All Chapters of Gairah Bad Boy Salah Sasaran : Chapter 11 - Chapter 20
73 Chapters
Tukang Gombal
Ketua mapala selalu menekan semua anggota dengan kalimat, 'Bekerjalah secara profesional saat mengantar tamu di lapangan!'. Kalimat sakti yang membius semua anggotanya untuk lebih memperdalam skill, tujuannya adalah mendapatkan keamanan dan kenyamanan saat mereka kerja menjual jasa petualangan.Tidak terkecuali Elang, dia juga berusaha menjaga nama baik organisasi yang menaunginya baik sebagai anggota aktif di bawah mapala maupun sebagai salah satu atlet panjang dinding yang membawa nama kampus.Minggu lalu saat rafting, Elang sukses tidak mencampuradukkan urusan pribadinya bersama Nindya dengan profesionalisme di lapangan. Elang tampil sebaik mungkin sebagai penyedia layanan jasa kegiatan outdoor bersama teman-temannya.Namun, hal itu hanya terjadi pada saat kegiatan penyambutan mahasiswa baru jurusan teknik kimia berlangsung di lapangan. Saat kuliah reguler sudah dimulai, Elang juga memulai kehidupannya yang berubah jadi tak biasa.Setelah hari dimana Elang menjadi orang asing bagi
Read more
Setan Meresahkan
Sebenarnya, jantung Elang sedang berdetak keras, bukan karena olahraga memanjat dinding yang dilakukannya, tapi karena matanya baru saja bertabrakan dengan Nindya saat mengarahkan pandangan tanpa sengaja. Desiran aneh langsung menyapa hati Elang, ingatannya kembali ke pinggir sungai saat perempuan itu menamparnya. Bukan! Bukan bagian itu yang diingat Elang, tapi kelembaban Nindya yang membuatnya muntah hanya dalam beberapa celupan."Sial!" gerutu Elang pelan. Bahkan Vivian yang mengajaknya bicara masih tak mampu mengalihkan pikiran liarnya. Elang melepas semua perlengkapan panjat dinding yang melekat pada tubuhnya dan berbicara dengan Arga yang masih memegang tali karmantel. "Hari ini cukup kayaknya, Ga! Aku capek!"Arga mengedikkan kepala ke arah Vivian, "Bukan itu alasannya? Si Nangka?"Elang tertawa penuh makna yang hanya dipahami oleh Arga sebagai sesama pemuda durjana, "Jangan pernah membuang makanan, Ga!""Enak nambah, nggak enak cukup satu kali aja ya?" tanya tegas Arga menat
Read more
Friend With Benefit
Elang menggandeng tangan Vivian dan membawanya langsung masuk ke tempat pribadinya di lantai dua. "Aku tidur di sini," kata Elang misterius. Tangannya membuka pintu selebar-lebarnya setelah memutar anak kunci dan menurunkan handle pintu. "Masuk Vi, sorry berantakan!"Kamar berwarna biru langit, lumayan luas, dengan ranjang besar di tengah, rapi dan wangi adalah ruang favorit Elang untuk menghabiskan waktu selepas menyelesaikan kegiatan padatnya di kampus."Apanya yang berantakan?" gumam Vivian heran. Semua barang tertata apik di tempatnya."Aku mandi sebentar ya! Anggap kamar sendiri, Vi!" Elang pamit keluar kamar untuk membersihkan diri dari keringat latihan."Iya!" Vivian menjawab kikuk, masih mengamati kamar Elang dengan seksama. Dia tidak menyangka Elang adalah tipe cowok yang sangat bersih dan rapi. Vivian tadi sudah membayangkan akan menemukan ruangan pengap bau rokok dan berantakan ciri khas anak mahasiswa, terlebih aktivis mapala yang terkenal dekil dan jorok. Tapi yang ada
Read more
Buah Segar
