Semua Bab Terpaksa Menikahi: Bab 41 - Bab 50
77 Bab
bab 41
"ini!""Ini""Dan Ini!""Semua dicoba."Bastian menunjuk beberapa baju di sebuah butik ternama. Di belakangnya seorang karyawan dengan sigap mengambil gaun-gaun yang Bastian mau.Vio yang melihat kelakuan Bastian hanya menggelengkan kepala sambil berdecak."Ck.. ck... ck.. Macam sultan.""Aku memang sultan. Cepat ganti!" perintah Bastian narsis, duduk di kursi tunggu."Mari Nyonya.." sang karyawan mempersilahkan."Baik," ucap Vio mengikuti."Apakah aku benar-benar harus mencoba semuanya?" tanya Vio melirik baju-baju yang di bawa beberapa karyawan butik itu. Di ruang ganti."Tidak kok, Anda hanya perlu coba yang ini." ucap pemilik butik mengambil satu gaun ."Aaaa...."Vio mengambil gaun berwarna peach itu. lalu mencobanya. Vio menatap pantulan diri di cermin. Gadis itu menggigit bibirnya,"Anda cantik sekali Nyonya,"puji sang pemilik butik itu."Baju ini sanga
Baca selengkapnya
bab 42
Dalam perjalanan pulang Vio duduk termenung di dalam mobil disisi suaminya."Aku memang bukan apa-apa tanpa nya. Melihat bagaimana mereka menjilat membuat aku sadar. Lucu sekali. Bagaimana bisa hidupku seperti ini. Entah bagaimana nantinya jika dia meninggalkanku. Saat ini aku sudah berhutang banyak padanya," pikir Vio menyenderkan kepalanya di dada Bastian.Bastian menoleh, merasa Vio bersandar padanya, senyumnya mengembang. Diusapnya kepala Vio dan mengecup pelan punca kepalanya. Vio mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Bastian.Pria itu tersenyum dan mendekatkan wajahnya. mencium bibir milik Vio. Vio menyambutnya. Menyesap pelan bibir Bastian. Fang yang duduk di depan melirik kecil dan menutup pembatasnya. Memberi tuan dan nyonya-nya privasi.Sesampainya di vila, Fang kembali melirik ke belakang. Walau tak terlihat, Sepertinya dia tau apa yang terjadi di belakang sana.'Baiklah. Jalan lagi saja. goncangannya sampai di sini. Jika tib
Baca selengkapnya
bab 43
"Aauuu...""Aaauuuu...""Sakit vi.. Bisa pelan sedikit tidak?"rengek Nino.Vio yang merasa bersalah pada Nino karena suaminya sudah membuatnya babak belur begini. Mau tak mau ikut Nino pulang dan merawat luka-luka Nino."Bagaimana kalian bisa bertengkar?"tanya vio yang masih merawat wajah Nino yang luka."Aku tidak tau. Dia tiba-tiba menggebrak lalu memukuliku," jawab Nino berbohong.Vio terdiam. Mengingat perangai Bastian yang marah tiap melihatnya dekat dengan seseorang membuatnya percaya pada Nino."Tapi, dia tak pernah memukul orang selama ini. Apakah ada pemicu lain, atau karena aku selalu menenangkannya, jadi aku tak tau sifat asli Bastian?" batin Vio bermonolog."Sudah,"ucap Vio menutup kotak p3k setelah menyelesaikan merawat luka Nino."Aku pulang dulu," Vio beranjak dari duduknya, mata Nino mengikuti wajah Vio yang bergerak naik.Tangan Nino terulur menahan lengan Vio. Vio menatap tang
