Semua Bab Eternal Love For Keyra: Bab 11 - Bab 20
34 Bab
Terima Kasih, Ganta
Kami berada di Bandara Udara Sultan Mahmud Badaruddin II. Ruang waiting room tampak ramai oleh turis mancanegara. Jam di arloji kiriku menunjukkan pukul enam pagi."Kamu pasti sangat merindukannya, kan?" Ganta merangkul pinggangku. "Pergilah, sebelum aku berubah pikiran, Ra."Aku hanya diam saja. Pikiran buruk yang selintas berlalu di angan, nyatanya salah besar. Aku kira, Ganta akan melakukan hal yang tidak-tidak."Pesawatnya lepas landas tiga puluh menit lagi. Kalau kamu tetap di sini, kamu bakalan ketinggalan pesawat," pungkasnya kemudian.Aku menatapnya dengan tatapan sayu. "Pernikahan kita bagaimana? Kalau aku pergi, keluargaku nanti ...."Ganta meletakkan jari telunjuknya di depan bibir mungilku. "Sttt! Aku bakalan atur sisanya. Kamu bilang, ingin pergi menemui Elgin di Kalteng, kan? Ya, lakukanlah."Pria yang awalnya bertingkah laku bak iblis itu, menampilkan senyuman manis seperti malaikat penolong. Namun, aku bisa melihat ada guratan-guratan kesedihan, yang terpancar dari uki
Baca selengkapnya
Pertolongan Satria
Pusat kota yang ramai. Keindahan alam yang bersatu dengan kehidupan masyarakat, sangat indah sekali. Andai ponselku tidak hilang, mungkin sudah penuh dengan foto-foto aesthetic di sana. Sangat disayangkan, tidak mengabadikan banyak momen.Aku ditraktir makan mie ayam oleh Satria. Pria itu agaknya menganggapku sebagai seorang adik. Ya, dia pernah keceplosan,"Aku dari dulu pengen punya adek perempuan, Ra. Boleh nggak aku anggap kamu gitu? Eh, maaf, kita baru kenal, dan nggak sopan kalau aku sampai banyak bicara yang nggak-nggak."Akan tetapi, tujuanku bukanlah untuk bersenang-senang. Ya, karena pertemuan kami pasti akan menemui perpisahan, aku pun sedikit menjaga jarak dengannya. Lagi pula, dia adalah orang baru, dan belum bisa dipastikan, apakah baik dengan maksud terselubung, atau memang benar-benar baik.Aku menghembuskan napas dalam-dalam, setelah menghabiskan dua mangkok mie ayam porsi besar. "Ya ampun, aku kebanyakan makan. Eh, Sat, maafin aku, ya.""Nggak apa-apa kok, Ra. Santai
Baca selengkapnya
Dara
Aku tidak mungkin salah dengar. Entahlah, aku sedikit tidak yakin juga."Ra, kamu yakin ini tempatnya?" Satria berhenti di dekat gerbang. Tempat itu tampak sepi, tak ada yang belajar, karena hari Minggu.Sudah enam jam perjalanan menuju ke Kabupaten Kapuas. Kata Dara, rumahnya ada di dekat SMAN 1 Kapuas Hulu. Setelah mencari kemana-mana, tetapi aku tidak menemukan sosok gadis jago karate itu.Mbak Farah memberitahukan bahwa, Dara adalah temannya di jejaring facebook. Mereka berkenalan sudah cukup lama. Aku meminjam akun milik Mbak Farah, untuk menghubungi Dara. Sayangnya, selain kabar baik, ada pula kabar buruk."Semua akun media sosial milik Kak Elgin udah nggak aktif lagi, sejak dua hari yang lalu, Mbak. Pas aku tanya ke Kak Toni, dia malah nggak jawab sama sekali. Besoknya pas aku lihat nomor WA-nya, nomorku udah diblokir." Begitulah isi pesan yang dikirimkan oleh Dara.Kamu hilang tanpa kabar, semenjak pulang dari rumah sakit. Dara bahkan belum sempat menjengukmu. Katanya, ada ba
Baca selengkapnya
Perselingkuhanmu