Elang menatap jenaka pada wajah Vivian yang merona. Tidak meneruskan godaannya, Elang mengambil dan membuka kaleng minuman, menenggaknya perlahan sembari mengambil duduk di karpet.Sementara Vivian kembali menelan ludah melihat jakun dan leher Elang yang berkulit putih bersih. Entah sejak kapan dia merasa kalau Elang sengaja memancing dengan banyak bahasa tak terucap."Kok bengong? Kamu mau pulang sekarang?" tanya Elang memecah kesunyian dengan tawanya. "Nggak kak, tapi bingung mau ngapain!" Vivian mengerjap bodoh dan ikut tertawa garing, Elang terlalu blak-blakan saat bicara dan Vivian kehabisan kata untuk menyangkal keinginannya.Elang semakin terkekeh, "Mau nonton film? Atau mau bantuin aku garap laporan penelitian? Aku udah seminggu nggak bimbingan. Duduk sini!""Kenapa? Bukannya biasanya kamu rajin ya, Kak?" tanya Vivian heran. Meski kegiatannya banyak, Vivian mendengar gosip kalau Elang termasuk orang yang serius dengan urusan pend
Read more
Salah Nama
Elang terlalu menggoda untuk dilewatkan, terlalu manis untuk tidak dibalas, terlalu indah untuk diabaikan oleh Vivian. Dengan sedikit mengulum senyum Vivian membuka bibir untuk menyambut Elang dengan riang dan hati deg-degan. Bukankah terlalu mudah bagi Vivian untuk menaklukkan seorang Elang? Atau sebenarnya Vivian lah yang gampang dimiliki Elang hanya dengan bermodal rayuan?Vivian tidak begitu peduli dengan kalimat sakti bernama cinta setelah diberi waktu untuk berpikir, baginya memiliki Elang itu sebuah prestasi tersendiri. Baik hanya sesaat, sementara atau hanya dalam sekejap mata. Soal bagaimana caranya itu urusan pribadi.Nafas Elang kembali menyapu wajah vivian yang merona dengan hangat, dan Vivian memilih memejamkan mata setiap membalas pagutan Elang pada bibirnya. Vivian mengosongkan kepalanya, lalu mengisi penuh dengan sosok Elang yang sedang menghisap bibirnya.Vivian menahan suara yang hampir keluar dari mulutnya. Dia mendongak tanpa
Read more
Berkah Untuk Elang
Elang berhenti sebentar, memberikan waktu pada Vivian untuk menikmati gelenyar di seluruh tubuhnya. Beruntung Vivian tidak sadar dengan nama yang hampir disebut Elang. Pemuda itu tersenyum menawan menyaksikan wajah merah Vivian yang memasang ekspresi mengundang.Elang membuka laci meja di samping ranjang untuk mengambil pengaman. Dengan giginya, Elang membuka bungkus plastik kecil yang baru diambil, lalu dengan sigap memasang isinya pada gairah prianya yang sudah tegak menantang.Lateks adalah teman dekat Elang, dia tidak akan lupa menggunakan karet pengaman itu saat menyentuh area pribadi wanita.Bagi Elang, motto para mapala yang berbunyi 'safety first than go wild' tidak hanya berlaku saat berkegiatan di alam bebas, tapi juga saat berpetualang di atas tubuh perempuan.Elang tidak ingin konyol dengan menghamili anak orang di saat masa pendidikannya masih berlangsung. Senang-senang yang tidak beresiko menikahi adalah tujuannya. Gaya yang diterapk
Read more
Berkas Sialan
Elang berjalan ke luar tanpa menurunkan pandangan pada wanita yang menunggunya di depan pintu sambil membaca berkas. Berdiri sendiri masih dengan pakaian yang sama seperti saat Elang melihatnya di kampus tadi.Melihat Elang datang menghampiri, Nindya tersenyum tipis dan mengangguk perlahan. "Saya ada perlu!""Silahkan masuk!" Elang menunjuk ruangan dengan sofa hijau. Dia baru duduk setelah Nindya mengambil tempat di hadapannya, berbatasan dengan meja yang lumayan lebar. "Sorry mengganggu! Saya tidak akan lama," ujar Nindya kikuk. Dia menatap di bawah mata Elang untuk menghindari kontak langsung.Elang menjeda pertanyaan yang hampir terlontar pada dosennya karena Vivian sudah berada di ujung tangga. "Sebentar ya, Bu!" Elang keluar ke teras untuk menelepon, memesan taxi untuk Vivian."Bu Nindya sama siapa?" sapa Vivian berusaha tetap ramah meski hatinya kesal dan panas. "Tumben!"Nindya membalas keramahan Vivian dengan s
