Semua Bab Istri Kedua Tak Berarti Pelakor: Bab 61 - Bab 70
112 Bab
Temukan Istrimu
“Kamu sudah sehat, Hayati?”“Sudah lebih baik, Pak,” jawab Hayati. Hari ini dia sudah kembali ke café untuk bekerja. Tio, Manager cafe memastikan Hayati siap untuk beraktivitas. Kalau di lihat, Hayati memang sudah segar dari sebelumnya yang terlihat begitu pucat.Hayati dan pekerja lainnya mendapat arahan dari Tio, dimana Hayati kebagian tugas mencatat pesanan tamu. Pukul sepuluh pagi, café sudah buka dan siap melayani tamu. Hayati dan semua tim sudah siap di posisinya.Saat pagi, pengunjung memang tidak seramai jam makan siang atau sore sampai malam hari. Biasanya hanya pengunjung yang memesan minuman dan cemilan atau bahkan hanya segelas kopi. Ketika jam makan siang, café akan ramai bahkan kadang semua meja terisi. Seperti saat ini, Hayati mulai disibukkan dengan mencatat pesanan.“Hayati, meja lima belum dilayani,” titah Tio.Hayati mengangguk lalu menuju meja yang dimaksud. Menyapa dan menanyakan pesanan lalu mencatatnya, tidak jarang pengunjung menanyakan rekomendasi dari Hayati.
Baca selengkapnya
Kamu Pikir Aku Tidak Tulus
Brak.Rangga melemparkan ponselnya ke atas meja, lalu bersandar pada kursi dengan kepala menengadah menatap langit-langit ruang kerjanya. Lagi-lagi laporan dari orang yang dia sebar untuk mencari Hayati tidak membuahkan hasil.Hayati seperti ditelan bumi, tidak ada kabar dan kejelasan keberadaannya. “Hayati, dimana kamu?” gumam Rangga.Ponsel yang tadi dilempar Rangga bergetar dan berdering. Rangga masih mengabaikannya, tapi ternyata kembali berdering. Sepertinya hal penting karena orang tersebut berkali-kali menghubungi. Akhirnya Rangga mengambil ponsel, ternyata Adam Harsa ayahnya yang menghubungi.“Halo, yah,” ujar Rangga saat menjawab telepon dari ayahnya.“Rangga, temui ayah siang ini. Ada yang perlu kita bicarakan,” titah Adam di ujung telepon.“Oke,” jawab Rangga. Tidak ingin menolak permintaan Ayahnya.Siang hari , tepatnya saat waktu makan siang Rangga menemui Ayahnya. Mendatangi perusahaan yang masih dipegang langsung oleh Adam. Ternyata bukan hanya Adam yang menunggu kehadi
Baca selengkapnya
Kecurigaan Rangga
Isna menatap gedung dihadapannya, pengadilan agama. Sesuai dengan surat panggilan dimana hari ini adalah sidang pertama perceraiannya dengan Rama. Sebenarnya jika ingin proses perceraian mereka cepat selesai, Isna tidak perlu datang. Tapi Isna sengaja datang sesuai surat panggilan karena dia masih berharap Rama mengurungkan niatnya.Proses mediasi pun tidak berjalan dengan baik. Karena Rama selalu menolak saran terkait memperbaiki hubungannya dengan Isna.“Rama,” panggil Isna saat melangkah keluar dari kantor pengadilan agama.Rama menoleh tanpa menjawab, “A-aku ingin kita pikirkan lagi rencana perpisahan ini.”“Ini tidak direncanakan. Aku tidak pernah menduga kita akan sampai di sini, tapi aku tidak sanggup kalau kita lanjutkan pernikahan ini.” Rama meninggalkan Isna yang masih terpaku menatap punggung Rama yang semakin menjauh.“Tapi aku tidak ingin bercerai denganmu, maafkan aku Rama,” gumam Isna.Rama yang kalut melajukan mobilnya bukan ke kantor, tanpa sadar dia sudah mengarah ke
Baca selengkapnya
Dibuang Oleh Hayati
“Jangan-jangan Rama tahu dimana Hayati,” gumam Rangga. Dia ingin mengejar Rama tapi urung, karena sedang berada di tengah pesta dimana saat ini hanya sebagai tamu.Rangga terus memperhatikan gerak-gerik Rama, akhirnya memutuskan untuk pulang dan menghubungi anak buahnya untuk mengikuti dan mengawasi Rama. Rangga yakin jika Rama mengetahui sesuatu tentang Hayati.Dari apa yang disampaikan oleh Rama jelas, bisa disimpulkan kalau pria itu benar-benar mengetahui tentang Hayati. Bahkan sempat menyinggung kalau Hayati lebih baik tidak bertemu dengan dirinya.“Shittt, untuk apa Hayati malah menemui pria itu. Apa karena mereka pernah terikat hubungan suami istri?”Sedangkan di tempat berbeda, tepatnya di mana Hayati berada. Sedang bersama Mae di salah satu pusat perbelanjaan. Awalnya Hayati hanya ingin menemani Mae, akhirnya Hayati ikut berbelanja beberapa potong pakaian. Mengingat perutnya yang mulai membuncit dan beberapa bagian tubuhnya yang menyesuaikan karena kondisi hamil.“Hm, bilang n
Baca selengkapnya
Kamu Sakit?
