Semua Bab Aku Jadikan Kau Ratu: Bab 21 - Bab 30
87 Bab
Tidak Saling Kenal, Itu Lebih Baik!
Hari itu adalah hari pertama Darren bekerja. Lebih beruntung lagi ia diperbolehkan untuk tinggal di sana. Darren menempati paviliun. Tidak hanya sebagai tukang kebun, Darren dipekerjakan untuk mencuci mobil Bagas serta membantu Inah mengangkat barang berat. Tidak masalah, yang terpenting bisa memantau Thalita, pikirnya. Darren memulai hari dengan mencuci mobil Bagas. Setelah satu jam berkutat, pekerjaan itu akhirnya selesai. "Kerjamu bagus, rapi dan bersih," puji Bagas, kemudian masuk ke dalam mobilnya dan tancap gas.Darren melihat Thalita sedang menyiram bunga mawar. Gegas ia menghampiri. "Biar saya saja, Nyonya," kata Darren. Thalita menoleh ke arah suara dan melihat kanan-kiri memastikan tidak ada orang lain di sana. "Kamu siapa sebenarnya?"Darren tersentak, tetapi mencoba untuk bersikap tenang. "Maksud Anda apa, Nyonya?"Bukannya menjawab, Thalita justru balik bertanya, "Tolong jawab jujur. Kamu siapa?"Darren tersenyum. "Nama saya Doni, Nyonya."Tanpa kata, Darren menyamb
Baca selengkapnya
Aku Selalu Ada Untukmu
Siang berganti malam. Waktunya Darren beristirahat dari segala aktivitas.Segala rencana sedang Darren susun. Mulai dari mengikuti Bagas ke mana pun ia pergi sampai mengawasi Thalita di dalam rumah. Agar semuanya berjalan lancar, Darren sudah memutuskan akan meminta bantuan Inah. Pun dengan demikian ia harus membuka siapa jatidirinya. "Tapi, untuk membuntuti ke mana Bagas pergi tentu saja butuh akomodasi. Motor? Gak punya. Mobil? Apalagi. Duuuhhh!"Darren meraih ponsel yang ia simpan di atas kasur. Seingatnya masih ada tabungan dan masih cukup untuk membeli sebuah sepeda motor."A-apa ini?" Mata Darren membulat sempurna ketika melihat nominal tabungan yang tertera. Pasti ada yang salah, pikirnya. Ya, saldo yang tertera di sana mencapai hampir satu milliar. Gegas Darren mengecek mutasi rekening. Degh! "Tidak mungkin! Apa maksud semua ini?"Di sana sangat jelas tertulis nama pengirim 'Sadewo' dengan isi note 'Tanda maaf'. Darren mengangkat kedua pundaknya. Merasa ngeri. Ia takut t
Baca selengkapnya
Darren --Sang Detektif
Malam sudah berganti pagi. Darren sudah meninggalkan rumah Bagas sedari subuh. Menaiki ojek online, pria itu kembali ke kosan yang ia tempati dahulu. Di sana masih tersimpan sebagian pakaian dan barang-barang miliknya yang lain. Pun dengan masa sewa yang masih tersisa beberapa bulan lagi, itu yang membuat ia enggan untuk membawa semua barangnya ke rumah Bagas. Darren menyusun jadwalnya hari itu. Pergi ke bank, membeli motor serta beberapa CCTV portable, menemui Sadewo dan mengintai Bagas. Jam yang melingkar di tangan sudah menunjuk angka delapan. Gegas Darren mengenakan kaos yang di dobel dengan jaket, dilengkapi dengan topi, masker dan kaca mata. Sesuai rencana awal, Darren berangkat ke bank. Setelah melakukan transaksi di bank, Darren bergegas ke showroom motor. Tidak perlu waktu lama, satu unit motor matic sudah menjadi hak milik. Ada sisa waktu satu jam tiga puluh menit lagi untuk dirinya menemui Sadewo. Di perjalanan menuju PT. Aji Jaya Grup, Darren singgah di sebuah toko. Pe
Baca selengkapnya
Semua Demi Kamu