Read more
Terperangkap
Nindya memperhatikan langkah Elang dengan nafas lega, ternyata tidak sulit untuk mendapatkan tanda tangan mahasiswanya. Matanya masih tak lepas pada sosok yang akhirnya menghilang masuk ke ruangan lain di lantai atas. Nindya hanya perlu menunggu beberapa saat sampai pemuda itu turun kembali dan menyerahkan berkas yang sudah ditandatangani padanya.Rasa kecewa karena Elang sudah melupakan malam panas di tenda bersamanya, ditepis Nindya berulang kali. Bukan salah Elang, dia yang menginginkan Elang untuk tidak mengingat kejadian itu. Nindya pribadi yang ingin menjauh dan takut terlibat perasaan atau punya hubungan khusus dengan Elang di kemudian hari. Meski ujungnya dia justru merasa sakit hati sendiri.Nindya mulai mengeluh dan tidak sabar, lima menit yang terlewat terasa sangat lama. Bukan hanya lima menit, Nindya bahkan sudah menunggu selama lima belas menit untuk sebuah tanda tangan yang bisa dilakukan dalam hitungan detik! Sang dosen cantik menahan mara
Read more
Hanya Nonton?
Mata Nindya makin melotot ke arah Elang yang tidak berhenti memasang segaris tipis senyum di bibirnya. Dia masih tidak percaya kalau berkas yang tadi dibawa Elang ke kamar masih sama persis seperti saat diberikannya. Nol tanda tangan."Kenapa ini belum ada tanda tangannya?" tanya Nindya waspada, menyadari Elang sama sekali tidak melepaskan tatapannya sedikitpun."Aku lupa … tadi langsung lanjut nonton film. Aku bisa menandatanganinya besok lalu menyerahkan sendiri pada kajur," jawab Elang santai. Membuang formalitas, menyebut dirinya dengan kata aku."Kamu nggak sadar? Aku menunggu di ruang tamu seperti orang bodoh dan kamu malah menonton film tanpa merasa bersalah sedikitpun? Apa kamu masih punya otak?" sarkas Nindya. Kedua tangannya melipat di depan dada setelah membanting berkas kembali ke atas meja, matanya melebar tidak terima. Elang memegang kepalanya dengan ekspresi serius lalu tergelak sendiri setelah mengetok dan menunjuk rambut yang men
Read more
One Kiss
"Why not? Ciuman bukan hal wajib dalam sebuah hubungan."Membayangkan bibir Elang menyentuh pipinya saja sudah membuat kulit wajah Nindya terbakar, apalagi jika mereka saling menghisap? Sudah cukup satu kali Elang menciumnya saat mulutnya berbau alkohol, tidak akan pernah terulang lagi. Itu adalah janji yang diam-diam menyiksanya karena takut akan segera mengingkarinya sebentar lagi.“Enough with the bullshit, tidak ada orang dewasa yang tidak melakukan ciuman, Nindya!” Elang mendekati Nindya, merapatkannya pada meja dan menunduk tak peduli dengan keadaan. Sibuk dengan pikiran-pikiran tak pantasnya, Nindya menilai kalau pemuda di depannya ini memang agak gila, tidak memiliki hati dan perasaan. Dia menoleh cepat agar bibir Elang tidak jatuh di tempat tujuannya, tapi menempel lembut pada pipinya yang sedang merona.Nindya gemetar, hanya seperti itu saja dadanya sudah sesak dan hampir meledak. Bagaimana jika yang terkena kecupan Elang barusan adalah
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status