Baca selengkapnya
bab 44
Bastian mondar mandir di depan gerbang vilanya."Kenapa dia tidak kembali? Ini sudah satu jam." Kesal Bastian menendang kerikil di depannya.Bastian marah, sangat marah, bagaimana bisa istrinya justru memilih pergi dengan lelaki lain dan meninggalkannya seperti ini."Baiklah! Aku tidak akan menunggu lagi. Tidak usah pulang kalau begitu!"Bastian masuk ke dalam vila nya, mencoba meredam hawa panas di hatinya. Bastian akhirnya memilih berendam saja. Selama berendam pikiran Bastian tak lepas dari istrinya. Entah kenapa otak nya selalu berfikiran buruk, Saat dia berendam, membayangkan Vio juga sedang berendam dengan Nino. Bastian memukul air di depannya saking kesalnya. Setelah berendam selama satu jam. Bastian keluar dari kamar mandi. Melihat ponselnya. Tak ada pesan ataupun telpon dari Vio."SIAALLL!" umpatnya menendang ranjang, Namun justru betisnya yang terpentok. Bastian memegangi betisnya yang sakit."Aduh!! Aduh! adu
Baca selengkapnya
bab 45
Bastian tengah berbaring tengkurap, dengan tubuh bagian atas yang terlihat terbuka, membiarkan kulit indahnya terbuka merasakan dingin yang mulai mencair oleh hangatnya kamar itu."Eennaaakk... Sekali...." ucap Bastian merem melek."Sudah! Aku lelah!" pinta Vio dengan keringat yang bercucuran di wajahnya."Em... emm... eemmm... Aku belum puas!" tolak Bastian dengan wajah menang."Uuuuggghhh....." Vio kembali melanjutkan memijit Bastian.Sudah hampir dua jam pria itu minta di pijit dan di urut. Tentu saja tangan Vio pegal setengah mati. Mungkin malah sudah mati rasa. Padahal Vio pikir waktu Bastian meminta melayaninya, untuk hal lain, Ehem.. Ehemm.."Ternyata memijit pun termasuk dalam kategori melayani" batin Vio."Aku menyerah! Aku sudah tak kuat!" rintih Vio menjatuhkan tubuhnya di samping Bastian dengan terlentang. Bastian menoleh melihatnya"Haaaaaahhh.... Tanganku sudah kebas.""Vio! Aku
Baca selengkapnya
bab 46
Di ruang meting kecil.Morena duduk dengan percaya diri sepaket berkas tertumpuk di depann ya. Wanita itu menunggu dengan sabar, Rena mengambil kaca dan lipstiknya, memoles lagi bibirnya agar makin merona."Sempurna!" pujinya sedikit mengerutkan bibirnya lalu memisahkan bibir bawah dan atasnya dengan seksi.Rena memasukan lagi kaca dan lipstiknya ke dalam tas bahunya. Melihat seluruh ruangan meting kecil. Walau kecil ruangan itu tetap mampu menampung setidaknya 15-20 orang.Rena saat itu memakai pakaian yang sedikit terbuka, baju terusan berwarna krem tanpa lengan yang memperlihatkan belahan dadanya bagian atas, dengan dipadankan dengan jaket blazer warna coklat.Rena membenarkan dadanya agar sedikit terangkat dan makin padat. Lalu kembali pura-pura membuka-mbuka berkasnya.Tak lama kemudian,pintu ruang metting di buka oleh Fang. Dengan wajah senang Rena menoleh, Dia sedikit kecewa karena Fang yang masuk bukan Bastian.
