All Chapters of IBU SUSU UNTUK ANAK PEWARIS: Chapter 11 - Chapter 20
530 Chapters
KELAKUAN ANEH
11"Ai," panggil Randi dengan bibir bergetar, setelah beberapa saat lalu terpaku melihat Aira dan penampilannya. "Mas Randi?" Kening Aira berkerut. Ia sedikit mundur saat tangan lelaki itu nyaris menyentuhnya. Wanita itu berdiri agak jauh. Sempat menarik napas panjang setelah memperhatikan dengan seksama sosok lelaki yang masih berstatus suaminya. Heran melanda, melihat Randi yang sekarang jauh berbeda dengan Randi yang ia tinggal sebulan lalu. Tubuh kurus, rambut sedikit gondrong, wajah layu, pipi tirus, dan lingkar mata yang menghitam. Lelaki itu terlihat lebih tua dari usianya. Padahal usia Randi baru dua puluh enam tahun. Selisih empat tahun saja dengannya yang baru dua puluh dua tahun. Apa yang terjadi dengan lelaki itu sepeninggal dirinya? Bukankah dia sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya? "Ada yang bisa dibantu, Mas?" tanya Aira pada akhirnya setelah mereka hanya saling memperhatikan penampilan masing-masing. "Kamu cantik sekali, Ai," ucap Randi dengan tatapan ka
Read more
MAAF
12Alexander berdiri kaku di tempatnya. Menatap wanita yang berjalan menuju jendela dengan terus berusaha menenangkan bayi Alister yang nangis kejer, akibat kaget, juga karena tidurnya terganggu. Alexander masih berdiri kaku di sana tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Sekilas ia melihat kilat kemarahan di mata Aira. Namun, sepertinya bagi wanita itu menenangkan Alister lebih penting daripada mengurus kemarahannya. Alexander sendiri kaget bukan kepalang. Ia tidak tahu kalau Aira sedang berpenampilan seperti itu di dalam. Gara-gara tak sengaja melihat foto-foto Vallery, sakit hatinya kembali menyeruak. Tak percaya rasanya wanita yang begitu ia cintai tega meninggalkan dirinya, juga buah cinta mereka yang masih bayi hanya demi mengejar cita-cita masa mudanya menjadi model internasional. Untuk mengusir rasa sakit hati dari luka yang menganga akibat kepergian sang mantan istri, Alexander berniat menemui Alister yang ia kira sudah tidur. Ia ingin memeluk dan mencium bayinya itu sebelum
Read more
PESAN DARI RANDI
13"Tidak, Tuan! Tetap harus dimasukkan ke dalam kontrak, untuk melindungi hakku sebagai wanita!" Aira menyambar dengan cepat, lalu bicara tegas penuh penekanan seraya melemparkan tatapan tajam ke arah wajah dingin yang juga menatapnya. Alexander memutuskan kontak mata lebih dulu, dengan kembali menatap lurus ke depan. Membuang napas kasar berkali-kali. "Baik, besok tanda tangani lagi suratnya di ruang kerjaku!" jawabnya dengan sedikit getar kesal dalam suaranya. Hening. Tak ada yang bicara lagi setelah itu. Baik Alex ataupun Aira hanya diam memperhatikan hamparan kerlap-kerlip di kejauhan sana. Aira merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Sementara Alex tidak tahu harus berkata apa. Hanya desau angin malam yang semakin dingin menerpa tubuh keduanya. "Hampir setiap malam kau berdiri di sini menatap bintang. Kau suka sekali berdiri di sini malam-malam, ya? " tanya Alex pada akhirnya. Membuat Aira menoleh heran. Keningnya berkerut dalam. Dari mana Alexander tahu kalau ia serin
Read more
BELAJAR
