Semua Bab Pelakor Itu Tanteku: Bab 11 - Bab 20
42 Bab
Bab 11
Pelakor Itu TantekuAkhirnya aku hanya terdiam. Percuma berontak sekuat apapun untuk melepaskan diri, karena Mas Pram lebih kuat dariku.Aku biarkan Mas Pram tetap memeluk erat diriku. Bukan karena aku terlena dengan pelukannya, Tetapi karena aku tidak bisa melepaskan pelukan Mas Pram. Aku tidak ingin terpesona lagi dengan semua sikap manisnya selama ini. Aku tidak ingin hatiku lemah karena rasa cinta yang begitu dalam pada Mas Pram.Akhirnya Mas Pram sedikit melonggarkan pelukannya. Dia memegang wajahku dengan kedua tangannya. Dia menatapku begitu dalam. Ingin rasanya kupalingkan wajah, tetapi kedua tangan Mas Pram mengapit pipiku, membuat pandangan tetap tertuju padanya."Sayang. Aku tahu, perbuatanku begitu melukai perasaanmu. Aku minta maaf!"Dadaku begitu sesak mendengar pengakuan Mas Pram atas perbuatannya. Air mataku sudah membendung, aku berusaha untuk tidak mengerdipkan mata. Aku takut air mataku jatuh di depan Mas Pram dan terlihat lemah. Ternyata sekuat apapun menahannya,
Baca selengkapnya
Bab 12
Pelakor Itu Tanteku"Kamu mengusirnya atau menyuruh dia tinggal di tempat lain, Mas? Tempat yang sudah kamu sediakan agar lebih mudah untuk bermesraan dan melanjutkan hubungan cinta terlarang kalian.""Kamu kenapa bicara seperti itu, Sayang? Di mana Sifa yang aku kenal? Sifa yang yang selalu bersikap lembut, Sifa yang selalu percaya dengan suaminya."Aku memang sudah berubah, Mas. Dan semua perubahan itu karena kesalahanmu. Seandainya kamu tidak melakukan semua ini, mungkin kamu masih akan merasakan kelembutan dan mendapatkan kepercayaan dari seorang Sifa."Kamu masih ingin mengharapkan kelembutan dariku, Mas? Kamu masih berharap aku akan mempercayaimu seperti dulu lagi? Tidak semudah itu, Mas. Bahkan bisa saja untuk selamanya aku bersikap seperti ini padamu."Aku langsung menggendong Fadil yang masih terpejam. Dan memindahkan dia ke kamarku. Aku langsung mengunci pintu kamar agar Mas Pram tidak mengikuti lagi.Hahh ... kuatkanlah aku menghadapi semua ini. Aku tidak pernah menyangka k
Baca selengkapnya
Bab 13
Pelakor Itu TantekuPOV PramSudah beberapa hari aku tidak merasakan kelembutan dari istriku. Bahkan dia mengambil keputusan untuk pisah kamar denganku. Senyum ayu yang selalu membuat hatiku tenang sudah tidak kulihat. Suara lembut yang selalu berbisik manja di telingaku sudah tidak kudengar lagi.Semua itu salahku. Ya. Salahku. Seorang istri yang begitu sempurna telah aku lukai hatinya. Seorang istri yang telah membuatku jatuh cinta karena kesederhanaannya tetapi tetap anggun dan cantik.Sifa. Perempuan yang telah kupilih menjadi teman hidupku. Dan ibu dari anakku, Fadil. Aku telah kehilangan sosok Sifa yang aku kenal dulu. Dan semua itu berawal dari kesalahanku yang tidak bisa menahan rayuan Tante Lili, yang tak lain tantenya Sifa. Rayuan perempuan itu sudah membuatku tidak bisa menahan hasrat sebagai seorang lelaki. Aku menyesal. Tapi penyesanlanku tidak ada gunanya. Tante Lili datang ke rumah kami saat dia mendapatkan panggilan kerja di sebuah perusahaan yang satu Kota dengan
Baca selengkapnya
Bab 14
