All Chapters of DIMADU DENGAN SAHABAT SENDIRI: Chapter 31 - Chapter 40
70 Chapters
BAB 18A
“Ada apa, Mas?” tanya Rani sesaat setelah Firman menutup sambungan teleponnya. Sedari tadi, tanpa Firman sadari, Rani memperhatikannya. Dia bisa melihat dengan jelas perubahan wajah Firman yang tadinya murung, seketika berubah berbinar. “Oh, ada panggilan ke Jakarta. Tapi, apa kamu ngga apa-apa?” jawab Firman setengah berbohong. Tiga bulan lamanya dia menahan kerinduan ingin bertemu anak-anak dan tentu saja, Citra. Dan kini, ia mendapat kabar gembira bahwa Citra tengah mengandung anaknya. Firman berusaha keras menyembunyikan kebahagiaannya. Dia tak ingin Rani sampai mencurigai. “Panggilan pekerjaan maksudmu? Bukannya kamu sudah dilarang ayah kembali ke Jakarta?” tanya Rani mengingatkan. Dalam hati, Rani heran mengapa Firman begitu bahagianya setelah menerima telpon ini? Apakah karena dia akan ke Jakarta? Tentu saja itu membuat Rani gundah. Jakarta adalah kota yang dibencinya. Kota yang melahirkan luka di hatinya. Rani takut, Firman akan bertemu kembali dengan keluarganya, lalu men
Read more
BAB 18 B
“Ayo, lah, Citra. Aku antar kamu ke dokter,” bujuk Farhan saat berkunjung ke rumah Citra. Hampir setiap hari sepulang dari kantor dia mengunjungi Citra dan anak-anaknya.Meskipun papa dan mamanya sudah kembali ke Bandung, Farhan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Toh, anak-anak Citra juga keponakannya. Tentunya papa dan mamanya tetap akan menyayanginya jika kelak Citra menjadi istrinya. “Han, aku nggak papa. Aku sehat. Percaya, deh,” tolak Citra. Teman sewaktu kuliahnya itu sebenarnya sejak dulu sangat perhatian. Tapi, siapa sangka jika ternyata dia menyimpan rasa. Farhan mendesah kesal. Wanita di depannya ini masih sama seperti dulu. Keras kepala. Tak pernah mau menerima bantuannya. Sewaktu kuliah memang Farhan sudah berusaha mendekati. Tapi, entah kenapa, justru kakaknya yang berhasil mencuri hati Citra. Mungkin karena sifat Farhan yang pemalu dan tertutup, sehingga tak segera berani menyatakan cintanya. Hingga akhirnya, dia terlambat menyatakannya, di saat hati Citra sudah
Read more
BAB 19A
Firman masih menatap kepergian Farhan. Firman baru beranjak ketika mobil yang dikendarai adiknya itu benar-benar hilang dari pandangannya. “Ngapain dia ke sini, Dik?” tanya Firman. Nadanya meninggi, kentara dia menyimpan cemburu. Bahkan, sikap Firman seolah hubungannya dengan Citra masih sama seperti sebelumnya. Dia menganggap masuk rumahnya sendiri. Apalagi, saat dia pergi pun, dia belum menjatuhkan talak pada Citra. Firman sengaja mengulur waktu, sembari menanti keajaiban akan berpihak padanya. Tiga bulan Firman meninggalkannya. Entah mengapa, tiba-tiba ada rasa rindu dalam dadanya. Citra menggeleng. Dia ingin menghempaskan rasa yang tak seharusnya ada. Ah, Citra benci perasaan itu. Harusnya dia segera melupakan Firman. Tapi, mengapa ini menjadi sulit. Janin dalam kandungannya seperti menginginkan dia untuk dapat bermanja dengan papanya. Citra menatap Firman. Begitu juga sebaliknya. Keduanya masih terdiam. Meski masing-masing sebenarnya menahan kerinduan. “Citra. Aku r
Read more
BAB 19B
