All Chapters of Perjanjian Dua Akad: Chapter 51 - Chapter 60
63 Chapters
51. Pulang
Bab 10.Pukul enam pagi, Abian sudah berada di depan kosan Aluna.Gadis itu sudah bersiap dengan satu tas dan koper di tangannya. “Kita harus move on dari masa lalu, Abian. Kita harus bahagia.” Aluna berkata kemarin saat menemui Abian.Lelaki itu tersenyum. Entah.“Kenapa kamu tersenyum?” tanya Aluna.Bibir Abian yang tadi melengkung mendadak dirapatkan kembali.“Kau bahagia? Atau merasa menang?” tanya Aluna sambil menautkan dua alisnya.“Kamu pasti gak salah memahami kalimatku, kan?” tanyanya lagi.Kini Abian menggeleng dan merasa sedikit malu. Jujur saja ia mencerna kalimat Aluna dengan pemahaman yang berbeda saking berharapnya. Ia pikir, Aluna akan bangkit bersamanya. Bahagia bersamanya.Namun, tak segampang itu.Abian diam. Ia merasa harus tahu malu!“Aku mau pulang sama kamu, tapi ada syaratnya,” kata Aluna melanjutkan kalimatnya.Lelaki itu lebih banyak diam. Aluna yang mendominasi obrolan mereka.“Apa itu, Aluna?” tanya Abian bingung.Aluna menatap Abian dengan tatapan yang s
Read more
52. Villa
Bab 11.Aluna dan Abian tiba di Bandara Jakarta sekitar pukul lima sore. Sejenak Aluna berdiri dan menghirup udara di kota yang terkenal sesak penduduk.Welcome back, Jakarta!Di sini semuanya dimulai, dan di kota ini juga Aluna akan mengakhirinya.Di sampingnya, Abian hanya mengamati. Lalu, saat Aluna berjalan keluar ia hanya mengikuti dari belakang.Tak ada yang menjemput, karena Aluna tidak mengizinkan Abian memberitahu orangtuanya bahwa ia pulang hari ini.Taksi antrain menunggu para penumpang di depan sana.Tangan Abian bergerak ingin membukakan pintu untuk Aluna, tapi gadis itu diam sejenak dengan posisi masih berdiri. Ia terlihat enggan masuk.Kemudian ia menatap Abian.“Di mana makam Haura?” tanya Aluna.Abian mengerutkan keningnya. Entah apa maksud Aluna kali ini, ia susah sekali ditebak.Hanya satu yang pasti, yang akan dipersiapkannya, yaitu surat cerai.“Di kampung halamannya, kenapa?” tanya Abian ragu.“Ayo ke sana. Aku ingin ke makamnya,” kata Aluna.Ia kembali menutup
Read more
53. Makam Haura
Bab 12.Udara pagi terasa begitu sejuk. Bukit villa bahkan masih dipenuhi kabut di pagi hari, terlihat masih agak gelap ke bawah sana. Hingga perlahan matahari terbit dan menerangi jalan di bawah sana.Aluna berdiri di halaman belakang villa, menghirup udara segar pagi hari. Menghirupnya dalam-dalam dan berharap udara bersih itu bisa menyegarkan hati dan pikirannya.Pucuk-pucuk teh yang hijau itu benar-benar memanjakan mata. Terlihat sangat segar dipandang apalagi di pagi hari. Aluna mendekat dan menyentuh beberapa pucuk yang masih dibasahi embun itu. Seketika rasa segar menyelimuti jiwanya.“Apa tidak terlalu pagi, Non?” tanya Mak Leni yang membuat Aluna membalikkan badan.“Nggak apa-apa, Mak. Aluna pengen jalan-jalan keliling desa. Anggap saja nyari hiburan buat tenangin diri.”Pagi ini Aluna mengajak Mak Leni untuk mengantarkannya ke makam Haura.Aluna memang tahu, Abian bilang makamnya di rumah lama milik Haura. Ia beristirahat untuk selamanya di samping sang nenek.Haura memint
Read more
54. Yang Luka Hatimu