Baca selengkapnya
bab 47
Sore itu, Vio pulang lebih awal. Setelah selesai membersihkan diri, Vio mengunjungi dapur. Vio ingin membuat makan malam sendiri untuk nya dan suaminya. Setelah semua selesai dalam dua jam, Vio menunggu di balkon yang dapat melihat ke arah pintu utama. Agar bisa melihat bila suaminya pulang.Vio bersenandung, sambil menatap langit yang mulai berubah warna pada pekatnya malam. Dengan senyum kecil di wajahnya.****Rena terperanjat ketika dia keluar dari salon sebuah mobil mewah menantinya, dengan seorang supir yang menunduk hormat padanya. Tentu itu sukses membuatnya makin melambung tinggi.'Astaga! Pelayanan apa ini? Begini kah bila bisa mengambil hati Tuan Bastian? Luar biasa. Akan lebih baik bila bisa menjadi istrinya. Vi kau pasti sangat makmur sekarang yaa? Tapi itu tak akan lama, berlian seperti Bastian tak akan ku lepas!' Pikir Rena dengan senyum kepedean nya.Rena memasuki mobil itu. Yang lalu bergerak membelah jalanan. Menuju
Baca selengkapnya
bab 48
Malam itu Vio masih menunggu di atas balkon. Menatap pintu utama yang tak juga menunjukkan Suaminya datang. Vio menghela nafasnya, melihat jam di ponselnya. Sudah pukul 8 malam, dan masih tak ada pesan atau telpon dari Bastian.Vio menghela nafasnya."Tak biasanya dia belum pulang jam segini. Juga tidak menghubungi," gumam Vio.Dia mencari kontak Bastian, mengetik pesan, lalu terdiam, dia hapus lagi. Begitu berulang."Haaahhh.... Sudahlah. Mungkin dia memang sibuk."****Bastian meninggalkan Club Pasific dengan Rena yang masih histeris dikerubungi oleh pria-pria berwajah beringas bin mesum diruangan private itu. Bastian tidak perduli apa yang Rena pilih, semua tidaklah penting bagi nya. Dia hanya ingin memberi wanita laknut itu pelajaran.Bastian sedang dalam perjalanan kembali, menatap keluar jendela dengan memangku wajahnya.Fang yang saat itu sedang menyetir, menerima panggilan."Kabur?" suarany
Baca selengkapnya
bab 49
Kenapa? Aku merasa di hianati? Kenapa aku bahkan tak rela? Hutang pribadi yang tak bisa di wakilkan? Hutang macam apa itu? Hutang pribadi.....Tak terasa bulir bening keluar dari netra Vio yang indah. Bastian yang sedang menikmati aktifitasnya menyesapi kulit dada Vio, mengangkat kepalanya. Melihat istrinya yang sedang menangis saat sedang pemanasan. Membuat hatinya tercenung."Apa yang tidak nyaman? Bagian mana yang sakit?" tanya Bastian dengan cemas menatap wajah Vio.Vio menunjuk bekas merah yang tepat berada di dadanya, tepat di mana hatinya terletak. Bastian terkesima. Dia menelan ludahnya.Apa aku terlalu bersemangat?Bastian mengusap pelan pada bagian yang Vio tunjuk, lalu mengecupnya dengan lembut."Maaf...."Bastian bangkit dan duduk di pinggiran ranjang. Menghisap dalam-dalam udara."Tenanglah junior.... Tenang! Jangan memaksakan....."Vio menyentuh bibirnya, yang bergetar. Dia menggigit kecil
Baca selengkapnya
bab 50
Vio membuka matanya, Sejak hari itu, kedua anak manusia itu jadi lebih sering melakukannya. Hampir setiap malam Bastian memintanya, ada saja alasan dan sikapnya untuk menuntut.Vio meraba ruang disampingnya. Kosong! Tak ditemukannya Bastian di sana. Hanya ruang kosong saja.. Vio berjalan menuju kamar mandi, membersihkan dirinya.Seusai membersihkan diri Vio berjalan keluar dari kamar, rumah itu tiba-tiba serasa sepi. Tak ditemukannya seorangpun disana. Vio merasa begidig kengerian. Bayangkan saja, rumah sebesar itu tak ada penghuninya. Hanya dia seorang.Di dapur terdengar suara gaduh, juga aroma yang entah apa. Vio mendekat, dilihatnya dapur yang berantakan. Dan Bastian yang sedang memasak entah apa."Apa yang sedang kamu lakukan suamiku?" tanya Vio mendekat.Bastian menoleh dengan sedikit kaget."Memasak.""Apa yang kamu masak?"Bastian hanya melirik masakannya yang acakkadut dan setengah gosong itu. Lalu berp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status