14Hampir saja Aira membanting ponsel yang sejak tadi diremasnya kuat. Marah? Tentu saja. Bagaimana ada manusia seperti Randi? Setelah apa yang dilakukan kepada dirinya, dengan tidak tahu malu laki-laki itu datang lagi menceritakan semua kesusahannya. Memohon bantuan. Memaksa lebih tepatnya. Sungguh laki-laki tidak tahu diri. Apa ia lupa bagaimana perlakuannya? Apa Randi pikir, dirinya manusia tanpa hati, yang walaupun sudah disakiti masih bisa dimanfaatkan? Sayangnya, Aira sudah tak peduli lagi apa yang terjadi dengan laki-laki itu. Ingin Aira mematikan ponsel agar Randi tak bisa menghubunginya lagi. Namun, ia ingat masih ada urusan yang belum selesai dengan laki-laki itu. Mereka belum bercerai resmi. Aira takut Randi menyerangnya dengan alasan itu. Ia takut Randi nekat dan berbuat ulah. Aira menarik napas panjang. Sepertinya ia harus bersabar untuk saat ini. Jangan terpancing emosi. Jangan gegabah. Ikuti dulu arusnya. Sampai mereka benar-benar bercerai. Ia harus mulai menyusu
Read more
RANDI
"Jangan merengut! Tidak baik pagi-pagi memasang wajah masam di ruang makan!" tutur Alexander saat mereka sudah berada di ruang makan dan siap sarapan. Aira memutar bola mata malas. Tentu sambil menunduk agar sang boss tidak melihat. 'Tidak baik pagi-pagi memasang wajah masam.' Aira menirukan kalimat Alexander. Tentu hanya dalam hati juga. Dia bilang apa? Tidak baik? Helow, dia sendiri selalu memasang wajah dingin. Bukan hanya pagi-pagi, tetapi setiap saat. Bukan hanya di ruang makan, tetapi di semua tempat dan situasi. "Habiskan makananmu, lalu siapkan perlengkapan Alister!" lanjut lelaki itu lagi, setelah meneguk segelas air dan mengelap mulutnya dengan tisu. Kemudian berdiri dan meninggalkan ruang makan dibuntuti pria bernama Jo. Aira hanya menatap punggung yang selalu terbalut kemeja hitam itu dengan kesal sambil memiringkan salah satu ujung bibirnya. Wanita itu kesal. Masa pergi keluar sebentar saja harus membawa dua bayi. Bagaimana bisa ia leluasa menyelesaikan masalahnya?
Read more
DEMAM
16"Jadi, kau keluar rumah membawa dua bayi hanya untuk menemui laki-laki bajingan seperti itu?" Alexander menatap tajam Aira yang menunduk sejak tadi. Wajah lelaki itu terlihat merah menahan marah. Kedua tangannya bertolak di pinggang. Aira hanya bisa menunduk. Tak ada sedikit pun keberanian untuk sekadar mengangkat wajah. Ia sangat tahu dirinya salah. "Aku mengizinkan kau keluar, bahkan dengan membawa Alister, karena kau bilang akan ke pengadilan agama. Bukan untuk menemui bajingan seperti itu!" Alexander masih terus mengomel dengan emosi, seolah dia seorang ayah atau suami. Sementara Aira masih diam. Tak berniat membantah sama sekali, walaupun yang dituduhkan Alexander tidak semua benar. Ia memang berencana ke pengadilan agama, tetapi setelah menemui Randi dulu. Awalnya ia ingin menyelesaikan semua urusan dengan lelaki itu. Aira ingin agar Randi tak lagi mengganggunya dan Raka. Namun, siapa sangka berakhir seperti ini. "Apa kau pernah membayangkan bagaimana nasibmu bila pengaw
Read more
TERIMA KASIH
17Penunjuk waktu di dinding sudah menunjukkan lebih dari tengah malam. Bahkan suasana sudah terasa sunyi di mana-mana. Namun, badan Baby Al masih juga demam. Padahal dokter Rumi sudah memeriksa dan memberinya obat tadi sore. Menurut dokter keluarga itu, Baby Al hanya masuk angin. Ya, ini memang pertama kali Alister dibawa keluar rumah sejak lahir. Ia belum akrab dengan udara dan cuaca di luar rumah. Mungkin karena itu tubuhnya kaget. Hingga akhirnya demam. Padahal Aira dan Nina sudah sangat safety terhadap Baby Al sebelum membawa bayi itu keluar tadi. Saking bahagia memiliki anak, terlebih ditinggal ibu kandungnya, membuat Alexander overprotective terhadap Alister, segala sesuatu selalu dilarang, ini itu tidak boleh. Hingga membuat bayi itu daya tahan tubuhnya lemah. Berbeda dengan Raka yang sejak lahir diajarkan hidup prihatin dan mandiri karena keterbatasan materi, juga karena Aira hanya mengurusnya seorang diri. Alexander terus memperhatikan Aira yang sejak sore harus menggendo