Bab 13.“Maaf, cari siapa, Mbak?”Sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah orangtua Aluna. Hal itu membuat security di rumah megah itu langsung sigap keluar pagar dan bertanya.Kaca mobil hanya dibuka sedikit, yang membuat security di rumah orangtua Aluna itu tak bisa melihat dengan jelas gadis yang mengenakan hijab warna hitam di dalam mobil.“Assalamualaikum, Mang!” ucap Aluna tersenyum. Ia membuka penuh kaca mobil dan menatap petugas keamanan di rumah orangtuanya.Lelaki paruh baya itu beberapa detik terlihat bingung, lalu ia membelalakkan mata melihat siapa yang kini berada di depannya.“Non Aluna?” tanyanya memastikan.Pasalnya penampilan Aluna sungguh berubah. Dulu, kalau pulang ke rumah orangtuanya, seringkali dia pakai sweater, Hoodie, celana pendek. Atau pakai dress selutut.Kini Aluna berhijab yang semakin menambah kesan elegan, dan sangat cantik.“Wa'alaikumsalam,” jawab lelaki paruh baya itu agak telat saking senangnya melihat Aluna.Kemudian ia langsung membuka
Read more
55. Hulya Lathifa
Bab 14.“Aku menepati janji, Pa!”Setelah dari rumah Aluna, Abian pulang ke rumah orangtuanya. Ia langsung masuk ke ruangan kerja sang papa dan berbicara dengan papanya.Haris berdiri di dekat jendela, memandangi entah ke arah mana fokusnya. Ia menoleh saat mendengar suara Abian.Ia mengangguk, karena tadi sudah diberitahukan oleh Farhan bahwa Aluna sudah pulang dengan selamat.“Hulya sedang tidur siang,” kata Haris seraya menatap putranya itu.Hari ini, Abian pulang setelah menepati janji untuk membawa Aluna kembali ke rumah.Ia juga sudah lama menanti hal ini. Abian sudah sangat merindukan buah cintanya bersama Haura. Kurang lebih setahun lamanya Abian tidak bertemu dengan putrinya.Abian mengangguk lesu. Ia rindu, tapi Hulya sedang tidur, sayang jika dibanguni tiba-tiba. Abian tak sabar melihat setumbuh apa putrinya sekarang.Umurnya sudah satu tahun, pasti Hulya sudah bisa berjalan dengan baik. Ia pasti sudah memiliki gigi yang lebih kuat untuk makan.Ah, Abian melewatkan semua
Read more
56. Layakkah?
Bab 15.“Selama proses mediasi, berjanjilah jangan pernah temui aku!” Aluna menegaskan pada Abian sesaat setelah mereka keluar dari ruang persidangan.Aluna yang didampingi oleh kuasa hukum telah menggugat cerai Abian di kantor pengadilan agama terdekat.Semua bukti sudah ia kumpulkan, mulai dari video saat Abian mencium Haura, saat mereka bahagia dengan kabar kehamilan itu. Video saat Abian diam-diam jalan-jalan ke cafe bersama Haura. Juga kertas perjanjian antara Aluna, Abian dan Haura yang saat itu ditulis tangan dan ditandatangani di atas materai.Aluna menyiapkan semuanya, dikumpulkan dalam satu berkas dan diserahkan pada kuasa hukumnya.Ia berharap, dalam sekali sidang gugatan perceraiannya langsung diterima. Namun, pihak pengadilan harus melakukan proses mediasi.Aluna menjelaskan tentang awal mula pernikahannya dengan Abian. Juga kebohongan-kebohongan yang terjadi dalam pernikahan itu, yang Aluna tak bisa terima.Ia juga menjelaskan posisi Abian yang sejak awal sudah bersalah
Read more
57. Yang Terbaik
Bab 16.Semalaman bermandikan hujan, membuat Abian terserang demam, dan tak bangun berhari-hari.Malam itu, ia tetap menunggu Aluna kembali keluar hingga pukul dua pagi ia masih duduk di teras rumah Aluna. Duduk dengan tangan terlipat di dada, menahan dingin dna gigil.Namun, sampai berapa lama pun, tak ada yang keluar. Aluna pun terlihat tak peduli.Beberapa kali security di rumah itu menyarankan Abian untuk pulang, tapi tak diindahkan oleh lelaki itu.Hingga akhirnya ia merasa tubuhnya begitu dingin dari sebelumnya. Ia menggigil, tapi badannya bersamaan terasa panas. Lalu, ia memutuskan pulang dan menyetir dengan cukup hati-hati.“Beri saya obat, sepertinya saya demam!” kata Abian pada asisten rumah tangganya yang saat itu memang terjaga karena sadar bahwa beberapa jam yang lalu tuan rumah pergi entah ke mana.Paginya, Abian menyuruh seorang asisten rumah tangga untuk menghubungi seorang dokter langganan di keluarganya.“Hanya demam biasa karena Anda terlalu lama di bawah hujan. Ta