Di dalam hubungan mana pun, mungkin akan ada banyak masalah yang dihadapi. Kerja sama, dan dukungan satu sama lain merupakan solusi. Lantas, bagaimana jika pasangan yang selama ini berlaku tulus, nyatanya masih menaruh hati pada masa lalu?Pencitraan di depan publik, ketika membuat sebuah SW atau SG bisa saja hanya kebohongan belaka. Beberapa orang kadangkala hanya ingin pengakuan, dan membuat orang lain iri padanya.Kita hanya virtual, dan belum pernah bertemu sebelumnya. Aku hanya yakin bahwa, kamu setia dengan cinta yang selama ini kuberi. Ketika menjalin komitmen denganmu, hanya satu hal yang menjadi penguat. Ya, kepercayaan.Masih ingatkah kamu saat ia yang dulunya mengisi hatimu datang kembali? Aku sangat trauma. Kamu bilang, 'aku sangat mencintaimu'. Nyatanya, orang setulus kamu pun bisa menyembunyikan wanita lain."Kamu ngerahasiain apa dariku?" Aku menulis pesan itu hanya sekedar ingin cari masalah–biasanya juga seperti itu."Nggak ada kok." Jawabanmu begitu meyakinkan, untuk
Baca selengkapnya
Keluarga Cemara
Kami menyusuri jalan berliku, serta terjal. Karena hujan panas yang turun, kami berempat pun berteduh di depan toko yang sedang tutup. Pakaianku tak terlalu basah kuyup, sedangkan Dara bersama Epi–temannya, kehujanan. Ya, salah mereka, kenapa tidak cepat-cepat meminggirkan kendaraannya.Satria menenangkan diriku, dan berkata bahwa, semuanya akan baik-baik saja. Entahlah, pria itu sudah sangat baik. Selain mau meluangkan waktu, dia juga bersedia menghantarkanku untuk menemuimu.Tiba-tiba, Satria ditelepon oleh pacarnya, dan hanya didiamkan. Aku mematung sambil terus memantau pergerakan lelaki itu. Dasar tidak peka! Dicariin bukannya langsung kasih kabar, eh, malah diabaikan begitu saja."Kenapa nggak kamu angkat? Kamu takut kalo dituduh selingkuh?" Aku mengambil ponselnya secara paksa. "Jawab, Sat!""Kami udah lama putus, Ra. Dia cuma mau aku nganterin dia makan siang, nungguin di salon, dan ngajakin dia jalan-jalan," ungkap Satria dengan nada lirih. Dia seakan tak mampu mengatakan leb
Baca selengkapnya
Pekerjaan Baru
Deg! Deg! Deg!Jantungku berpacu kencang, seakan ikut lomba lari. Aku tidak mampu berkutik, berbicara pun sakit. Kapan aku bisa bertemu denganmu, kalau ...."Mereka udah nggak di sini, Nak. Mungkin mereka semua udah balik ke desa," tegur seorang bapak-bapak yang tidak sengaja lewat, ketika kami mengetuk pintu rumahmu, Elgin.Kamu tidak ada, dan sudah sekitar dua hari sebelumnya pergi. Pantas saja, tempat yang hanya ditinggali oleh kamu, dan mamahmu itu terlihat sangat sepi.Kami memutuskan untuk pulang setelahnya. Esok harinya mungkin aku tidak bisa bersama Satria lagi, karena dia sudah mulai bekerja di tambang. Begitu pula Dara dan Epi, aku tidak bisa memaksa mereka untuk selalu ada. Semua orang punya kesibukannya masing-masing.Aku berdiri di dekat pintu masuk sebuah kos-kosan. Satria bilang, dia tak bisa terus mengunjungi, makanya dia hanya bisa memberi sebuah amplop. Aku tidak bertanya, kenapa dia memberi itu padaku. Aku hanya mengambil, lalu mengucapkan terima kasih.Setelah dia
Baca selengkapnya
Undangan Pernikahan
Aku berdagang sempol di pusat Kota Kalteng. Bu Aisya adalah bos, sekaligus pemilik usaha sempol terbesar. Aku hanya karyawan yang bertugas untuk melayani para pembeli. Yang masak itu Hana–teman baruku.Hari-hari yang kutempuh seperti suatu kehampaan. Aku bekerja pada pukul delapan pagi, hingga pukul sembilan malam. Hana bisa motoran, sedangkan aku tak bisa. Anak gadis semata wayangnya Bu Aisya itu sering menjemputku, karena rumah kami kebetulan tak terlalu jauh.Hana–gadis pirang keturunan bule Amerika. Ya, Bu Aisya bercerai dengan Tuan Jake, beberapa tahun silam. Aku tahu cerita itu dari Hana. Gadis cantik itu selalu bercerita, di sela-sela waktu bekerja."Hari ini kamu gajian, Ra. Oh iya, kamu mau ikut ke mall, nggak?" Hana meletakkan piring-piring kotor di sampingku. "Ra, kamu orangnya memang pendiem, atau gimana?""Eh, sejak kapan kamu di sini?" tanyaku kebingungan. Seingatku, sebelumnya aku hanya sendiri di ruangan khusus cuci piring itu."Kamu sering melamun akhir-akhir ini. Pad
