All Chapters of RAHASIA SUAMIKU: Chapter 51 - Chapter 60
171 Chapters
Tak Akan Ada Perceraian
"Jujur ... iya." Singkat kalimat itu menjadi jawaban sekaligus penegasan kembali kepada laki-laki yang saat ini berstatus sebagai suaminya."Aku mencoba bertahan karena banyak hal. Kehadiran Rafif, keadaan orang tuaku yang hingga saat ini berpikir anaknya bahagia menjalani bahtera rumah tangga, bahkan kesadaranku bahwa diri ini juga bukan manusia sempurna."Ardi diam. Laki-laki itu menghela napasnya berkali-kali."Berkali-kali aku mencoba membuat keadaan ini lebih baik. Tapi setiap kali aku berusaha, Abang tak mau mendengarkannya. Aku ingin merasakan sebagai istri seperti orang lain, Bang. Menerima gaji dari suaminya, terlepas dari berapa pun nominalnya. Bukan masalah jumlah, tapi masalah rasa."Kinan akhirnya meneteskan air matanya. Perih yang sejak tadi ditahannya tak mampu lagi tertampung di hatinya."Lima tahun pernikahan ini, kita sampai di titik ini. Aku menyerah, Bang. Aku tak akan menuntut apa pun dari Abang, cukup Rafif saja
Read more
Waraskah?
Dua minggu berlalu sejak perdebatan sore itu. Kinan sadar, meminta berpisah dengan laki-laki yang menyandang gelar ayah puteranya itu sangat tak mudah. Apalagi saat mengingat penegasan laki-laki itu jika tak akan ada perceraian dalam rumah tangga mereka.Bercerai tak mau, memberikan pendapatan pun enggan. Waraskah suaminya itu?Memang Ardi tak memungkiri janjinya. Jatah mingguan diberikan laki-laki itu setiap hari Senin pagi dengan nominal dua ratus ribu rupiah. Tak banyak memang, tapi Kinan pun tak mempermasalahkannya. Lagi pula Kinan tak tahu berapa pendapatan Ardi setiap bulannya. Haruskah dirinya menuntut sejumlah uang sebagai bukti kesungguhan laki-laki itu mempertahankan rumah tangga mereka?Tidak, Kinan tak ingin egois. Cukuplah itikad baik laki-laki itu dia hargai. Selanjutnya nanti Kinan yang akan mencari tahu, sebenarnya berapa besar pendapatan suaminya itu? Paling tidak ada perubahan yang sedikit terjadi dalam biduk pernikahan yan
Read more
Ide Kinan
Tak ada sahutan ataupun tanggapan yang terdengar dari laki-laki itu. Mungkin otaknya masih berhitung. Tak mau rugi, Kinan tahu sifatnya."Jangan kelamaan berpikirnya, Bang! Keburu Mang Ijal tutup," ujar Kinan sembari meraih handuk dari jemuran kecil yang ada di dekat kulkas."Abang pikirkan dulu bagaimana baiknya. Setelah mandi keputusannya."Tak ada jawaban dari mulut Kinan. Untuk apa ikut pusing seperti suaminya. Biarlah, cukup laki-laki itu yang pusing, tak perlu dirinya.Kinan mengguyur tubuhnya dengan air. Tentunya dengan gerakan yang tergesa-gesa. Mulai dari menyabuni sampai dengan menggosok gigi. Untung saja tadi salat Asar sudah ditunaikannya tadi.Dengan gerakan cepat pula Kinan meraih handuknya. Menyeka tubuhnya yang masih berair dengan terburu-buru. Bukan baru sekali ini Kinan melakukannya. Gerakan mandi kilat ini sudah diterapkannya sejak Rafif hadir ke dunia.Punya suami, tapi ibarat tak memiliki. Semua tanggung
Read more
Mulai Beraksi
Kinan menatap hamparan pohon sawit di lahan yang luasnya kurang lebih satu hektar ini. Tandan sawit pada tiap pohon siap dipetik walaupun jumlahnya tak terlalu banyak. Panen perdana tentunya masih belum sempurna. Kebun sawit ini murni dibeli dengan uang Ardi, walaupun Kinan tak tahu berapa nominal lahan ini dibeli oleh suaminya.Lahan ini menjadi saksi, sekaligus bukti bahwa pendapatan suaminya itu ada wujudnya. Ardi selalu mengatakan jika uang gajinya tak lari kemana-mana. Cicilan bank dan tabungan untuk investasi masa depan. Dan sekarang Kinan membuktikan bahwa semua ucapan laki-laki itu bukan isapan jempol semata.Egoiskah dirinya yang selalu menuntut untuk tahu dan mendapatkan nafkah dari gaji suaminya itu? Bukankah peruntukannya sudah jelas?Mungkin jika Kinan tak bekerja, Ardi akan mencukupi semua kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Seperti dulu, saat Kinan baru menikah dengan laki-laki itu.Dan perubahan ini terjadi saat Kinan memili
Read more
Pembeli Tandan Sawit
