Bu Resa jadi lebih sering berkunjung ke rumahku. Entah karena pesan kue ataupun sekedar mampir sebentar. Katanya senang bisa kumpul denganku dan yang lainnya di rumah ini. Rame, menghilangkan rasa sepinya sendiri di rumah. Kadang sendiri ataupun pergi bersama Starla. Malik sekarang jadi ada temannya saat Starla ikut berkunjung ke rumah ini. "Kak, di depan ada yang cari Bu Resa. Katanya anaknya mau jemput pulang." Tika tiba-tiba datang memberitahukan. Aku menoleh ke arah Bu
Magbasa pa
Kedatangan Mantan Mertua
"Sepertinya Bu Resa pengen ngejodohin anaknya sama Kakak deh." Becka bersuara membuka obrolan setelah kepulangan keluarga Bu Resa. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya. "Iya Kak, benar banget. Kentara banget kelihatan kalau Neneknya Starla itu pengen ngedekatin Kak Medina sama anaknya. Buktinya beliau sering banget muji anak sendiri di hadapan Kakak," timpal Tika ikut mendukung perkataan Becka. Kali ini kegiatan tanganku membungkus kue terhenti, netraku menatap Tika dan Becka secara bergantian. "Nah, kan sepemikiran. Terima aja Kak, Pak Satria itu ganteng loh, mana kaya juga. Mantan kakak yang istrinya nyebelin itu kalah, nggak sebanding deh, lewat." Becka masih mengompori membujukku setuju dengan pemikirannya. Aku diam tanpa suara, hanya menggeleng-gelengkan kepala karena sudah terbiasa dijodoh-jodohkan mereka. Dulu dengan Pak Ricky, langganan kue kami yang merupakan guru di salah satu sekolah menengah atas negeri. Lalu ada Bumi, laki-laki humoris yang suka mampir dengan alas
Magbasa pa
Tujuannya Datang
"Tutup pintunya. Mama takut ada telinga yang ikut mendengar." Aku yang baru melangkah masuk kamar dikejutkan dengan perintah darinya. Cukup kaget mendengarnya, tapi tetap kuturuti maunya. Pintu kamar kututup sesuai keinginannya. "Sini duduk, Mama mau bicara penting," lanjutnya kemudian. Lagi titahnya kuikuti karena bagiku dia tetap orang yang harus dihormati meskipun status hubungan kami telah berubah. "Ada apa Ma, kenapa harus bicara seperti ini?" tanyaku bingung. Kurasa wajar bertanya dengan sikapnya barusan. Pembicaraan seperti apa yang membuatnya memintaku berada di kamar ini. Terlalu rahasia. "Sejak kapan kamu dekat dengan ibu itu?""Ibu? Ibu yang mana, Ma?" Aku memastikan, takut salah orang. Pertanyaan Mama Lila tak jelas karena hanya menyebutkan kata ibu. Apakah yang dimaksudnya itu Ibu Resa? Kalau dekat memangnya kenapa, apa itu penting untuknya? "Ya itu, yang sering ke sini karena kesepian. Aneh, mainnya kok ke sini. Memangnya rumahmu ini pasar? Lagian ya Na, sejujurny
Magbasa pa
Pertanyaan Aneh
"Kak, aku nggak bisa. Kakak pergi saja sendiri. Lagipula kami nggak diundang. Kan yang diundang itu Malik sama Kakak, lagian acaranya anak-anak, bukan untuk kami orang dewasa." Becka kukuh tidak mau kuajak ke pesta ulang tahunnya Starla, begitu pun Tika. Sedang aku juga malas kalau harus pergi hanya berdua saja dengan Malik. Kalau ada Becka atau Tika yang mau menemani, aku ada alasan untuk cepat pulang dengan mengkambinghitamkan mereka. Menjadikan mereka alasanku untuk menghindari anaknya Bu Resa–Satria. Ingin menolak datang juga tidak enak karena Bu Resa khusus mengundangku agar datang ke acara cucunya. Ditambah ada pesanan kue juga darinya. Otomatis itu yang menyebabkan aku harus datang. Entah kenapa aku yakin kalau datang ke sana bakal didekatkan dengan anaknya yang bernama Satria. Laki-laki dingin dengan senyum minimalis. "Sudahlah Kak, soal rumah dan kue, Kak Medina tenang saja. Kami pasti urus dengan baik. Pokoknya Kakak datang saja ke sana, nikmati acaranya karena kapan la
Magbasa pa
Dilamar?