Rangga bergeming mendapat pertanyaan yang menohok mengenai Hayati. Tidak ingin berdebat dengan Renata karena itu adalah yang diinginkan oleh Renata. Terpancing emosinya karena kepergian Hayati.“Katamu Hayati adalah sosok perempuan yang pas sebagai seorang Ibu. Mana buktinya, dia pergi tinggalkan kamu ya?”Rangga fokus pada ponselnya. Sesekali menatap ke arah ranjang, dimana Aska sedang tertidur.“Atau Hayati sudah sadar kalau kamu hanya memanfaatkan dia, terlalu bodoh dan polos,” ujar Renata.“Sebaiknya kamu diam atau bibir kamu itu tidak bisa lagi digunakan untuk menyinggung atau melukai perasaan orang lain. Aku dan Hayati perlu waktu untuk tetap waras dalam menjalani hubungan. Karena kami percaya tidak mudah untuk mempersatukan keluarga. Itu masalah kami, bukan seperti yang kamu katakan tadi.”Malam semakin larut, Renata sudah tertidur di bed khusus penunggu pasien. Rangga sendiri masih berada di sofa. “Aku yakin akan Hayati dan kami akan bahagia pada waktunya.”***“Kamu jaga Aska
Baca selengkapnya
Dilemanya Rangga
“Nggak, aku bukan sakit. Tapi sejak tadi pagi, perutku rasanya tidak nyaman,” jujur Hayati.“Kita ke rumah sakit,” ujar Rama langsung melajukan kembali mobilnya.Hayati hanya bisa berpegangan erat karena Rama agak cepat mengemudikan mobilnya, tidak sampai dua puluh menit mereka sudah tiba di rumah sakit.“Apa masih bisa ditahan? Kalau tidak kita ke UGD saja?”“Bisa Mas. Jangan ke UGD, aku mau ke poli saja.”Hayati melepas seatbelt lalu keluar dari mobil Rama, seharusnya bukan Rama yang menemaninya begini. Rangga, yang lebih tepat mendampinginya. Kalaupun Hayati tidak pergi, Rangga pasti akan tetap melaksanakan kewajibannya dan bertanggung jawab pada dirinya juga calon anak mereka. Tapi situasi membuat Hayati sulit dan merasa bersalah.“Duduklah, biar aku yang mendaftar,” titah Rama.Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengawasi Hayati dan Rama, bahkan mengambil gambar keduanya.Setelah cukup lama menunggu, akhirnya nama Hayati dipanggil oleh perawat dan Hayati pun masuk ke dalam ru
Baca selengkapnya
Kecelakaan
Keadaan Aska sudah membaik, bahkan sudah terlihat lebih ceria. Jika tidak ada keluhan lain, Aska dipastikan besok sudah bisa pulang ke rumah.“Papa, Bunda Hayati sudah pulang?”Rangga yang sedang mengupas jeruk untuk Aska, menatap wajah putranya. Alih-alih menanyakan Renata yang merupakan Ibunya, Aska malah menanyakan Hayati. Kembali mengingat kondisi Hayati yang sedang hamil dan jauh dari jangkauannya, Rangga menyuapkan slice jeruk ke mulut Aska.“Belum,” jawab Rangga singkat.“Kapan pulangnya ? Aku sudah boleh pulang dan ingin pergi berlibur tapi dengan Bunda,” sahut Aska.“Secepatnya,” ujar Rangga lagi.Mungkin saja mereka sudah bertemu dengan Hayati kalau Rangga tidak membatalkan kepergian menuju lokasi dimana Hayati berada. Kondisi Aska yang tiba-tiba drop membuat Rangga mengurungkan niatnya ke tempat Hayati tapi perintah untuk terus mengawasi Hayati tetap Rangga berikan pada anak buahnya.“Sudahlah Aska, kamu pulihkan saja tubuh kamu. Urusan Bunda biar jadi tanggung jawab Papa.”