Read more
58. Berdamai
Bab 17.Seminggu setelah itu, sidang kedua perceraian Aluna dan Abian dilangsungkan kembali. Tidak ada hasil dari proses mediasi.“Saya telah diceraikan beberapa waktu yang lalu, disaksikan oleh keluarga saya,” kata Aluna pada pihak pengadilan.“Apakah benar?” tanya pihak pengadilan pada Abian.“Ya,” jawabnya.“Dari awal saya memang tidak mencintainya. Saya hanya terpaksa menikahinya. Sampai kapan pun saya merasa … tidak ada rasa cinta untuk Aluna,”“Saya tidak ingin terus menerus terjebak dalam pernikahan ini.”Begitu jawaban-jawaban Abian saat ia ditanyai oleh pihak pengadilan agama.Separuhnya kenyataan. Sementara separuhnya lagi adalah kebohongan.Ia memang tidak mencinta Aluna, menikah dengannya sebab terpaksa dengan latar belakang jebakan itu.Namun, setelah semua yang terjadi, setelah semua rasa bersalahnya menghampiri, ia merasa mulai ada rasa yang berbeda untuk Aluna.Sayangnya, waktu sudah tak lagi mendukung mereka bersama. Abian melepaskan Aluna, agar gadis itu tak melulu
Read more
59. Dia Pernah Mencobanya
Bab 18.Aku sudah bebas, Hafiz. Aku juga sudah selesai masa Iddah.Aluna mengirimkan sebuah chat beserta gambar surat cerai untuk Hafiz. Iya, dia memang ingin memberitahu Hafiz bahwa ia bebas sekarang.Gimana perasaanmu? Hafiz membalas chat Aluna.Jangan ditanya. Aku lega luar biasa. Sekarang aku menantikan nasib baru yang lebih bahagia.Kembali Aluna membalas chat Hafiz. Harusnya tak perlu ditanya, karena Aluna sudah pernah menjelaskan hal ini pada Hafiz sebelumnya.Lusa, aku akan pulang!Kata Hafiz pada akhirnya. Membaca sebaris kalimat itu membuat Aluna bahagia luar biasa.Apa alasanmu pulang adalah aku?Aluna bertanya lagi.Kamu pasti sudah tau itu!Jawab Hafiz.Kupastikan kali ini kita tak akan terhalang restu.Aluna mengakhiri chatnya dengan kalimat itu.Hari ini, tepat pukul lima sore hari, Aluna sudah tiba di bandara demi menunggu kepulangan Hafiz.Beberapa kali ia bahkan melirik ke pintu kedatangan, tapi sayangnya Hafiz belum kelihatan.Aluna tetap menunggu.Ingatan Aluna k
Read more
60. Kejelasan Hafiz
Bab 19.Aluna maaf … aku tidak jadi pulang. Aku akan menikah.Aluna membelalakkan mata membaca pesan itu, lalu perlahan matanya mulai meredup. Ada yang terasa perih dalam dadanya.Apa maksudmu, Hafiz? Aku menunggumu sejak tadi.Aluna membalas pesan itu. Namun, sayangnya tak ada lagi balasan Hafiz setelah itu. Hanya pesan yang tercentang dua warna biru, menyisakan rasa yang teramat menyakitkan dalam hati Aluna.Perlahan raut wajahnya berubah, matanya kembali basah. Ia tak menyangka Hafiz akan memberikan luka baru untuknya. Ternyata semua lelaki sama saja, hanya menyisakan trauma bagi Aluna.Lalu, bagaimana ia kini menyembuhkan luka-luka dalam hatinya, disaat lelaki yang ia anggap adalah obat, nyatanya sama saja menyuguhkan racun paling mematikan. Mematikan jiwa dan rasa cintanya.Aluna menangkupkan dua telapak tangan di wajahnya. Ia benar-benar menangis, tak peduli ada banyak orang yang melihatnya. Ia tak habis pikir dengan jalan takdirnya.Bahkan saat ini ia masih duduk di tempat sem
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status