All Chapters of Tamu yang Tak Diundang: Chapter 71 - Chapter 80
111 Chapters
Merajuk
Pov Satria"Aku tidak punya perasaan apapun denganmu, jadi jauhi ibuku." Dengan kasar kukatakan hal tersebut pada wanita yang berdiri di depanku saat ini. Kami berdua berada di dalam rumah, tepatnya di ruang tamu, sengaja mengajaknya ke sana untuk menghindari perhatian orang lain dengan alasan ingin memesan kue darinya untuk acara kantor. Mungkin perkataanku barusan terdengar menyakitkan, tapi itu lebih baik daripada mendiamkannya dan membuat wanita itu semakin mempunyai harapan besar atas hubungan yang tak pernah terbentuk. Semua hanya berdasarkan keinginan ibuku yang ngotot mendekatkan kami karena dia menyukai wanita tersebut. "Maaf, Saya cuma pedagang kue yang disukai ibu Bapak. Tidak ada juga perasaan lebih apalagi menyukai Bapak. Kita tidak saling mengenal. Hanya tidak sengaja bertemu dan Saya memang sangat berutang budi sama Bapak. Hanya sebatas itu jadi jika dikira Saya sengaja minta didekatkan dengan Bapak lewat Bu Resa, sepertinya Bapak salah paham," jawab wanita yang ber
Read more
Pelanggan Aneh
"Kuenya antar kemana?" Aku terpaksa menghubungi Pak Satria karena pesanan kuenya jadi dipesan dan minta diantarkan. Setelah hari itu, di hari ultahnya Starla. Bu Resa tidak pernah datang lagi ke rumahku. Aku merasa bersalah takut perkataanku waktu itu menyakiti hatinya. ***"Kak Medina tidak salah. Kan Pak Satria sendiri yang minta Kakak buat ngasih tahu ibunya, jadi yang salah di sini ya Pak Satria." Becka memberi pendapatnya setelah aku bercerita padanya dan Tika tentang kentang waktu itu di ultahnya Starla. "Iya, Kak. Jangan dipikirkan. Biarkan Pak Satria yang mikir sendiri. Dia yang bikin ulah, biar dia yang bereskan. Kakak nggak perlu merasa bersalah. Nggak enak juga walaupun ibunya suka kalau anaknya tidak mau masa' dipaksa." Tika ikut bersuara. "Eh, garis bawahi Tik, bukan Kak Medina yang naksir duluan, si laki-laki es saja yang kesenangan sok paling ganteng merasa disukai Kak Medina. Padahal itu keinginan ibunya." Becka meluruskan perkataan Tika. "Iya, maksudnya itu Kak
Read more
Ini Makin Aneh
Dengan berat hati akhirnya aku terpaksa pergi ke Kantor Pak Satria atau kantor dimana mantan suamiku bekerja. "Pagi Bu, ada yang bisa dibantu?" Seorang resepsionis di lobi kantor menyambutku dengan ramah. Mungkin karena melihatku celingak-celinguk, mengamati seisi lobi mencari sosok Tika. "Ruangan Pak Satria dimana ya?" Aku refleks bertanya karena tiba-tiba saja blank lupa kalau sebenarnya sudah mempunyai catatan dimana ruangan Pak Satria. Apalagi ditambah rasa gugup karena ini untuk pertama kalinya mendatangi kantor mantan suami. Berharap tidak akan bertemu dengan lelaki tersebut. "Pak Satria siapa ya, Bu? Kebetulan di kantor ini ada tiga orang bernama yang sama. Mungkin bisa disebutkan nama lengkapnya atau pekerjaannya di bidang apa?"Aduh, kenapa jadi seribet ini? Mana aku tahu dia kerja apa? "Tunggu sebentar," ujarku bergegas mengambil ponsel dari dalam tas ingin menghubungi Tika. "Kak!" Suara panggilan itu memaksaku menoleh ke asal suara. Akhirnya ketemu juga. Tika m
Read more
Kabar Mengejutkan
