All Chapters of Tamu yang Tak Diundang: Chapter 51 - Chapter 60
111 Chapters
Selisih Paham
Pov Surya"Nggak! Aku mau Ya. Masa' weekend sama Malik bertiga? Kita masih pengantin baru. Perlu waktu berduaan dulu tanpa orang lain." Aurel protes saat kukatakan mau mengajak Malik liburan bersama di hari weekend. "Malik kan anakku, Rel, kapan lagi sama dia kalau bukan weekend. Jadi kamu nggak suka ya kalau aku dekat sama anakku? Atau selama ini yang sering bilang kangen sampai mampir ke rumah itu demi Malik itu bohong?" Dulu waktu masih berumah tangga dengan Medina, Aurel sering datang ke rumah dengan alasan rindu ingin ketemu Malik. Itu juga faktor yang membuatku sering bertengkar dengan Medina karena mantan istriku itu tidak suka dengan kedatangan Aurel di tiap weekend kami. "Nggak! Kamu salah paham. Aku suka Malik. Aku suka anak kecil, aku suka anakmu, tapi tidak dalam waktu sekarang ini. Kita kan baru nikah, masa' sudah pergi bertiga? Kasih waktu dulu buat kita berduaan saja. Aku kan juga pengen kayak orang-orang menghabiskan waktu baru nikah itu sama pasangannya. Pure cum
Read more
Makan Siang
pov Surya "Hai!" Aku melambaikan tangan ke arah dua orang yang sedang berjalan ke arahku. Senyum terkembang sempurna saat keduanya semakin dekat memangkas jarak. "Hello jagoan, apa kabar?" Kusapa salah seorang dari keduanya. "Alhamdulillah, baik Ayah." Kosakatanya mulai kupahami meski belum sempurna diucapkan. Setelah berpisah dengan ibunya, aku banyak melakukan video call dengannya hingga sekarang bisa memahami setiap apa yang diucapkannya. Ternyata waktu itu sangat berharga. Dulu saat bersama mereka, aku terlalu mengabaikannya karena kami pasti akan bertemu di rumah. Namun sekarang, setiap menit saja sangat berharga untuk dilewatkan. Segera kurengkuh tubuh mungil itu dalam dekapan. Kuciumi pucuk kepalanya melampiaskan rasa rindu yang tertahan. "Apa kabar Medina?" Entah kenapa wanita yang berdiri di depanku ini makin hari semakin cantik saja. Apa waktu juga bisa mengubah wajah seseorang? Lagi-lagi aku hanya mampu menerkanya dalam pikiranku saja. Sebenarnya apakah wajah orang ya
Read more
Tidak Ingin Salah Paham
"Kenapa Kak Medina? Kayak orang bingung gitu? Memangnya yang barusan dari siapa? Pelanggan?" Becka, tetangga sekaligus teman bisnis online shopku bertanya dengan raut heran. Mungkin melihatku terdiam cukup lama sambil memegang ponsel. "Eh, ehm … itu dari ayahnya Malik," sahutku sedikit terkejut karena sempat melamun sebentar. Lalu menyunggingkan senyum terpaksa ke arahnya. Aku kembali menyentuh potongan kue basah dan membungkusnya ke dalam plastik transparan. "Oh, ayahnya Malik. Mau apalagi dia?" Becka bertanya ketus karena dia tidak begitu suka dengan Mas Surya. Itu karena dia tahu penyebab perceraian kami karena orang ketiga. Dia benci hal itu. Becka adalah tetanggaku. Rumah kami berdekatan hanya terhalang satu buah rumah saja. Dia anaknya Bu Marsya. Kami jadi dekat ketika dia sangat menyukai kue buatanku di arisan ibunya dan memaksaku untuk tetap jualan kue, tidak sekedar menggantikan pesanan dadakan saja. Selagi ada kemampuan, maka manfaatkan lah. Jadi sekarang tidak hanya ju
Read more
Orderan
