Semua Bab Gairah Bad Boy Salah Sasaran : Bab 31 - Bab 40
73 Bab
Tanya Jawab
Nindya tidak tidur nyenyak semalaman demi menjaga Elang, dia khawatir kalau pemuda yang tidur gelisah di dalam rumahnya membutuhkan sesuatu. Setidaknya dengan tidak lelap, Nindya juga secara otomatis sudah menjaga dirinya sendiri dari keusilan Elang yang mungkin terjadi seperti kejadian rafting beberapa waktu lalu.Dosen muda itu sedang memasak di dapur untuk membuat sarapan saat Elang terbangun. Dia melirik dan memperhatikan sekilas Elang yang sedang duduk sambil termenung.Tak lama, Elang pergi ke arahnya, tersenyum hambar lalu masuk ke kamar mandi setelah Nindya mengulurkan handuk bersih dan sikat gigi yang masih bersegel tanpa berbicara. Harus Nindya akui, pemandangan dada lebar Elang dan wajah yang baru bangun tidurnya benar-benar menunjukkan pesona Elang. Born to be awesome, istilahnya.Menit berikutnya suara air shower mengalir deras, menandakan yang ada di dalam kamar mandi mulai membersihkan diri. Nindya terpekur sejenak membayangkan tubuh telanja
Baca selengkapnya
Ciuman Pagi
Nindya cemburu saat mendengar pengetahuan Elang tentang urusan yang biasanya dibicarakan oleh pasutri tersebut. Kepalanya dipenuhi bayangan Elang berada di kamar bersama perempuan-perempuan seperti Vivian. Kenapa hal seperti itu jadi begitu sulit diterima Nindya? Bukankah gaya pacaran anak muda sekarang memang demikian?"Ya, sepertinya begitu. Aku sedang tidak subur waktu itu, jadi kamu nggak perlu khawatir!" Nindya membalas tatapan Elang dengan ekspresi datar lagi. "Kita makan sekarang saja, keburu dingin semua nanti!""Aku berharap kamu hamil,” kata Elang cuek. Menyembunyikan keterkejutan karena ucapannya sendiri. Elang bahkan tidak menyangka kalau kata-kata yang terucap spontan itu mampu membuat hatinya berdesir. Bukankah Elang cukup tolol dengan harapannya? Karena jika Nindya hamil, Elang sudah pasti menikahinya. Dan menjadi seorang ayah di usia muda? “No! Never!” timpal Nindya sarkas.“Jadi kamu memang tidak ingin aku bertanggung j
Baca selengkapnya
Crazy Bad Boy
"Biar aku yang bereskan," kata Elang setelah mereka selesai sarapan. Menyingkirkan semua peralatan kotor dari meja makan, membawanya ke tempat cuci piring. Ketika kembali lagi, Elang langsung menghampiri Nindya yang sudah pindah duduk ke perpustakaan. "Ini bukan waktu untuk membaca, ini waktumu istirahat!""El, apaan sih?" Nindya memaksa melepaskan diri dari kungkungan di punggungnya. Niat membaca buku untuk menghindari kontak dengan Elang sepertinya tidak akan berhasil. "Aku sedang menunggu orang laundry."Bertepatan dengan itu, laundry langganan Nindya datang untuk mengambil karpet kotornya. Nindya membuka pintu, dan menutupnya kembali setelah pegawai laundry meninggalkan rumahnya.Suasana menjadi canggung untuk Nindya. Tapi Elang mana mau peduli, dia mendekati Nindya dan membalikkan tubuh dosennya dengan cepat, membungkuk rendah lalu mengangkat Nindya dalam gendongan, tangan kirinya menyelip dibawah bahu dan tangan kanan di belakang lutut Nindya.