"Tunggu, ini apa-apaan sih, Pak?""Tika, apa jangan-jangan kamu kerja sama dengannya buat ngajak aku ke sini? Makanya setelah berhasil, kamu dikasih uang? Iya, gitu?" Sorot mataku tajam menatap ke Tika yang masih memegang amplop berisi uang tersebut. Tika dengan cepat menggeleng. "Tidak Kak, Tika tidak tahu apa-apa. Pak, ini ambil saja. Daripada hubungan Tika sama Kak Medina rusak, Tika tidak mau ambil uang Bapak." Disodorkan kembali amplop uang tersebut ke Pak Satria dengan meletakkannya di atas meja kerja. Pak Satria malah tersenyum. "Kalau tidak mau ya tidak apa. Saya masukkan lagi kalau begitu uangnya." Dengan santainya Pak Satria memasukkan kembali amplop yang katanya berisi uang itu ke dalam saku di balik kemejanya. "Pak, ini kuenya, ambillah. Tak perlu juga bayar dan maaf, mungkin ini untuk yang pertama dan terakhir Bapak memesan kue dari kami karena setelahnya kami tidak akan melayani pesanan Bapak lagi. Lebih baik kehilangan satu pelanggan daripada membuat kami kesusah
Read more
Pernyataan yang Mengejutkan
"Pak," sapa Mas Surya ke arah Pak Satria. Laki-laki dingin nomor satu dalam benakku itu cuma menganggukkan kepala merespon sapaan mantanku tersebut. Nah, kan akhirnya memang ketemu sungguhan? Seharusnya aku tidak memikirkan nama tersebut agar tidak dijadikan kenyataan oleh Tuhan. "Kalian saling kenal?" Pak Satria bertanya dengan menautkan kedua alisnya. Menatapku bergantian dengan Mas Surya. "Tidak kenal Pak, cuma tetangga nggak jelas. Ayo Kak!" Kaget. Tika yang menjawab dan dia menarikku berjalan meninggalkan kedua laki-laki tersebut. "Tik," ujarku berseru tapi dicegatnya dengan memberi kode diam. Isyarat telunjuk di depan bibir ditambahkannya. Aku bahkan tidak diizinkannya menoleh ke belakang untuk melihat apa yang terjadi pada dua laki-laki tersebut. Dia terus menuntunku berjalan ditengah tatapan heran beberapa karyawan yang berada di kantor ini. "Biarkan saja, jangan diladeni mantan Kakak tersebut. Ingat Kak, slogan buanglah mantan pada tempatnya. Lempar ke dasar pa
Read more
Apa Kabar Mantan?
Pov Surya"Rel, kok bajunya masih kucel? Ini kemeja kerja yang mau aku pake hari ini. Nggak kamu setrika?" Pagi-pagi aku sudah ngedumel pada Aurel karena baju kerjaku belum rapi disetrikanya. Padahal kemarin sudah diingatkan untuk menyetrika dan sudah kupisahkan letaknya dari baju yang lainnya. "Lupa, Yang. Suruh Bibi saja yang kerjain. Aku sibuk." Aurel tampak sibuk mengeringkan rambutnya di depan cermin. "Heh!" Aku mendesah. Lagi-lagi seperti itu jawabannya. Sudah beberapa kali permintaanku selalu diabaikannya. Bahkan hal yang sangat gampang saja masih dilupakannya. Aku sampai meragu apa benar dia lupa atau sengaja melupakannya? Kenapa setelah menikah aku baru tahu watak Aurel sebenarnya? Kemeja itu tak jadi kukenakan. Aku beralih mengambil kemeja yang lain, tapi ternyata penampakannya tak jauh beda dengan yang ingin kukenakan. Kucel juga. Melihat ke arloji di pergelangan tangan sepertinya tidak sempat kalau minta disetrika kan sama Bibi. Kalau seperti ini aku jadi teringat
Read more
Cemburu
Pov Surya Netraku tak berhenti memandang arah ke ruangan Pak Satria. Dari mejaku, masih bisa terlihat jelas siapapun yang berjalan ke arah sana maupun sebaliknya. Aku menunggu Medina, aku ingin bertemu dengannya dan menanyakan apa tujuannya datang ke kantor dan menemui Pak Satria. Seharusnya dia menghampiriku barang sebentar agar aku merasa dihargai sebagai mantan. "Sudah, jangan diliatin terus. Nanti juga kelihatan kok mantanmu itu dari sini." Deri yang berada di sebelahku mencoba menenangkan. Aku menghela napas. Lalu menyandarkan punggung ke kursi kerja. "Aku takut dia keburu pergi. Aku tidak mau kecolongan," ujarku lirih masih dengan sesekali pandangan mata ini ke sana. Kucoba menghubungi Medina tapi tidak bisa. Panggilanku selalu ditolaknya. Hal ini malah semakin membuatku tidak tenang. Aku semakin penasaran apa yang sedang dilakukannya di ruangan Pak Satria. Apa dia melamar kerja? Tidak! Dia hanya lulusan SMA. Mana mungkin melamar kerja di sini. Paling banter hanya jadi pega
Read more
Ini Sungguhan?