Read more
CIE CIEE
18Aira terbangun kaget karena rengekan Alister. Dengan tak mempedulikan rasa pegal di sekujur tubuhnya, terutama di bagian leher dan pinggang, wanita itu segera berdiri dari duduknya, kemudian kembali mengayun bayi itu. Diedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar. Terlihat Nina tertidur di kursi lain di sebelahnya dengan wajah menelungkup di atas meja. Sementara boss mereka tidur terlentang di sofa dengan kakinya yang panjang menjuntai ke bawah dan kepalanya berbantalkan pembatas sofa. Kening Aira berkerut. Mengingat-ingat kejadian terakhir sebelum tertidur di kursi, lalu memperhatikan kain pernel yang terjatuh dari dadanya karena gerakkan berdiri mendadak. Seingat dirinya, tidak membawa kain itu bersama tubuh Alister. Mungkin ia lupa. Pikir Aira. Atau mungkin Nina yang membalutkan kain itu untuk menutup payudaranya yang terbuka, karena ketiduran tak sempat menutupnya. Dengan terpaksa Aira membangunkan Nina karena ingin ke kamar mandi. Tidak mungkin membawa bayi ke sana. Untungl
Read more
DIA HANYA IBU SUSU
19Alexander turun dari mobil, lalu berjalan gagah menuju pintu sebuah kantor di mana di dinding depannya terpasang papan besar bertuliskan Sultan Hariwijaya SH. Lelaki itu langsung mendorong pintu kaca sebagai akses masuk ke kantor tersebut. Karena sudah biasa datang ke sana, ia sudah tidak canggung lagi. Beberapa orang karyawan yang berpapasan mengangguk hormat dan menyapanya. Alexander langsung menuju ruang utama kantor yang letaknya paling pojok dari bangunan itu. Lelaki itu mengetuk pintu, lalu masuk saat seseorang di dalam mengizinkan. "Hei, apa kau tahu anak muda, penampilanmu sangat membosankan!" sambut suara sinis di dalam, saat Alexander mulai memasuki ruangan. "Apa sudah tidak ada baju warna lain di lemarimu? Kalau iya, sepertinya kau harus segera ke luar negeri untuk belanja baju." Kalimat sinis itu terlontar dari pria botak berumur hampir setengah abad dengan gaya perlente khas pengacara. Alexander hanya mendengkus sebelum duduk di sofa tanpa menunggu dipersilahkan.
Read more
DILEMA IBU SUSU
20Hari-hari sebagai ibu susu, Aira jalani dengan penuh keikhlasan dan totalitas. Bahkan hingga kini, setelah empat bulan berjalan. Aira tak pernah mengeluh walaupun hati tetap menjerit tatkala lebih banyak waktu ia habiskan dengan Bayi Alister daripada dengan Raka. Semua ia lakukan juga demi masa depan sang anak. Bukankah tidak akan selamanya ia di sana? Nanti pada saatnya, ia dan Raka akan keluar dari sana dan memulai hidup baru. Tabungannya dari empat bulan bekerja sudah lumayan banyak. Hanya terpakai untuk kebutuhan pribadi yang tidak ditanggung sang boss. Seperti membeli ponsel, baju-baju dirinya dan Raka yang ia inginkan, atau barang-barang lain yang tidak disediakan Alexander. Biasanya Aira akan membeli di toko online agar tidak harus keluar rumah. Untuk meminimalisir masalah yang mungkin timbul. Rencananya, setelah keluar dari sana, ia ingin membuka usaha untuk bekal hidup dan pendidikan Raka. Modalnya tentu dari tabungan selama bekerja menjadi ibu susu. Sejauh ini, semua
Read more
PREV
123456
...
53
DMCA.com Protection Status