All Chapters of IBU SUSU UNTUK ANAK PEWARIS: Chapter 21 - Chapter 30
530 Chapters
KEPUTUSAN BULAT
21"Apa kau lupa kalau aku tidak suka anakmu dibawa ke kamar Alister?" tanya Alexander begitu mereka berhadapan di sebuah ruangan tak jauh dari kamar Baby Al. Wajah Alexander merah padam, menandakan lelaki itu sangat marah. "Iya, Tuan," jawab Aira dengan wajah tertunduk. "Lalu kenapa kau masih melakukannya? Enak-enakan tidur berdua di kasur pula, sedangkan anakku tidur sendiri di box-nya? Apa karena aku sudah memprioritaskanmu dalam segala hal, membuatmu jadi besar kepala, dan merasa bebas melakukan apa pun di sini?" Suara Alexander meninggi. Kedua tangannya bertolak di pinggang. Aira yang awalnya menunduk, refleks mendongak, menatap sang boss. Untuk memastikan kalau kalimat barusan benar terlontar dari mulut lelaki es yang akhir-akhir ini terlihat mencair. Terlebih setelah sebulan lalu menyerahkan akta cerai Aira yang selesai diurus pengacaranya. Namun, sekarang? "Apa fasilitas yang kuberikan untuk anakmu kurang, hingga kau masih membawanya ke kamar anakku? Padahal aku sudah memb
Read more
PERGI
22Dengan napas tersengal menahan amarah, Alexander yang tangannya mencengkeram besi pegangan tangga dengan kuat, menunggu beberapa saat, berharap Aira berubah pikiran. Membatalkan keputusannya untuk pergi. Namun, hingga beberapa saat menunggu, wanita yang menggendong bayi itu tak muncul lagi di hadapannya. Hanya Dita yang kembali dengan wajah menunduk takut. Alexander meninju dinding dengan keras, sebelum berjalan cepat menuju kamarnya. Langsung menuju kamar mandi dan mengguyur kepalanya dengan air dari keran wastafel. Kepalanya terasa panas, bahkan seperti ingin meledak. Wanita itu berani sekali melawan dirinya. Bahkan dengan tanpa keraguan sama sekali meninggalkan rumahnya. Padahal selama ini begitu banyak hal ia berikan kepada Aira, juga anaknya. Hanya satu yang tidak ia suka. Aira membawa anaknya ke kamar Baby Al. Raka sakit? Menurutnya bukan alasan membawa anak itu masuk ke sana. Bagaimana kalau Raka mengidap penyakit menular, dan Alister tertular karenanya? Bukankah itu san
Read more
KEKALUTAN
23Jam dua lebih empat puluh, Dita, Nina, Hasna, dan tentu Alexander masih berjibaku menenangkan Alister yang semalaman terus rewel mencari Aira. Tetap tak mau menyusu dari botol seperti saat Aira belum menjadi ibu susunya. Bayi itu terus saja menangis bahkan hingga suaranya hampir habis. Tubuhnya juga sudah licin karena keringat. Entah sudah berapa kali Dita dan Nina mengganti bajunya. Gurat kelelahan dan putus asa kentara jelas di wajah Nina dan Dita. Apalagi Alexander terus saja menekan mereka dengan selalu mengungkit kalau mereka adalah lulusan terbaik, tetapi tak mampu mengurus satu bayi. Pikiran mereka sama. Ingin resign, tetapi terikat kontrak yang sudah ditandatangani saat masih di yayasan. Mereka berdua tidak seperti Aira yang memiliki keberanian melawan Alexander. Tak jarang Nina atau Dita ikut menangis, saat Baby Al menangis kejer. Selain kasihan dengan bayi itu, mereka juga putus asa karena tidak bisa menenangkan Alister. Padahal berbagai cara sudah mereka lakukan, seper
Read more
KETEMU KAU!