Jadi canggung teringat ucapan Pak Satria yang menyatakan kalau aku adalah calon istrinya di hadapan Bu Resa. Setelah ditinggal Pak Satria keluar, aku hanya menatap sendu ke arah Bu Resa yang terbaring lemah. Bingung harus bersikap seperti apa. "Ibu sudah makan?" tanyaku mencari bahan pembicaraan. Aku sudah mendekatinya seraya meraih tangannya untuk dipegang. Bu Resa menggeleng. "Kok belum? Ini sudah jam makan siang. Ibu mau apa? Mau makan apa?" Aku celingak-celinguk memperhatikan sekitar. Di atas nakas terdapat nampan yang di atasnya ada piring berisi makanan. Sepertinya makanan yang sudah disiapkan buat Bu Resa. "Apa ini makan siang Ibu?" Sorot mataku mengarah ke sana. Memastikan. Bu Resa mengangguk lemah. Wajah pucatnya membuatku terenyuh tidak enak hati. "Mau itu? Biar Medina suapin," kataku menawarkan makan untuknya. Melihat Bu Resa sakit begini membuatku sedih. Apa karena aku dia jadi sakit begini? Karena sejak pertemuan terakhir itu aku tidak pernah melihatnya lagi dan
Read more
Saran Diluar Ekspektasi
"Kak, ada masalah?" Becka menghampiri dan bertanya seperti itu padaku. Kami berada di teras rumah. Aku duduk mengawasi Malik yang sedang main sepeda di halaman rumah. "Masalah?" Aku membeo. Lalu berpikir sejenak mencoba mencerna pertanyaannya. Kemudian menggelengkan kepala. "Tidak ada," jawabku sembari mengulas senyum tipis ke arahnya. Berharap Becka tidak bertanya lebih dalam lagi. "Jangan bohong. Becka tahu ada yang sedang dipikirkan dan itu bukan masalah bisnis kita ini kan?"Harapanku sirna. Ia bertanya lagi. Sepertinya ingin mengulik lebih dalam apa yang sedang kupikirkan. "Kak, sejak Kakak pulang dari rumah Pak Satria, wajah Kakak gini terus loh, seperti ada yang dipikirkan. Seperti ada masalah yang sulit diatasi. Memangnya ada apa di sana? Becka sudah tanya Tika dan dia bilang tidak tahu, tapi dia pun juga curiga sama Kakak pasti sedang ada masalah karena waktu di sana, Tika bilang dia tidak ikut masuk ke dalam kamar Ibu Resa jadi tidak tahu apa yang sedang kalian bicaraka
Read more
Meminta Saran
"Kamu masih muda dan Malik butuh sosok ayah dalam hidupnya. Iya, Bunda tahu ada ayah kandungnya, tapi tidak bersamanya bukan? Malah seperti dihalang-halangi oleh istrinya untuk dekat dengan anak sendiri. Gara-gara cemburu sama kamu kan, lucu juga istrinya Surya. Siapa namanya, Na? Hm, Bunda lupa-lupa ingat.""Aurel, Bun." Aku membantu mengingatkan dengan menyebut nama wanita tersebut. "Iya, Aurel. Nama yang cantik tapi sayang tak secantik hatinya." Aku diam. keningku berkerut. Tumben Bunda membahas wanita tersebut. Biasanya paling anti membicarakan orang lain apalagi keburukannya. "Astaghfirullah, jadi ngomongin orang kan."Aku mengulum bibir hendak tertawa. Ternyata Bunda bisa khilaf juga ngomongin orang dan dia nggak sadar. "Skip yang itu, maaf Bunda jadi nyerempet ke dia. Bunda kesal aja. Kok ada wanita terhormat malah rebut laki orang. Hedeuh! Ngeselin."Nah, mulai lagi. Apa Bunda lagi kesambet ya? "Astaghfirullah. Sudah lupakan. Kita kembali ke persoalan tadi coba kalau kena
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status