Baca selengkapnya
Mabuk Akrab
Makrab bersama teman-teman mapala menjadi pilihan Elang sepulang dari rumah Nindya. Dia memborong berbotol-botol minuman keras dan camilan untuk berpesta sebelum menuju basecamp mapala. Makrab atau mabuk akrab alias mabuk bersama teman adalah acara spontan yang terjadi karena ada anggota mapala yang mendadak stres karena kebanyakan beban pikiran. Saling mendengar keluh kesah sambil minum merupakan cara cepat mengalihkan masalah, versi mereka. Meskipun setelah acara makrab selesai tidak ada satupun yang mengingat apa yang dikeluhkan temannya, tapi mereka menikmati kebersamaan itu. Apalagi setelah ritual mereka benar-benar mabuk dan tidur nyenyak. Mereka mendapatkan kepuasan karena sudah melepas beban di hati dengan berbagi cerita pada teman sehobi yang bisa dipercaya.Mulai dari masalah cinta sampai tugas kuliah, mulai dari ribut dengan orang tua sampai jatah jajan bulanan yang habis lebih cepat karena dipakai untuk kegiatan petualangan alam. Ya, meski se
Baca selengkapnya
Kencan Dingin
Ya, Nindya memang sedang duduk di coffee shop bersama tunangannya, Daniel. Berhadapan, tidak seperti sepasang kekasih yang memiliki hubungan cinta, tapi lebih seperti rekan kantor yang sedang membahas pekerjaan.Daniel fokus pada laptop, sibuk dengan jarinya yang berada di atas tuts dan layar yang menampilkan struktur batuan. Sementara Nindya memegang gelas kopi sambil menatap ke luar kafe. Merenung.Alih-alih membicarakan pernikahan seperti yang disampaikan Nindya pada Elang pagi tadi, pasangan dosen muda itu hanya membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan kerja, pendidikan, penelitian, jadwal mengajar lalu diam dengan urusan masing-masing.Nindya melamunkan Elang, jika dia keluar bersama playboy kampus, yang usianya lebih muda darinya itu … tempat seperti apa yang akan dipilih Elang untuk menghabiskan waktu berdua? Hanya ngopi seperti sekarang atau mengajaknya menatap matahari terbenam sambil berpelukan?! Nindya tersenyum samar, Elang menjanjikan senj
Baca selengkapnya
Langkah Vivian
Elang bukan hanya tepar karena kebanyakan minuman, tapi muntah-muntah sampai kondisinya benar-benar parah dan tidak mampu bergerak lagi. Dia tidur tertelungkup di belakang basecamp begitu acara mabuk akrab bersama teman-temannya selesai. Benar-benar hari yang buruk!Bagaimana tidak? Dua hari penuh drama yang menyakitkan hati membuat Elang yang tidak dalam kondisi stabil mencari pelampiasan dengan alkohol berlebih. Hasilnya, Elang merasa sakit di seluruh tubuh saat mendapatkan kesadarannya di malam hari. Elang pulang ke kontrakan hanya untuk membersihkan diri dari bekas muntahan yang mengering di baju dan melanjutkan tidur tanpa makan malam. Tubuhnya panas dingin dan terasa remuk di bagian dalam. Tidurnya juga tidak bisa dibilang nyenyak, bayangan wanita yang melahirkannya silih berganti dengan wajah sendu Nindya saat menatapnya.Tanpa sadar, di dalam tidurnya yang gelisah, ada air mata yang jatuh membasah di bantal tempat Elang meletakkan kepala. Tanpa is
Baca selengkapnya
Mana Buktinya?
Tiga hari di Gunung Kidul, Elang sibuk dengan tim penelusuran goa. Pengambilan sampel air sungai bawah tanah menguras banyak tenaga, dan tentu saja Elang tidak ingin ditambah dengan beban memikirkan dosen pembimbingnya.Elang memasang wajah tak berdosa seperti biasanya, bercanda dengan dua teman mapalanya sambil menggoda Sandra, mahasiswa teknik geologi yang juga terlibat dalam penelitian tim dosen. Sebentar lagi mereka semua akan kembali ke kota Yogya dan Elang harus melanjutkan kegiatan penelitian di lab kimia lalu mengumpulkan laporan pada ketua jurusan di hari Sabtu."San, kamu ada hubungan spesial sama Daniel?" tuduh Elang asal. Dia sedang butuh informasi tentang dosen muda yang tak lain adalah tunangan Nindya."Daniel siapa? Hubungan yang bagaimana yang kamu maksud? Pacaran?"Elang mengedikkan bahu acuh. "Daniel dosen, entahlah … kalian terlihat dekat!"Sandra terbahak-bahak melihat ekspresi Elang. "Pak Daniel? Kamu nyebutin nama do
Baca selengkapnya
Memalukan!