Benar, dengan apa yang dikatakan seorang office girl itu. Bagas ke luar dari hotel dua jam kemudian. Pun dengan ponsel sudah dalam genggaman Darren kembali. Lagi, Darren mengikuti ke mana Bagas pergi. Beruntung, ternyata Bagas kembali ke kantor dan dengan demikian, Darren bisa memasang CCTV di rumah Bagas dengan tenang. Darren kembali ke kosan. Ia menyalin rekaman pada laptop. Lekas, perangkat lunak itu disimpan ke dalam lemari. Setelah dirasa aman, Darren merapikan barang yang ia beli untuk dibawa ke rumah Bagas. Berdiri di depan cermin menatap wajah asli membuat Darren betah. Ya, bagaimana tidak? Memakai kumis dan jenggot membuat wajahnya lengket karena lem. Belum lagi dengan taburan make-up di sekitar mata. Darren menghela napas. "Baiklah, Darren si ganteng, akan berubah menjadi Doni si ... ya, tetep ganteng'lah."Celoteh yang ke luar dari mulut Darren menjadi teman sendiri selama merias wajah. Ponsel Darren berbunyi. "Helena," gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar
Baca selengkapnya
Pantas Untuk Bahagia
Thalita meminta kepada Darren untuk tidak mencampuri urusan rumah tangganya. Ia tidak mau Darren terlibat masalah yang lebih dalam lagi. Sudah cukup satu kali Thalita melakukan kesalahan dengan melibatkan Darren yang mengakibatkan masuknya Darren ke dalam penjara. "Jika Bagas berubah, Kakak mundur!" tegas Darren. "Bagas memang seperti itu, Kak.""Itu gimana? Gila? Tidak waras?"Thalita hanya bisa diam. Pikirannya berkecamuk. Ketika melakukan dengan orang lain, Bagas menikmati bahkan terkesan memuaskan pasangan, tetapi dengannya jangankan memuaskan yang ada hanya menyakiti. Tidak hanya hati yang sakit karena dipaksa menikah, tetapi raga ikut menjadi korban. "Tapi, aku bahagia.""Bohong!""Terarah Kakak!" Thalita memilih pergi. "Kakak akan tetap di sini sampai Kakak melihatmu benar-benar bahagia!" teriak Darren karena Thalita sudah menjauh.Senang. Thalita tidak memungkiri itu. Pun tidak menampik jika dirinya merasa aman dengan hadirnya Darren. Thalita bermonolog, "Terima kasih, Ka
Baca selengkapnya
Kencan Ala Helena
Setelah tiga jam menunggu, akhirnya Darren kembali dengan membawa dua majikannya pulang. "Kenapa mamamu sampai bilang 'jangan sakiti' Thalita? Kamu mengadu, hah?!" tanya Bagas. Thalita mendengkus. "Seorang ibu pasti akan meminta hal yang sama kepada setiap menantu laki-lakinya. Meskipun sang menantu tidak berbuat seperti itu!""Aku tidak percaya!""Terserah!"Bagas menekan kedua pipi Thalita dengan satu tangannya."Oh, jadi kau sudah berani, ya? Tidak takut ancamanku rupanya!"Darren dengan jelas mendengar perdebatan keduanya mengintip melalui spion. Tidak terima Thalita diperlakukan seperti itu, Darren melakukan tindakan. Tin! Tin! Tin! Darren terus menekan klakson seolah-olah di depan sana ada yang menghalangi laju mobil dan ... Ciiitt! Darren menginjak rem secara mendadak membuat Bagas terjerembab jatuh dari kursi. Tentu saja ia melakukan itu dengan perhitungan dan yang terpenting baginya Thalita mengenakan sabuk pengaman. Bagas yang tidak memakai, sudah dipastikan akan seper
Baca selengkapnya
Di Luar Dugaan
Di perjalanan pulang, Helena masih setia dengan bibir mengerucut. Darren bersikap acuh dan tidak peduli sama sekali dengan keadaan wanita itu. Darren hanya ingin cepat sampai karena Bagas ada di rumah, takut terjadi hal tidak diinginkan menimpa Thalita. "Nanti ajak lagi aku main ke sana, ya?" rengek Helena. "Oke!"Helena mendengkus dan melipat kedua tangannya di dada. Ia merasa kesal karena hanya jawaban itu yang ke luar dari mulut Darren. "Kau tidak bertanya padaku?""Tanya apa?" Darren balik bertanya tanpa menoleh. Helena mendelik. "Iiiih ... tidak jadi!"Darren mengangkat kedua pundaknya. "Ya, udah."Sesungguhnya Darren tahu jika Helena sedang merajuk dan ingin dirinya merayu. Akan tetapi, semua itu tidak akan Darren lakukan karena dirinya tidak akan membiarkan Helena terlalu nyaman dengannya. Mobil melesat memecah keramaian ibu kota. Tidak ada kata dari keduanya. Hanya lolongan klakson yang terdengar dan para seniman jalanan yang terlihat hilir mudik berpindah dari mobil satu
