Semua Bab Perjanjian Dua Akad: Bab 21 - Bab 30
63 Bab
21. Perjanjian
PDA 21.Aluna terdiam mendengar penuturan Abian. Sejenak ia berpikir untuk kalimat yang baru saja ia dengar. Lalu, sebuah rencana jahat muncul di pikirannya. Abian dan Haura harus ikut merasakan kehancuran seperti dirinya, atau ketiganya harus hancur sekalian. Mungkin tak membuat hati Aluna sembuh, tapi setidaknya mereka harus mengerti apa itu rasa sakit."Lima puluh persen?" Aluna menyunggingkan senyum sinisnya. Ia bisa mendapatkan lebih dari itu dari orangtuanya.Abian mengangguk. Begitu syarat warisan ditandatangani oleh ayahnya, maka separuh dari kekayaannya akan menjadi milik Aluna. Tak ada pilihan lain, jika memang Aluna ingin berdamai dengan hartanya.Aluna menggeleng. Terlalu sedikit jumlah yang Abian sebutkan."Aku mau 90% dari keseluruhan," ucapnya.Abian terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa Aluna yang dikenal memiliki harta warisan yang tak habis tujuh turunan itu menginginkan hampir sepenuhnya dari harta Abian.Ia meraup wajahnya dengan kasar. Cukup lama ia berpikir unt
Baca selengkapnya
22. Perintah Tugas
PDA 22.Setahun yang lalu ….Mobil bergerak melewati hamparan perkebunan teh yang hijau sejauh mata memandang. Abian membuka kaca mobil seraya menghirup udara segar di sekitarnya. Dari jalan yang ia lalui, terlihat banyak para pekerja yang memunggungi keranjang dan dengan cekatan memetik pucuk-pucuk daun teh hijau nan segar."Aku nggak mau, Pa. Bisnis di sini lagi naik-naiknya." Abian menolak saat papa menyuruhnya pergi ke salah satu daerah di Bandung untuk mengurusi kebun teh peninggalan sang kakek.Haris, papa Abian tak mau menjual perkebunan seluas seratus tujuh puluh hektar itu karena merupakan peninggalan orangtuanya. Bahkan banyak pemerintah daerah di sana yang meminta perkebunan teh itu untuk dialihkan menjadi resort yang akan dibeli dengan harga yang menggiurkan.Meskipun Harris terkesan egois di mata anaknya, tapi ia masih memikirkan nasib para pekerja di perkebunan dan pabrik teh yang menggantungkan mata pencaharian di sana."Lagian berapa sih untungnya, kecil kan, Pa?" tan
Baca selengkapnya
23. Untuk Apa?
PDA 23.Udara pagi masih begitu dingin menusuk tulang, meskipun matahari bersinar begitu cerahnya. Setelah sarapan, Abian keluar dari villa dengan jalan kak. Tak lupa ia kenakan jaket dan kacamata hitam agar matanya tak berpapasan langsung dengan sinar matahari. Pagi ini ia ingin menuju ke rumah Pak Yatno yang sedang terbaring sakit. Sebab itu yang membuat Abian harus menggantikan Pak Yatno untuk mengurus kebun teh peninggalan kakek. Biasanya Pak Yatno yang mengurus semuanya, dan setiap bulan akan mengirimkan laporan keuangan.Abian ingin bertanya beberapa hal tentang perkebunan itu, mengingat selama ini ia tak pernah terjun langsung. Bahkan setelah kakek meninggal, ia tak pernah lagi ke sana. Terlalu sibuk dengan pendidikan dan disambung dengan pekerjaannya."Tuan ingin langsung pulang?" tanya anak Pak Yanto saat mengantar tuan mudanya ke depan gerbang.Sejenak Abian berpikir, kemudian ia memutuskan."Jika punya waktu luang, temani saya berkeliling kebun dan desa ini." Abian memint
Baca selengkapnya
24. Dukanya