Menyukainya? Aneh, percaya diri sekali laki-laki ini. apa dia kira aku suka padanya? Apakah gesturku mengatakan begitu? Apa ini candaan? Tidak, kulihat wajah laki-laki ini serius. Dia bahkan tidak tersenyum saat menanyakannya. "Maaf, apa Pak?" tanyaku berpura tak mendengar. Aku mencoba memastikan dengan menanyakan apa yang telah ditanyakannya barusan. Siapa tahu aku salah dengar. Meskipun hatiku menyangkal karena sangat jelas kalimat tersebut ditanyakan. Ia berdiri tepar di sampingku. Laki-laki bernama Satria ini malah tersenyum tipis. Pandangannya lurus kedepan dengan satu tangan berada di dalam saku celananya dan satunya lagi dibiarkan berada di sisi badannya. Cool, keren, apalah sebutannya itu memang terpancar hanya dengan dia bergaya seperti itu. "Kalau malu menjawab lupakan saja. Aku hanya bertanya iseng atau lebih tepatnya hanya ingin memastikan apakah maksud ibuku mendekatkan kita karena permintaanmu atau murni keinginannya sendiri." Setelah mengatakan hal tersebut, dia me
Magbasa pa
Ditarik Paksa
"Apa, Bu?" tanyaku memastikan. Bisa jadi aku salah dengar. Bu Resa tersenyum tipis seraya meraih tanganku. "Kalau Ibu sama Satria datang malamarmu, kamu mau kan?" ulangnya lagi dengan intonasi pelan hingga terdengar jelas. Ternyata aku tidak salah dengar. Benar dia mengatakan demikian. "Ibu jangan bercanda. Saya belum mengenal anak Ibu dengan baik, begitupun sebaliknya Pak Satria tidak kenal Saya. Jadi rasanya aneh kalau Ibu datang ingin melamar Saya untuk ayahnya Starla." Aku mencoba menolak secara halus, secara tak langsung. Tidak berani juga terang-terangan takut menyinggungnya. Apalagi status kami yang berbeda. Orang yang kuhadapi ini jauh lebih kaya dari Mama Lila, salah sedikit saja, bisa jadi bumerang untukku. "Itu gampang, Na. Kalian kenalan saja dulu. Ehm … apa namanya, pedekate. Iya kan? Bahasa gaul anak sekarang buat mengenal satu sama lain."Aduh, susah. Bu Resa tetap ngotot mendekatkanku dengan anaknya. "Tapi, Bu. Saya belum lama menjanda dan Saya belum kepikiran
Magbasa pa
Selalu dijodohkan
Pov Satria Wanita itu, kenapa selalu dipertemukan? Apa ini yang namanya jodoh? Namaku Satria Wiguna, lelaki berumur 35 tahun. Mempunyai anak semata wayang bernama Starla. Aku hanya tinggal bertiga dengan ibuku. Ibunya Starla sudah lama meninggal tiga tahun yang lalu dan sampai sekarang aku belum berniat untuk menikah kembali. Aku lebih fokus membesarkan Starla dan menyibukkan diri dengan bekerja. *** "Ayolah Sat, menikahlah. Ibu akan tenang kalau kamu sudah memiliki pasangan." Lagi, Ibu selalu membujukku untuk menikah kembali. Banyak wanita ditawarkannya padaku dan yang terakhir bernama Medina–wanita–yang baru menjanda dan merupakan langganannya beli kue. "Ibu baru juga kenal sudah main jodohkan ke dia. Jangan gegabah, nanti salah pilih. Ibu mau dapat menantu yang seperti di cerita novel itu. Menantu yang kurang ajar dan sebagainya," kilahku memberi nasihat sekaligus mengelak. "Mau Starla dapat ibu sambung yang jahat?" imbuhku lagi menakut-nakuti agar misinya untuk menjodohk
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status