24"Perintahkan semua orang kita agar mencari wanita itu. Aku ingin kalian menemukan dan membawanya padaku secepat mungkin. Kurang dari dua puluh empat jam. Cari walau ke lubang semut sekali pun!" Perintah terakhir Alexander bertepatan dengan pintu ruangan terbuka dan seorang perawat keluar. "Keluarga anak Alister Putra Ferdinand!"Setengah berlari Alexander menghampiri perawat yang berdiri di depan pintu. "Saya ayahnya, Sus." Alexander datang dengan wajah tegang. "Bagaimana anak saya, Sus?""Silakan ikut saya, Pak. Nanti tanyakan saja langsung kepada dokter," ucap wanita itu seraya berbalik, kemudian berjalan menuju sebuah ruangan, melewati ruang IGD di mana banyak pasien sedang ditangani. Alexander mengikuti langkah perawat itu hingga mereka sampai di hadapan dokter muda dengan kacamata bertengger di hidung bangirnya. Dokter mengabarkan kalau Alister sudah melewati masa kritisnya. Bayi itu kini tengah tertidur.Menurut dokter, Alister mengeluarkan suara terlalu kencang, hingga te
Read more
LINGLUNG
25Alexander bangkit, tak tega rasanya melihat sang anak terus seperti ini. Lelaki itu hendak keluar ruangan, saat ponselnya terasa bergetar. Dengan sigap, tangannya merogoh benda itu dari dalam saku. Matanya berbinar melihat nama Jo, si tangan kanannya yang menelepon. "Halo, Jo. Bagaimana, apa kau sudah menemukan wanita itu?" tembaknya langsung sesaat setelah benda itu menempel di telinganya. "Kabar baik, Boss. Kami sudah menemukannya." Jo mengabari dengan antusias. Bagaimanapun, semua orang ingin agar Aira kembali dan bayi Alister sehat seperti biasa. Agar boss mereka tidak lagi uring-uringan seram. "Di mana?" Alexander tak kalah antusias. "Di klinik kecil tak jauh dari rumah boss.""Apa?" Kening lelaki itu berkerut. "Apa yang dia lakukan di sana?""Anaknya dirawat di sana, Boss. Bukankah saat pergi, anaknya memang sakit? Bodohnya aku tidak terpikir ke sana. Kalau saja ….""Ya, sudah. Kau awasi terus, tahan jangan sampai ia pergi lagi!" Alexander berkata cepat. "Apa perlu aku
Read more
PENGARANG CERITA
26"Kenalkan dokter, saya ayah dari anak Raka Faisal. Saya ingin memindahkan Raka ke rumah sakit yang lebih lengkap. Apa bisa, Dok?" tanya lelaki itu dengan sangat mantap dan meyakinkan. Dokter senior yang juga kepala klinik di sana memicingkan mata. Mengamati lelaki yang duduk di depannya. Lelaki yang tak lain Alexander. "Kenapa mau dipindahkan, Pak? Apa pelayanan kami kurang memuaskan? Dari diagnosa saya, anak Raka hanya demam biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak harus pula melakukan pemeriksaan lanjutan. Demamnya juga sudah turun per pagi ini. Bahkan besok pagi kalau tidak demam lagi, sudah boleh pulang. Saya tidak bisa merujuk karena tidak perlu juga dirujuk ke rumah sakit besar." Dokter senior menatap Alexander dengan seksama. Rasanya janggal orang tua pasien meminta anaknya dipindah ke rumah sakit besar. Padahal tidak ada hal serius. Dokter itu membuka rekam medis Raka. Di mana di sana hanya tertera nama Aira Andriani sebagai penanggung jawab anak itu dalam biodat
Read more
TUNGGU PEMBALASANKU
27"Sayang, sudahlah! Jangan menghalangi perawat yang sedang bekerja. Kita pindahkan saja Raka ke rumah sakit besar. Alister juga dirawat di sana. Biar kita sekalian merawat anak-anak kita bersama. Di sana juga ada babysitter yang akan membantu, kamu tidak akan terlalu capek." Alexander mulai dengan aktingnya. Suaranya terdengar sangat lembut dan memelas. Sungguh meyakinkan. Bahkan agar semakin meyakinkan, lelaki itu ingin merengkuh pundak Aira yang matanya melotot dan spontan menepis tangan lelaki itu. Seperti yang sudah Alexander kira, wanita itu tentu sangat marah. Apalagi saat ia ingin menyentuhnya. Untunglah sudah berhasil meyakinkan dokter senior. Hingga tampak sekali kalau Aira benar-benar istri yang sedang marah pada suaminya. Wanita itu menggeser tempat agar tak terlalu dekat dengan Alexander. Dokter senior tersenyum melihat tingkah Aira. Begitulah wanita bila sedang merajuk. Bahkan suka pura-pura tak ingin disentuh. "Ibu, nanti urusan dalam negerinya diselesaikan di ruma