Rasa bahagia yang tadi menyeruak, kini berubah menjadi kebimbangan. Haruskah dia menambah dusta demi membahagiakan salah satu di antaranya? Firman merasa lelah terus berdusta. Tapi, dia tak mampu juga untuk jujur. Di satu pihak, dia memang sudah berjanji kepada orang tua Rani untuk menjauh dari anak-anak dan istrinya. Di lain pihak, dia masih mencintai Citra. Bahkan, Firman yakin, keluarga Citra pun belum mengetahui masalah ini. Citra memang tidak terlalu suka menceritakan problem rumah tangga ke orang lain, termasuk keluarganya. Bahkan, hatinya rela menahan sakit saat mengetahui hubungan Firman dengan Rani. Tapi, Citra tak jua angkat bicara, hingga hal itu terkuak sendiri. “Apakah kamu membohongi Rani untuk menemuiku?” tanya Citra. Pertanyaan Citra, membuat Firman tergagap. Sejak pengkhianatan Firman, Citra sudah dapat membaca kebiasaan baru Firman, yaitu suka berbohong. Sebagai orang yang sudah tujuh tahun bersama, dia amat mengenal Firman. Lidah Firman terasa tercekat
Read more
BAB 20A
“Apakah kamu kenal mereka?” tanya Farhan. Ia ingin meyakinkan siapa sebenarnya wanita yang ada di sampingnya ini. Wanita itu terus saja berurai air mata. Sesekali disekanya dengan sapu tangan yang diberikan Farhan. “Aku istri laki-laki itu. Dan perempuan itu sahabatku,” sahut Rani sambil terisak tanpa menatap ke Farhan. Farhan mengangkat sebelah alisnya. “Jadi, kamu istri Firman?” tanya Farhan lagi. Wanita itu balas menatap Farhan. Bagaimana bisa lelaki ini tahu siapa lelaki yang sedang dia amati dari kejauhan itu. “Jadi kamu yang menganggu keluarga kakakku? Iya?” Tatapan Farhan berubah menjadi tatapan tajam penuh intimidasi. Terbayang olehnya kepedihan yang dialami Citra akibat pecahnya keluarganya. Meskipun dalam hati Farhan ingin mengambil kesempatan mengambil Citra dari Firman. Namun, hati kecilnya tetap tak terima ketika melihat Citra menanggung akibat dari ulah pelakor di depannya itu. Rani menjadi gemetar melihat perubahan air muka Farhan. Tiba-tiba--- Brugggg
Read more
BAB 20B
Mata Citra terbelalak. “Apa kamu bilang? Rani maksudmu?!” tanya Citra tak percaya. Perasaannya menjadi campur aduk. Antara rasa bersalah dan kesal. Bersalah dengan sahabatnya karena dia merasa mengkianatinya. Dan kesal dengan Firman. Pasti Firman membohongi Rani, hingga membuat Rani curiga dan nekat mengikutinya. Farhan hanya menoleh ke arah Citra sekilas. Lalu ia fokus kembali mengemudikan mobilnya. “Sudahlah, Cit. Apa sih yang kamu harapkan dari Firman?” kata Farhan kemudian. “Stttt! Jangan bahas di sini.” Citra memberi kode agar Farhan tak membahasnya lagi. Ada anak-anak yang harus dia jaga perasaannya. Bagaimanapun Firman adalah papa dari anak-anaknya. Citra tidak mau anak-anak nanti menaruh rasa tidak hormat kepada papanya. Farhan menyetir diiringi celoteh anak-anak. Mereka tak lagi membahas masalah orang dewasa di depan anak-anak. “Lalu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Farhan saat sudah tiba di rumah Citra. Anak-anak sudah bermain dengan Mbak Susi di belak
Read more
BAB 20C
“Sudah, Pak...sudah.” Sekuriti rumah sakit dengan sigap mengamankan Hanung. Kakak kandung Citra yang bernama Hanung itu rupanya sudah membuntuti Citra. Dia baru saja datang dari Yogya ingin memberi kejutan pada adik dan keponakannya. "Citra mana, Mbok?" tanya Hanung saat tiba di rumah Citra. Hanya ada anak bungsunya karena anak-anak sudah berangkat sekolah. Padahal hari masih pagi. "Ibu baru saja berangkat, sekalian mengantar anak-anak ke sekolah," sahut Mbok Sumi setelah mempersilahkan Hanung masuk. Kakak Citra memang sering mampir apabila ada dinas ke ibukota. Tak menunggu lama, Hanung segera memesan taksi online. Dia sudah hafal di mana sekolah keponakannya. Karena, kalau dia menginap di rumah adiknya itu, dia pun sudah biasa mengantar ke sekolah keponakannya. Anehnya, begitu tiba di sekolah, Citra terlihat buru-buru pergi, namun bukan ke arah kantor. Tapi, ke arah rumah sakit bersalin. Hanung membuntuti dengan kepala penuh tanya. Kening Hanung berkerut. "Siapa yang hami