Halo, assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam," jawabku menyahut sapaan salam di seberang sana. "Iya, maaf dengan Ibu siapa ya?" lanjut kubertanya lebih dulu dengan sopan. "Ini benar dengan Malik's yummy? Ini Saya Bu Resa ingin pesan kue." Aku tersenyum mendengarnya. Senang mendapat telpon seperti ini karena artinya ada pesanan lagi. "Iya Bu Resa, benar. Jadi Ibu mau pesan kue apa? Untuk acara apa dan kapan?" "Syukurlah. Saya dapat rekomen buat pesan di sini dari teman katanya kue di sini enak-enak, makanya mau coba. Ehm, gini. Saya mau pesan kue kalau bisa buat sore ini, bisa nggak? Maaf mendadak karena acaranya pun diadakan dadakan juga.""InsyaAllah bisa. Kalau boleh tahu untuk acara apa Bu? Kuenya apa saja, dan pesan berapa?" Aku bertanya ramah dan sudah siap mencatatkan pesanan Bu Resa dengan buku dan pulpen yang sudah standby berada di tangan. Lalu ibu tersebut menjelaskan jenis kue yang diminta dan jumlah yang diinginkannya. Semua kucatat dengan baik. "Bikin kue ultah bisa
Read more
Ternyata dunia ini sempit
Aku dan Becka diizinkan masuk ke dalam rumah. Bahkan mobil kami disuruh masuk ke dalam agar lebih memudahkan membawa kue-kue pesanan Bu Resa yang jumlahnya tidak sedikit. "Rumahku yang kuanggap istanaku itu belum ada apa-apa ya Kak dibandingkan rumah Bu Resa." Becka kembali membuka obrolan sambil mengeluarkan kotak dus kue dari dalam bagasi mobil untuk dibawa masuk. "Apalagi aku Beck. Kamu masih pantas dibilang orang kaya, sedangkan aku hanya terlahir beruntung pernah menikah dengan orang kaya dan tinggal tetanggaan dengan kamu Beck.""Ih, Kakak. Apa-apaan sih. Yang kaya itu orang tuaku, aku pun masih numpang Kak, belum punya kerjaan dan ini ikut kerja sama Kakak buat nambah pengalaman. Lah pula kaya harta nggak ada apa-apa nya dibandingkan kaya hati. Justru Kakak itu lebih kaya dibandingkan aku. Kakak juga punya talenta, bakat masak, pintar dan itu lebih dari harta Kak," puji Becka membuatku tersanjung mendengarnya. "Kakak disini saja, biar aku yang bawa ke dalam. Tuh ada Mbak
Read more
Permintaan Tak Terduga
"Maaf ya, Starla suka maksa gitu, tapi kalau misalnya Ibu yang minta, kamu mau stay, Na?" Tiba-tiba Bu Resa bertanya demikian setelah urusan transaksi pembayaran selesai kami lakukan. Aku dan dia keluar ruangan dimana kami tadi hanya berduaan saja di di sana, dan Becka menunggu di luar. "Hah? A–apa, Bu?" Aku seolah tuli saat kalimat itu terucap dari bibirnya. Hanya ingin memastikan pendengaranku tidak salah. Apa iya Bu Resa minta ku tetap tinggal? Aku melirik Becka yang ikutan terkejut sebentar lalu setelahnya melempar senyum penuh misteri ke arahku. "Iya, itu kalau kamu tidak keberatan. Kalau tidak sibuk juga. Soal pakaian, gampang. Ibu punya banyak, kamu tinggal pilih nantinya. Acaranya malam, jadi masih sempat kalau kamu mau dandan dulu dan sebagainya. Di sini saja, nggak perlu pulang, semuanya tersedia kok. Kamu juga ikut, hm …, maaf lupa, siapa namanya tadi?" Bu Resa menatap lekat Becka. Mencoba mengingat siapa Becka. "Becka, Bu. Terima kasih atas tawarannya, Bu," balas Becka
Read more
Pertemuan Menyebalkan
"Iya, maksudnya beliau itu kayak pengen jodohin Kakak sama anaknya. Itu … hm, ayahnya cucunya itu kan, si Starla. Iya kan namanya Starla?" "Ribet amat Beck, aku mau dijodohkan sama cucunya apa anaknya?" Sengaja memberi pertanyaan jebakan pada Becka ingin menggodanya. "Ya, itu anak beliau yang lagi ultah itu kan ayahnya Starla. Nah si anaknya itu yang mau dijodohkan sama Kakak. Betewe, Kakak pernah ketemu ya sama anaknya? Ganteng nggak? Kalau lihat wajah Bu Resa sama Starla, kayaknya ganteng deh." "Biasa saja. Kalau kamu mau deketin aja Beck.""Hah? Ih, Kakak. Kayak nggak ada laki-laki lain saja. Kecuali nggak ada laki-laki yang single baru deh kupepet ayahnya Starla."Aku hanya tersenyum tipis malas untuk menanggapi ocehan Becka. "Eh, maaf Kak. Maksudnya bukan merendahkan status Kakak ataupun ayahnya Starla, tapi–""Iya, aku ngerti kok. Santai saja. Lagian kamu benar, kalau masih ada jomblo ngapain cari yang duda ataupun janda. Kecuali jodohnya memang seperti itu. Nggak ada yang