Baca selengkapnya
Sakitnya Thalita
Setelah Darren pulang, Angelina mengunci diri di kamar. Tangisnya pecah. Namun, seketika ia mengusap air matanya. Wanita paruh baya itu tidak akan tinggal diam. Ia meraih tas serta kunci mobilnya. "Mau ke mana?" tanya Abimanyu, ketika istrinya menuruni anak tangga. "Jemput Thalita!" jawab Angelina dingin. "Tunggu!" Abimanyu mencekal lengan Angelina. "Jangan lakukan hal bodoh! Pemuda itu bisa saja membohongi kita!" lanjut Abimanyu. Angelina menarik lengannya. "Tidak! Hatiku berkata benar. Putri kita sedang kesakitan di sana!"Angelina melanjutkan langkahnya. "Jika tetap pergi, aku pastikan kau tidak bisa melihat lagi putrimu!"Angelina menghentikan langkah dan berbalik. Sorot matanya tajam penuh dengan kebencian."Kau mengancam?" tanya Angelina. "Kau tau persis bagaimana aku. Sekadar ancaman atau bukan tentu kau bisa membedakannya!"Angelina mendekati Abimanyu, kemudian berkata, "Kau tak ubahnya seperti ayah tiri yang tidak menginginkan kehadiran anak tirinya!"Bibir Angelina be
Baca selengkapnya
Amarah Bagas
Pagi menjelang. Thalita sudah membaik. Hanya saja masih terlihat lemas dan wajah pucat pasi masih tergambar jelas. "Sarapan dulu, Nyonya," tawar Inah, sambil menyimpan semangkuk bubur di atas nampan. "Iya, terima kasih, Bi. Oh, iya, apa Bagas sudah berangkat ke kantor?"Inah menepuk kening. "Sepertinya belum bangun, deh, Nyonya.""Loh, memangnya dia tidur di mana?"Inah tampak ragu untuk menjelaskan. Namun, akhirnya Inah bercerita tentang semua yang sudah terjadi. Thalita bergeming. Inah menggenggam tangan Thalita. "Jujur, Bibi senang dengan hadirnya Nak Darren di sini."Thalita menatap Inah. "Bibi sudah tau dia siapa?""Iya, dia sendiri yang bercerita karena misinya di sini yang tak lain ingin melindungi Nyonya. Andai saja suami Nyonya itu dia."Thalita tersenyum samar. "Tapi, takdir berkata lain, Bi."Inah menyudahi pembicaraan karena melihat Thalita murung. ART itu memilih membujuk Thalita untuk makan. Inah bernapas lega karena sang majikan menerima suapan darinya. Brak! Daun
Baca selengkapnya
Kritis
"Stop!" teriak Helena, saat turun dari mobil. Ya, rupanya keluarga Sadewo dan Abimanyu turut ke rumah Bagas. "Hentikan, Kak!" Helena kembali berteriak karena Bagas tetap brutal. Sadewo dan Abimanyu melerai. "Pergi kau dari sini! Dasar pengganggu!" teriak Bagas. Tanpa bicara, Darren masuk ke paviliun hendak membereskan pakaiannya dan barang lainnya. "Uhuk! Sialan! Tunggu saja saat itu tiba, Bagas. Aku pastikan Thalita jatuh ke tanganku!"Pakaian dan barang lainnya sudah masuk dalam koper. Darren menaiki motornya di saksikan oleh Sadewo dan lainnya. "Ada ap-" Rupanya Thalita dipapah oleh Inah melihat situasi di luar karena mendengar kegaduhan. Thalita tercengang melihat kondisi Darren. Tidak ia pungkiri bahwa hatinya terasa sakit. Ingin rasanya ia menangis. "Sayang, kamu sakit apa, Nak?" tanya Abimanyu, menghampiri memecah perhatian Thalita. "Lita baik-baik saja, Pa," jawab Thalita santai.Darren melihat interaksi ayah dan anak itu, lalu berkata, "Tuan Abimanyu, jika Anda tida
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status