PDA 24.Sudah hampir tiga bulan Abian tinggal di desa itu, ia sudah bisa berbaur dengan para pekerja dan mulai mengenali banyak orang dari mereka.Abian juga sering nongkrong di warung nasi uduk saat pagi hari. Terkadang ia malah meminta Mak Leni untuk tidak memasak sarapan untuknya, kemudian ia akan keluar dari villa dan menuju warung yang terletak di ujung desa bersebelahan dengan beberapa rumah warga dan tentu masih dikelilingi perkebunan teh.Abian memang menyukai nasi uduk yang dijual di sana, juga menikmati secangkir teh alami yang dihidangkan penjual dengan harga tentu. Padahal ia bisa mendapatkan itu semua di villanya, hanya tinggal memerintah dan makanan akan sampai di depannya.Namun, ada hal lain yang ingin ia lihat. Sejak saat itu ia sering mengamati Haura. Gadis itu berjalan dengan ayu menuju ke warung untuk menaruh kue lapis yang dijualnya. Lalu, dengan malu-malu ia keluar dari warung itu dengan kepala yang tertunduk, menghindari tatapan para pengunjung warung, meskipun
Baca selengkapnya
25. Kelam yang Mengejar
PDA 25.Malam telah beranjak begitu pekat. Gelap menyelimuti seluruh perkampungan yang masih minim penerangan jalan. Perkebunan teh juga tampak diselimuti malam, hanya pucuk kegelapan yang sedikit disinari cahaya rembulan.Haura telah tertidur di tempat nenek biasanya tidur. Ia memeluk guling yang biasa dipakai nenek agar tetap bisa merasakan kehadirannya. Bahkan pipi gadis itu masih basah karena habis menangis lagi mengingat takdirnya, lalu tanpa sadar ia tertidur saking lelahnya. Di malam yang begitu gelap dan sunyi, ia merasa begitu kesepian dan ketakutan.Menyakitkan.Sesekali masih terdengar isak kecilnya dalam mata yang terpejam itu.Nyanyian binatang malam bahkan tak bisa menyadarkan Haura dari tidurnya. Namun, tiba-tiba dalam kondisi setengah sadar itu ia mendengar suara ketukan pintu dari depan. Haura membuka mata, tubuhnya sedikit tersentak disertai detak jantung yang tak beraturan. Ia ketakutan.Berulangkali ia coba dengar kembali suara ketukan itu, terus bertubi-tubi tanp
Baca selengkapnya
26. Bayar Hutang
PDA 26.Sejak pukul sebelas malam Abian tak bisa memejamkan mata. Padahal sejak di desa, ia terbiasa tidur lebih awal. Namun, malam ini gadis pemetik teh itu terlalu mengganggu pikirannya. Ancaman dan tekanan dari lelaki berkepala plontos tadi cukup menyita pikirannya. Ia memikirkan tentang keamanan gadis itu.Abian beranjak dari tempat tidur. Ia membuka laptopnya dan sejenak mengalihkan pikiran dan fokus pada layar monitor. Lelaki itu mengamati pergerakan grafik saham dari perusahaannya di Jakarta. Papanya menepati janji, bahwa ia akan mengurus semuanya, dan benar perusahaan terurus dengan baik.Namun, ia seolah tak cukup fokus dengan itu semua setelah satu jam berkutat dengan layar monitor. Pikirannya kembali teralih pada Haura. Abian bangkit dari duduknya, ia meraih jaket dan celana panjang untuk dikenakan dan akan menuju ke rumah Haura untuk memastikan.Tiba-tiba dari luar ia seperti mendengar suara Haura yang berteriak minta tolong. Awalnya Abian tak mengacuhkan karena bisa saja
Baca selengkapnya
27. Kabar Buruk
PDA 27."Menikahlah denganku, Haura." Abian mengungkapkan perasaannya. Saat itu ia meminta Haura untuk mengobrol bersama.Perkenalan mereka memang singkat, tapi Abian merasa sudah cukup memperhatikan tingkah laku gadis itu. Apalagi saat mereka tinggal serumah, semua geraknya terlihat memikat di mata Abian. Ia merasa ini saatnya untuk menyembuhkan luka hati dari sebuah pengkhianatan dari gadis yang pernah ia cintai.Haura menoleh kaget mendengar penuturan Abian. Jantungnya berpacu dengan cepat, karena itu pertama kali ia dipinang oleh seorang lelaki. Untuk pertama kali juga ia memberanikan diri menatap mata tuannya itu dengan begitu jelas. Ia ingin mencari kebohongan dari mata lelaki itu, tapi tak ia temui. Anehnya Haura malah ingin Abian mengakui bahwa ia hanya becanda, meskipun itu tak lucu."Aku serius, Haura. Ayo menikah!" terang Abian lagi."Apa yang membuat Anda terlalu yakin, Tuan?" tanya Haura."Kamu. Karena orang itu kamu!" jawab Abian. Ia berusaha meyakinkan Haura bahwa ia s