Pelakor Itu TantekuMalam ini terasa begitu sepi. Aku hanya duduk termenung di kamar Fadil. Menemani bocah polos yang sudah terlelap dalam tidurnya. Suasana begitu hening.Aku selalu teringat dengan masa indahku bersama Mas Pram. Dada ini terasa sesak jika mengingat semuanya. Jujur. Aku rindu dengan masa-masa itu. Tapi ini keputusan yang sudah kupilih untuk menjaga jarak sementara waktu.Brem brem brem Mas Pram?Aku langsung bergegas membuka pintu kamar Fadil dan keluar. Seakan lupa kalau hubunganku dengan Mas Pram sedang tidak baik. "Mas, kok baru pulang?" tanyaku menyambut Mas Pram.Mas Pram tercengang di depanku. Dan aku sendiri belum menyadari sikapku itu. "Alhamdulillah, akhirnya kamu mau menyapaku lagi seperti dulu, Sayang."Deg ... baru tersadar dengan sikapku ini. Ya ampun. Apa-apaan aku ini? "Ma - maksudnya, makanan untuk makan malam sudah kusiapkan di meja makan. Aku tadi memang ingin keluar," terangku ngeles. Aduh. Kenapa harus seperti ini? Aku langsung balik badan d
Baca selengkapnya
Bab 15
Pelakor Itu TantekuSepertinya aku tidak perlu menghubungi Tante Lili. Aku takut kalau hal ini akan menjadi celah untuk dia kembali lagi ke rumah ini. Sudah cukup aku menampung Tante yang tidak tahu diri itu. Lebih baik aku biarkan saja barang yang masih tertinggal, yang terpenting dia sudah keluar dari rumah ini. Apa aku telepon Ayah dan Ibu saja untuk menanyakan Tante Lili di sana atau tidak.Aku segera mengambil ponsel dan menelepon orang tuaku untuk memastikan hal tersebut."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam, Fa. Ada apa malam-malam telepon? Kalian semua sehat dan baik-baik saja 'kan?" tanya ibu terdengar khawatir"Alhamdulillah, kami semua sehat, Bu.""Pekerjaan Lili bagaimana, Fa? Lancar? Lili bilang, kamu dan Pram yang mengizinkan dia untuk tetap tinggal di sana, ya? Sebenarnya Ibu sudah bicara, agar dia segera mencari tempat kost. Tapi kalau kamu dan Pram yang meminta dia tinggal di sana, Ibu bisa apa."Aku terdiam sejenak mendengar ucapan Ibu. Pekerjaan Tante Lili memang
Baca selengkapnya
Bab 16
Pelakor Itu TantekuMas Pram menggenggam tanganku yang masih memegang baju tidur. Dia menatapku dengan tatapan penuh makna. Mungkin dia sedang memikirkan harus dari mana menjelaskan padaku.Aku membalas dengan tatapan yang mengisyaratkan kalau aku sudah siap mendengar penjelasan darinya. Terlihat wajahnya yang sedikit ragu-ragu dan cemas, sebelum akhirnya Mas Pram mulai bicara."Semua itu tidak pernah aku inginkan, meskipun akhirnya aku tidak bisa menolaknya. Rayuan itu membuatku melupakan sejenak kamu dan Fadil. Sentuhan bibir Tante Lili tidak bisa ku elakkan, justru aku membiarkan dan menikmatinya meskipun hanya sesaat."Dadaku bergetar hebat. Sekuat tenaga mencoba menguatkan hatiku. Sesekali kuseka air mata yang tidak bisa kutahan.Mas Pram lebih erat menggenggam tanganku, seakan dia ingin memastikan apa aku masih menginginkan penjelasan yang lebih darinya."Terus?" ucapku dengan suara parau."Entah apa yang membuat Tante Lili menginginkan semua itu dariku. Setelah cumbuan pertama
Baca selengkapnya
Bab 17
Pelakor Itu TantekuAku berjalan mengikuti Mas Pram. Berharap memang Tante Lili yang datang. Aku sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang tersimpan di dalam kepala. Aku ingin mendengar penjelasan langsung darinya.KleekkMas Pram membuka pintu."Assalamu'alaikum, Mbak Sifa. Ini ada sedikit kue untuk Fadil."Ternyata bukan Tante Lili yang datang, melainkan Mbak Hana-tetangga sebelah rumah.HemhhAku menghembuskan napas pelan untuk memendam sedikit rasa kecewa, karena sudah beranggapan kalau Tante Lili yang datang."Wa'alaikumsalam, terima kasih, Mbak Hana. Repot-repot segala," ucapku sembari mengulas senyum kaku. Mas Pram melirikku dengan dahi yang mengernyit. Mungkin karena melihat sikapku sedikit aneh.Setelah Mbak Hana pergi, aku langsung masuk dengan membawa kue pemberiannya."Sayang, aku belum selesai bicara, tadi." Mas Pram mengikuti ke manapun kakiku melangkah."Aku ingin menengok Ayah, Mas, beliau sakit. Ibu sudah memberitahu Tante Lili, tapi dia tega tidak menyampaikannya pa