Baca selengkapnya
Tanpa Restu
Aku duduk sambil terus menundukkan kepala, tak mau menatap sosok bengis di depanku. Lantai di bawah sana terlihat sangat kotor, dengan pasir-pasir dari bawah sandal, atau sepatu para pengunjung. "Saya nggak bisa batalin pernikahan mereka," ucap suara penuh penekanan itu.Ya, saat mendengarnya tentu hatiku berasa sakit. Perih. Aku tak bisa menahan semua rasa sakit, yang diberikan oleh keluargamu. Aku menderita, karena terlalu mencintai sosok dirimu, Elgin.Kualihkan pandangan ke arah lain–yang jelas bukan melihat ibumu–Hayati. Aku ketakutan sehingga tangan terasa bergetar, mungkin Satria–di sebelahku, juga menyadari hal itu."Kenapa Anda memisahkan dua orang yang sudah saling mencintai, Nyonya? Keyra sudah jauh-jauh dari Sumatera, hanya demi Elgin. Apakah perjuangan semacam ini dirasa belum cukup juga?" Satria berbicara, menimpal dengan nada datar."Rossa lebih baik daripada anak ini. Kalian hanya buang-buang waktu saya saja. Permisi."Terdengar suara kursi yang ditarik ke belakang. Y
Baca selengkapnya
Kita Bertemu
Sebuah panggung yang didirikan dengan riasan mewah, sedikit menaruh rasa untuk tak singgah. Tamu undangan yang rata-rata mengenakan kebaya dan baju koko, sudah mengerumuni kursi-kursi hijau, di bawah tenda.Kami berada di dekat janur kuning yang ditancapkan, tidak jauh dari tenda pembuka–ada ucapan selamat datang di sana. Aku sengaja memakai masker, agar ibumu tak melihatku. Bisa gawat, kalau rencana menemuimu gagal.Satria berbisik, "Ra, kalo acara ijab kabul nanti mulai, kamu jangan berbuat yang nggak-nggak, ya?"Jiwaku terguncang hebat. Bagaimana caranya agar tetap diam, ketika menyaksikan pernikahan pacarku sendiri? Baru menapakkan kaki saja, aku sudah terbawa arus ombak kemarahan, apalagi melihatmu bergandengan tangan dengan Rossa.Aku merapikan baju kebaya berwarna merah muda, dengan hiasan sederhana. Ya, menor juga sudah tak ada gunanya. Toh, kamu sudah akan menjadi milik orang lain–tidak akan kepincut dengan penampilanku.Satria mengenakan pakaian kemeja, dengan celana hitam.
Baca selengkapnya
Pertengkaran Berdarah
"Aku nggak kenal kamu," kamu berkata dengan entengnya, seakan tak punya beban."Udah, Ra, kita mending pulang aja." Satria menahan bahuku untuk lebih dekat ke arahmu."Ngehancurin resepsi pernikahan orang, bahkan belum sampai ijab qobul, Mbak ini waras nggak, sih?" hardikmu kasar. Kamu sangat jauh berbeda, dari yang pernah kukenal sebelumnya.Aku sudah tak tahan lagi. "Aku ini Keyra Lilac, pacar virtual kamu, El!""Pacar? Hah!" Kamu memasang keterkejutan di wajah. Kenapa kamu malah seperti orang yang kebingungan? Semudah itukah melupakanku?Jika cinta hanyalah pemanis, dan rasa sakit adalah wujudnya, maka aku rela disakiti hingga mati, demi mengecap cintamu. Aku ingin menampar, tetapi tak tega melihatmu merasakan sakit."Iya, Keyra itu pacar kamu, El. Kamu kenapa kayak orang bodoh, sih? Cewek sebaik adekku malah disia-siakan." Satria yang sebelumnya menahan diri, akhirnya ikut turun tangan.Kamu menunjuk batang hidung Satria, dekat sekali. "Eh, Mas, ini bukan urusan kamu, ya!""Dia n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status