Baca selengkapnya
28. Rasa Tertolak
PDA 28.Pukul sepuluh malam, pintu kamar terbuka dan terlihat Abian pulang dengan menenteng jas di tangannya. Aluna saat itu sudah selesai mandi, satu jam yang lalu ia tiba di rumah. Ia duduk di depan cermin rias dan menyisir rambut panjang lurusnya.Terlihat cantik dengan aroma harum yang menguar begitu Abian membuka pintu.Sejenak ia melirik Abian dari cermin besar yang memantulkan wajahnya, lelaki itu menatapnya. Namun saat menangkap tatapan Aluna, Abian langsung masuk dan membersihkan diri di kamar mandi.Aluna beranjak ke ranjang lebih dulu dibandingkan Abian. Ia memang tak lagi peduli dengan lelaki itu. Sejenak gadis itu mengecek ponsel dan sosial medianya, kemudian ia langsung menyimpan ponselnya saat Abian keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang.Gadis itu terus menutup mata, tak peduli Abian akan langsung tidur atau tidak. Sama sekali bukan urusannya.Namun, Aluna bisa merasakan gerakan kasur meski matanya terpejam. Abian rupanya langsung tidur, dan Aluna m
Baca selengkapnya
29. Tanpa Izin
PDA 29.Pernikahan Aluna dan Abian tetap berjalan dengan rasa hambar dan kesakitan di hati masing-masing. Aluna tak menahan Abian jika ia pulang ke rumahnya, tapi juga tak menerima. Sejak malam itu, Abian tak pernah lagi berani menyentuh Aluna.Lelaki itu hanya terbaring di sampingnya saat malam-malam ia berjatah pulang ke rumah Aluna. Hanya terbaring seperti manekin yang hening. Tanpa bicara, tanpa senyuman apalagi sapa.Bahkan seringkali Aluna keluar dari kamar, dan tidur di kamar lainnya. Seperti dulu Abian mengendap-endap mencuri waktu untuk datang ke kamar Haura. Kini Aluna yang terang-terangan pergi darinya.Aluna tetap bekerja seperti biasa, Abian juga seperti itu. Kantor keduanya berbeda, perusahaan mereka hanya melakukan kerja sama yang melibatkan Aluna dan Abian. Mereka hanya sesekali bertemu saat ada rapat dengan kolega atau partner bisnis. Selebihnya mereka berjalan masing-masing.Saat bertemu pun, mereka terlihat formal khas dua orang partner bisnis, bukan layaknya suami
Baca selengkapnya
30. Agar Kamu Tahu Rasanya
PDA 30."Mas …," panggil Haura. Ia baru bisa bangkit dari kasur setelah dua hari terbaring di dalam kamar. Kini ia berdiri di depan pintu kamar dan memanggil Abian meminta maaf karena ia tak sempat membuatkan sarapan untuknya.Abian sendiri juga baru turun dari tangga, keluar dari kamar menuju dapur."Aluna … Luna …!" Tiba-tiba saja sebuah suara memanggil Aluna dari luar. Ini masih terlalu pagi, tapi entah siapa seseorang meneriaki nama istri Abian sepagi ini."Abian!" panggil suara itu lagi. Abian baru bisa mengenali itu suara ibu mertuanya yang mungkin datang mencari anak gadisnya. Seketika Abian langsung mendelik ke arah Haura yang baru saja akan menginjakkan kaki menujunya. Dengan cepat Haura balik ke kamar dan menutup pintu, juga mungkin menutup saluran pernapasannya untuk sesaat di dalam agar tak terdengar keluar oleh ibu Aluna.Saat pintu dibuka oleh Renata, ibu Aluna, Haura sudah tak lagi kelihatan di sana. Hanya tinggal Abian yang mematung seraya membuat gerak kakinya menuj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status