Read more
PURA-PURA TEGA
28"Kenapa tidak membunuh kami sekalian, Tuan besar?" tanya Aira dingin begitu sudah berada dalam mobil. Wanita itu dengan terpaksa mengikuti kemauan Alexander masuk ke dalam mobilnya pasca sandiwara lelaki itu berhasil meyakinkan dokter dan semua orang, hingga Aira merasa terpojok. Rasa dongkol begitu meraja, tetapi ia tak mungkin berteriak. Raka yang terbangun paksa karena merasa tubuhnya terguncang, terus memperhatikan seluruh sudut mobil dan orang-orang di dalamnya. Untunglah bayi itu tidak menangis, hanya terus saja memperhatikan ke seluruh sudut, dalam dekapan Aira. "Tidak sekarang! Nanti ada masanya. Sekarang aku masih membutuhkan air susumu untuk kelangsungan hidup anakku," jawab Alexander ringan. Nada suaranya kemblai dingin, tidak selembut saat bersandiwara tadi. "Anda pikir aku masih mau menyusui anak Anda setelah semua yang Anda lakukan pada kami?" tanya Aira lagi dengan suara penuh tekanan, tetapi berusaha tidak bersuara keras, agar Raka tidak kaget. Wajah Alexander
Read more
PERTEMUAN MENGHARUKAN
29Aira bersyukur anaknya bisa sekuat itu. Wanita itu tersenyum dan ingin menghampiri ranjang Raka, saat dari sudut lain terdengar rengekan lemah. Aira spontan menoleh, dan pemandangan mengenaskan langsung tertangkap matanya. Alister terbaring lemah dengan selang infus terhubung ke salah satu kakinya. Suara bayi itu sangat lemah, wajahnya pucat, sorot matanya layu, kedua tangannya yang lemah terangkat meminta Aira datang padanya. Sungguh, hati Aira tersayat karenanya. Bagaimanapun, Alister sudah seperti anaknya sendiri. Dalam tubuh bayi itu sudah mengalir darahnya. Ia sangat menyayangi anak susunya. Namun, mengingat perlakuan Alexander yang begitu tega kepada Raka. Aira gegas membuang pandangan dari Alister, hanya agar tak terlihat matanya berkaca-kaca. Wanita itu segera berjalan menuju ranjang Raka yang letaknya di pojok berseberangan dengan ranjang Alister. Ia mencoba tidak peduli dengan Alister walaupun hatinya menjerit sakit melihat keadaan bayi itu. Kalau Alexander saja bisa se
Read more
APA KAU BISU?
30Alister seperti menemukan dunianya kembali. Bayi itu itu terus saja menempel dengan Aira. Seolah takut kalau ibu susunya akan pergi lagi. Seperti sebuah pembalasan juga, ia terus menyusu dengan rakus. Bahkan lagi-lagi, Aira harus menyusui dua bayi sekaligus bila Raka juga lapar. Hanya saja, karena Raka sudah dibantu MPASI, jadi menyusunnya tidak serakus Alister. Terlebih Raka mau dibantu dengan susu botol. Raka juga seperti bahagia kembali bertemu pengasuhnya yang sudah seperti ibu kedua baginya. Karena kenyataannya, bayi tujuh bulan itu lebih banyak diasuh Dita daripada Aira sendiri. Sebersit penyesalan hadir di hati Aira. Ia sudah melukai hati kedua bayi saat memutuskan pergi kemarin. Raka yang terpisah dari Dita. Dan terutama Alister yang sangat kehilangan dirinya. Namun, bukan tanpa alasan kalau Aira pergi, bukan? Kearoganan Alexander yang membuatnya menjadi ibu berhati tega. Kini, di hadapan dua bayi dan dua pengasuhnya, Alexander sudah merendahkan dirinya. Bersimpuh memoh
Read more
PREV
123456
...
53
DMCA.com Protection Status