Baca selengkapnya
Bab 18
Pelakor Itu TantekuAku sedikit menggeser duduk'ku ke samping Mas Pram, berharap dia tidak hanya diam membisu seperti itu. Semua masalah datang dari dia dan Tante Lili. Tapi kenapa harus aku yang menanggung beban ini. Aku segera mengambil ponsel di dalam tas.[Bantu aku untuk menjawab keinginan Ibu yang menyuruhku menghubungi Tante Lili.] Segera mengirim pesan tersebut pada Mas Pram.[Bantu gimana, Sayang? Aku harus bilang apa sama Ibu?] Pesan balasan yang sangat cepat. Mas Pram ini, benar-benar bikin aku kesal. Coba Ayah tidak sakit, sudah ku'buka semua perbuatan kalian berdua. [Terserah,] balasku melirik sinis ke arahnya. Dari tadi aku terus yang harus menjawab semua pertanyaan dari Ayah dan Ibu soal Tante Lili. Sedangkan Mas Pram hanya bisa diam dengan perbuatannya. Tahan emosi kamu, Sifa! Jangan sampai Ibu curiga dengan sikapmu pada Mas Pram. "Gimana, Fa? Sudah dapat balasan dari tantemu?" tanya ibu lagi."Sudah," celetuk Mas Pram tiba-tiba. Seketika tatapan kami tertuju pa
Baca selengkapnya
Bab 19
Pelakor Itu TantekuPOV Tante Lili"Mendingan Tante pergi dari sini! Aku tidak ingin Sifa lebih sakit hati lagi padaku," terang Pram yang tiba-tiba menyeret tanganku keluar dari kamar."Bukannya bagus, karena akhirnya Sifa mengetahui. Pram ... Pram, sudahlah, berhenti jadi orang munafik!" Ku'tatap wajahnya yang terlihat begitu marah padaku. "Aku tidak pernah menginginkan semua ini, dan Tante tahu itu. Aku hanya mencintai Sifa.""Kamu pikir, aku akan berhenti sampai di sini, Pram? Tidak. Aku tidak akan berhenti sampai di sini. Dan aku tidak akan pernah keluar dari rumah ini. Atau ... aku akan bilang sama orang tuanya Sifa kalau kamu mencintaiku," tegasku untuk mengancamnya."Lagi-lagi Tante mengancamku. Mau Tante apa?" Pertanyaan yang dari tadi aku tunggu, Pram. Dengan kamu bertanya seperti itu, aku bisa meminta apapun darimu."Simple. Aku menginginkan kamu, Pram.""Jangan gila, Tan. Aku tidak mencintai Tante sama sekali. Sekarang lebih baik Tante segera angkat kaki dari rumah ini!"
Baca selengkapnya
Bab 20
Pelakor Itu Tanteku"Fa ...." Suara Ibu mengagetkan lamunanku."I - iya, Bu. Kenapa?""Kenapa? Kamu yang kenapa, Fa?""Si - Sifa tidak apa-apa, Bu," jawabku dengan senyum yang dipaksakan."Cerita sama Ibu kalau memang ada yang mengganjal pikiranmu, Fa! Jangan dipendam!"Sebenarnya Sifa juga ingin cerita. Sifa ingin mengungkapkan semua apa yang Sifa rasakan. Masalah rumah tangga Sifa dengan Mas Pram jadi bermasalah karena Tante Lili--adik kesayangan Ibu.Tapi, Sifa pikir, bukan waktu yang tepat menceritakannya sekarang. Ayah sedang sakit, Sifa tidak ingin menambah beban pikiran Ibu. Sifa takut, Ibu akan ikutan sakit setelah mendengar semuanya."Fa ....""Si ... Sifa baik-baik saja, kok, Bu. Mungkin karena sedikit lelah," jelasku agar Ibu tenang."Ya sudah, kamu istirahat saja! Sepertinya Fadil juga sudah di kamar bersama papanya."Sebenarnya aku masih tidak ingin satu kamar dengan Mas Pram. Tapi apa boleh buat, tidak mungkin aku tidur pisah ranjang di sini.""Kenapa lagi, Fa? Malah me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status