Read more
Malah Berdebat
"Oh, ada mantan ya. Pantas! Pasti sengaja bukan menabrakkan mobilnya ke bemper mobilku? Sengaja bikin masalah. Sengaja pengen cari perhatian mantan. Gitu?!"Aku mengernyitkan kening tak mengerti. Tudingan tak jelas Aurel membuatku muak. Mobil yang kunaiki itu punya Becka, bukan punyaku. Aku seperti orang yang tak punya kerjaan saja merencanakan hal seaneh itu. Sengaja merusak mobil orang hanya karena ada mobilnya Aurel di belakang kami. Hanya karena ingin mencuri perhatian Mas Surya. Parah, itu adalah pemikiran bodoh yang pernah kudengar. "Rel, cukup. Kita pergi saja. Paling Medina tak sengaja. Malu dilihat orang." Mas Surya membelaku dan aku tak menginginkannya. Itu malah menambah masalah diantara aku dan Aurel. Memang ada beberapa orang maupun pengendara yang memperhatikan kami. Untung saja kami sudah menepi ke pinggir jalan, jadi tidak begitu mengganggu lalu lintas jalan. "Eh, suka ngadi-ngadi. Sudah gila kayaknya. Kak Medina itu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini. Ya
Read more
Tak Suka Diatur
Pov Aurel"Sayang, kamu nggak bikinkan sarapan? Sebentar lagi aku harus ke kantor."Aku yang masih berada di atas tempat tidur hanya mengerjap sebentar menoleh ke asal suara lalu memejamkan mata kembali. Itu Surya, suamiku. Selalu saja menanyakan sarapannya sepagi ini. Padahal sudah tahu kalau aku masih tiduran di tempat tidur. Mana bisa dalam sekejap membuatkan sarapannya begitu saja. Aku harus bangun dulu. Mengumpulkan nyawa yang masih ngawang diantara dunia mimpi dan kenyataan. Kemudian pergi ke kamar mandi melakukan ritual pagi hari baru setelah itu bisa beraktivitas. Namun tidak harus membuatkan sarapannya juga karena aku tak terbiasa sepagi ini berada di dapur. Lagipula aku tidak mau disamakan dengan mantannya itu yang mau saja disuruh ini-itu seperti pelayan. Kami berbeda. Mungkin dia terbiasa membabu, sedang aku sudah terbiasa dilayani. "Hoam, kamu beli saja di luar, Beb. Kenapa sih harus nanyain aku? Kamu kan tahu aku malas. Aku nggak semangat bikin sarapan sepagi ini," bal
Read more
Up, kamu Ketahuan!
Pov Aurel"Rel, ini gimana? Kok handuk tergeletak sembarangan gini? Taruh di tempatnya!" Surya melempar handuk bekas mandi barusan ke wajahku. Kaget, jantungku berdetak lebih cepat karenanya. "Beb! Kena wajah," rutukku kesal. Kulempar balik handuk tersebut ke arahnya. "Hei! Kena aku, Rel! Kok dilempar lagi?" "Kamu aja yang taruh. Kan lebih dekat," balasku cuek. Seharusnya tak perlu main lempar-lemparan. Ngomong baik-baik kan bisa. Aku tidak suka cara Surya menyuruhku. Terlalu memerintah dan aku tak terbiasa diperlakukan begitu. " Heh …." Terdengar helaan napasnya. Tak kupedulikan. Aku asyik di depan cermin menyisir rambutku yang berantakan karena baru bangun tidur. Meski belum mandi, aku harus tetap on dan cantik. Lalu terlihat suamiku itu berlalu pergi meletakkan handukku tadi ke tempat jemuran handuk. Aku tersenyum semringah. Baguslah. Itu yang kusuka dari Surya, dia tidak bisa marah padaku. Tidak banyak komplain juga. Mungkin karena terlalu cinta. Menyesal dulu tak kukejar
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status