"Bukti apa?" tanya Nindya gelagapan, pura-pura tidak paham dengan maksud Elang.Tanpa ekspresi, Elang mendekatkan wajahnya hingga jarak satu jengkal di depan Nindya. Memperhatikan dosen muda yang bingung mencari alasan hingga menggigit bibir bawahnya sendiri."Mau aku ingatkan lagi apa yang pernah kita lakukan di tenda pinggir sungai? Biar kamu nggak lupa kalau pas malam keakraban waktu itu aku menyentuhmu tanpa pengaman!" "El!" Nindya terperangah, kepalanya spontan menoleh ke kiri dan kanan lagi untuk memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. Sepi. Dia baru sadar kalau semua tim sudah berangkat, meninggalkan dirinya bersama Elang. Benar-benar sesuai rencana Elang."Cari siapa? Semua sudah pulang!""Kenapa mereka nggak menunggu kita?" tanya Nindya curiga.Elang menyeringai santai, "Karena aku bilang sama mereka semua kalau kita akan mampir ke rumah saudara Bu Nindya di Wonosari, ambil titipan buat dibawa ke Semarang!"
Baca selengkapnya
Sekeras Batu
"Tertarik dengan yang kamu lihat?" tanya Elang dengan raut brengseknya. Demi apapun juga, Elang menyukai mata Nindya yang jatuh di area pribadinya."Hah? A-pa?" Nindya tergagap dengan wajah bodoh. Ya ampun, bagaimana mungkin hanya dalam waktu singkat Elang mengubahnya menjadi ABG labil dengan pikiran mesum seperti ini? Elang melengkungkan bibirnya, setengah kesal pada wanita berkepala batu yang tidak mau mengakui rasa di hatinya. Namun, di sisi lain Elang juga menyukai sifat malu-malu yang jelas tidak cocok untuk wanita seusia Nindya. "Apa kamu selalu keras dengan perasaanmu?""Ya!" Nindya menjawab mantap dan juga galak. "Ck-ck," kata Elang manis, menegur seraya menggeleng ringan. "Kita hampir sampai, jika butuh dokter aku akan mengantarmu ke klinik sekarang!""Tidak, aku baik-baik saja. Aku akan segera tidur setelah kamu pulang!""Aku belum menjejakkan kaki di rumahmu dan sudah terusir dengan pasti.""El, jangan memb
Baca selengkapnya
Lepas Kendali
Nindya larut dalam kegilaan. Ingkar dengan statusnya sebagai dosen pembimbing Elang. Lupa kalau yang sedang mencumbunya sekarang adalah mahasiswanya sendiri.Dosen cantik itu bahkan tidak ingat dengan tunangan konservatifnya, tunangan yang tidak pernah membuatnya mengerang nikmat seperti apa yang sedang Elang lakukan. Daniel terlalu sopan dan formal, dewasa di usia hampir tiga puluh tahun. Selalu memperlakukan Nindya dengan lembut dan hanya memberikan ciuman kecil saat mereka bersama. Ciuman di kening dan pelukan sekedarnya untuk menunjukkan kedekatan.Tunangan Nindya itu memang tidak bisa dibandingkan dengan Elang, dia menjaga Nindya yang keras kepala dengan baik, dengan tidak menyentuh terlalu banyak sebelum mereka menikah. Daniel lebih menghargai sikap-sikap Nindya yang cenderung tidak menyukai laki-laki yang tidak bisa menghargai wanita seperti ayahnya. Daniel tampil manis agar Nindya merasa tidak sebagai obyek bagi hormon lelakinya.Nindya t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status