Read more
BAB 21 A
“Mas, apakah kamu masih mencintai Citra?” tanya Rani lirih. Meski jawabannya tentu akan sangat menyakitkannya, tapi Rani perlu kepastian. Dia tidak ingin cintanya hanya terombang-ambing tanpa kejelasan. Rani tak mau mempertahankan cinta, jika ternyata hati Firman masih tersandera. Firman menatap Rani.“Kamu jangan memikirkan hal yang terlalu berat. Ingat kesehatanmu, dan bayi dalam kandunganmu,” jawab Firman sambil menggenggam tangan Rani. Dia tak ingin menjawab pertanyaan apa-apa tentang Citra.Rani segera melepaskan genggaman tangan Firman. Ada rasa benci karena tangan itu telah menggenggam tangan yang lain. Meskipun itu sahabatnya sendiri.“Apa kamu tak benar-benar mengurus perceraianmu?” tanya Rani kemudian. Rani masih penasaran dengan apa yang dilihatnya. Jika Firman sudah mengurus perceraiannya, mengapa dia masih begitu mesra menemui Citra?Pertanyaan Rani begitu menusuk hati Firman. Benar dia telah mengurusnya. Tapi, Firman tak sanggup mengatakan bahwa dia batal memproses perc
Read more
BAB 21B
“Kenapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini ke Papi dan Mami, ha?” tanya papi lagi.Citra adalah anak kesayangannya. Luka Citra adalah lukanya juga. Dari kecil diasuh dengan cinta. Betapa kecewanya Papi Citra begitu mendengar Firman telah menduakannya. “Papi, Mami, Citra baik-baik saja,” jawab Citra dengan mata yang mulai mengembun. “Kamu fikir, Papi dan Mami akan percaya. Kamu lihat, tak ada satupun foto Firman di dinding ini lagi,” tukas papi sambil mengedarkan pandangannya ke dinding rumah Citra. “Fotonya sedang dibersihkan, Papi,” jawab Citra sambil menunduk. Tidak perlu dibantah, papinya sudah tahu. Itu hanya dalih Citra. Papi sudah hafal sikap Citra yang selalu berusaha menutupi masalahnya dan membuat seolah semua baik-baik saja. Dari dulu, Citra memang anak yang berbakti. Dia selalu berusaha menyenangkan hati orang tuanya. Meskipun mereka bukan berasal dari kalangan mampu, tapi Citra tak pernah mengeluh. Tak pernah meminta macam-macam. Dan kini, hati Papi Citra merasa
Read more
BAB 21C
“Gimana Rani, Mas?” tanya Citra saat menemui Firman di rumah sakit tempat Rani di rawat. Citra seperti merasakan jatuh cinta lagi pada Firman. Entahlah, rasa hatinya seperti ingin selalu menemui Firman mumpung dia ada di Jakarta. Citra takut, jika Firman sudah kembali ke tempat kerjanya, dia akan sulit menemuinya. Firman mendesah.“Aku akan bawa Rani kembali ke Medan. Pekerjaanku di sana tak dapat ditinggalkan,” jawab Firman berat. Kondisi Rani belum stabil. Firman tak mungkin meninggalkan Rani seorang diri. Apalagi sampai memberi tahu pada orang tua Rani. Kalau sampai mereka tahu Firman kembali ke Jakarta, habislah ia. Firman bimbang, harus bagaimana. Harapannya ke Jakarta untuk menemui Citra dan anak-anak, justru malah berakhir dengan merawat Rani di rumah sakit. Tak mungkin Firman meninggalkan pekerjaannya. Dia ke Jakarta hanya dalih pekerjaan. Padahal, sebenarnya tak ada hubungannya sama sekali. Tak mungkin dia berlama-lama ada di Jakarta. Apalagi penugasannya di kota itu masih
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status