Baca selengkapnya
Kondisi Rangga
Rama yang memang menyaksikan mobil Rangga mempercepat lajunya lalu tiba-tiba oleng dan menabrak pembatas jalan sangat terkejut. Jalanan langsung macet dan mobil Rama sempat melewati mobil Rangga yang hancur bahkan terlihat asap dari kap mesin yang sudah tidak berbentuk.Rama menepikan kendaraannya lalu keluar dari mobil. Berjalan mendekat, dimana suasana semakin ramai bahkan beberapa orang berusaha mengeluarkan Rangga dari dalam mobil khawatir kalau mobil tiba-tiba terbakar atau meledak.“Telepon ambulan,” teriak seseorang menyadarkan Rama dari lamunannya.Entah bagaimana kondisi Rangga jika mobilnya terlihat sangat parah. Rama sempat meremmas rambutnya membayangkan jika terjadi sesuatu dengan Rangga, Hayati pasti akan sangat sedih dan anaknya akan menjadi ….Tunggu, untuk apa aku peduli dengan Rangga. Ini bukan urusanku, kalau aku terjebak di sini bisa jadi aku malah dipersalahkan, batin Rama yang bergegas untuk meninggalkan lokasi. Berniat akan terus mencari kabar mengenai kondisi R
Baca selengkapnya
Aku Sudah Kalah
Isna menatap Rangga melalui pembatas kaca. Sang kakak masih dalam keadaan tidak sadar pasca operasi, dengan beberapa alat medis terpasang di tubuhnya. Kondisi Bunda Malika yang sudah tidak memungkin berada di rumah sakit menemani Isna juga Ayahnya yang terus menerus dihubungi oleh wanitanya membuat Isna meluangkan waktu sepenuhnya untuk Rangga.Kembali duduk di kursi stainless yang benar-benar tidak nyaman ketika berlama duduk di sana, mengeratkan kembali jaketnya karena udara malam semakin terasa dingin. Jika saat ini dia dan Rama masih dalam hubungan rumah tangga, Isna yakin Rama akan mendampinginya di sini.Huft.Penyesalan Isna benar-benar datang terlambat. Hidupnya kini dia curahkan untuk fokus pada keluarga, rasanya melanjutkan cinta yang dengan Rama sudah tidak mungkin dan melanjutkan dengan kekasih gelapnya juga bukan sebuah pilihan.Tidak terasa kedua mata Isna sudah memanas menyikapi hidupnya yang saat ini begitu menyedihkan, dadanya terasa sesak karena menahan tangis.Pleas
Baca selengkapnya
Dibutakan oleh CInta
“Maksud Kak Rangga, apa sih?”“Kamu tahu Isna, aku mengalami kecelakaan karena ingin menemui Hayati.”Isna duduk di kursi samping hospital bed. “Berikan alamatnya, aku yang akan menyusul Hayati,” ujar Isna dengan penuh keyakinan. Dia yakin kalau ada Hayati yang menyemangati Rangga, semangat hidup dan niat untuk sembuh akan semakin kuat.“Dari awal aku sudah curiga kalau Rama tahu dimana Hayati. Bahkan saat aku tahu dimana Hayati tinggal, dalam perjalanan aku melihat Rama mengikuti mobilku.”“Kak Rangga, jangan bilang Rama yang membuat kecelakaan itu terjadi?”“Kalau itu kecil kemungkinannya, Rama tidak sejahat itu,” ujar Rangga membela Rama. “Sepertinya Hayati sudah tidak tinggal di tempat itu. Belum lama ini aku menghubungi orang-orangku yang pernah mengawasi Hayati, mereka mengatakan tidak tahu dimana Hayati. Setelah aku kecelakaan mereka tidak melanjutkan tugas dari ku,” tutur Rangga.“Ya sudah, mana alamatnya?”“Tidak ada, Hayati sudah pindah.”Isna menghela nafasnya, baru saja pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status