"Mang, Kinan pulang dulu. Kasihan Bang Ardi lama menunggu. Mak Ijah, Kinan duluan ya, mau ikut Bang Ardi ke kebun sawit soalnya."Kinan tersenyum dengan sopan lantas membalikkan badannya, hendak meninggalkan warung Mang Ijal dan secepat mungkin kembali ke rumah. Jangan sampai suaminya itu menunggu terlalu lama dan akhirnya mengeluarkan omelan panjangnya."Iya, Nan. Suaminya itu dijaga yang benar. Jangan terlalu percaya pada laki-laki jika sering keluar rumah sendirian. Kita tak tahu kan apa yang dilakukan suami saat tak bersama kita?"Ucapan Mak Ijah itu membuat Kinan sedikit menahan langkah. Apa maksud ucapan wanita paruh baya ini? "Jadi wanita itu jangan terlalu polos dan lugu! Laki-laki itu seringnya hanya menunjukkan kebaikannya di depan mata saja. Di belakang kita, berbeda."Kinan meneruskan langkahnya dengan perlahan. Jika bicara tentang kebaikan yang sengaja dibuat-dibuat, sepertinya suaminya tidak begitu. Ardi dengan terang-terangan menunjukkan sifa
Read more
Dia Istriku
"Ada apa mencari Bang Ardi?" tanya Kinan sembari melangkah ke arah wanita muda itu.Berusia sekitar dua puluhan. Tubuhnya langsing, semampai dengan tinggi pastinya lebih dari seratus enam puluh sentimeter. Mengenakan pasmina berwarna toska, senada dengan kaos tunik berwarna yang sama. " Hendak membeli tandan sawit milik Bang Ardi. Bang Ardi panen kan hari ini?" ujar wanita muda yang sepertinya masih gadis itu jika ditaksir oleh Kinan.Lesung pipi tercetak jelas di kanan dan kiri wajahnya saat gadis itu tersenyum."Ayuk di sini ikut memanen juga? Saudaranya Bang Ardi ya?" Kembali sang gadis melemparkan tanya.Kinan menggenggam buku-buku jarinya. Mengeraskan rahang saat mendengar pertanyaan yang jelas membuatnya sedikit terperangah. Saudara? Tak salah gadis ini bertanya?"Kenal sama Bang Ardi ya?" tanya Kinan tanpa menjawab pertanyaan gadis itu terlebih dahulu.Rasa ingin tahunya lebih besar dibandingkan kesopanan yang ha
Read more
Cemburu?
"Kamu kan tak pernah juga bertanya, Abang sudah menikah atau belum. Abang pikir, Arman sudah cerita padamu tentang status Abang yang tak lagi perjaka ini."Ardi kembali melemparkan tawanya. Lidya pun menyambutnya."Abang sudah siapkan makan siang ya? Tandan sawitnya sudah siap diangkut belum?" tanya Lidya sembari tetap menerapkan pesona senyumnya.Kinan tak hasil pikir. Apakah memang Lidya tipikal gadis yang tak berhenti tersenyum kepada semua orang?"Kinan yang masak, Lid. Lempah kuning kepala mayong. Kamu mau makan? Baru separuh selesai dipanen. Mau diangkut langsung sekarang?" tanya Ardi sembari mengisi sebuah cangkir plastik dengan air dari dalam galon. Laki-laki itu lantas mengosongkan isi cangkir dalam sekali tegukan saja."Kepala mayong? Benar-benar kesukaan aku, Bang. Yuk Kinan pandai masak pasti ya? Pasti enak masakan Ayuk."Lidya memuji Kinan. Padahal gadis itu sama sekali belum mencicipi masakan Kinan sama sekali.
Read more
Tak Peka
"Banyak hasil panen kemarin, Bang?" tanya Kinan saat melihat suaminya sedang berselancar dengan gawainya. Entah apa yang dilakukan laki-laki itu pada layar pipih yang ada di genggamannya.Mencoba mendapatkan jawab atas rasa ingin tahu yang dipendamnya sejak kemarin, Kinan baru mendapatkan kesempatan menanyakan hal itu kepada Ardi malam ini. Semalam laki-laki itu memilih cepat tidur. Kinan paham, rasa lelah tentu mendera setelah seharian berkutat dengan kegiatan di kebun sawit yang tentu sangat menguras tenaga."Tak terlalu banyak. Kan Abang sudah pernah bilang sebelumnya, hasil panen pertama belumlah maksimal. Ibarat kata, baru belajar berbuah. Tentu hasil panennya tak seberapa."Ardi tetap dalam posisinya. Duduk di depan televisi yang menyala, tanpa sama sekali menikmati tayangannya. Bahkan suami Kinan itu tak melepaskan pandangannya dari benda yang ada di genggamannya."Tak banyak itu, tentu ada nominalnya, Bang," ucap Kinan sembari mendudukkan
Read more
Tak Ada Debaran Untuknya
Tampak Ardi yang melemparkan pandangan ke arah Kinan. Mengabaikan layar pipih di genggaman walaupun hanya sesaat."Sudah sejak kecil. Arman, abang Lidya itu bersahabat dengan Abang sejak kami SD."Kinan sempat bingung. Apakah pembicaraan ini harus diteruskan? "Abang dekat dengan keluarga mereka?" tanya Kinan dengan nada hati-hati. Tentunya tak ingin jika pertanyaan yang diajukannya akan membuat Ardi menjadi salah sangka."Sangat dekat dulunya. Yah ... walaupun sekarang tak sedekat dulu karena kami masing-masing punya kesibukan. Hanya jarang-jarang saja Abang ke rumah mereka. Namun sekarang, Abang kembali menjalin hubungan saat Abang tahu Arman melanjutkan usaha orang tuanya. Jual beli tandan sawit segar. Harga yang diberikan Arman informasinya lebih tinggi daripada yang lain."Ardi tampak santai saja menjawab pertanyaan istrinya itu. Kinan memilih diam, walaupun wajah bingungnya agak sedikit terlihat. Entahlah, apakah karena benar s
Read more
Keyakinan Kinan
Tak ada lagi pembahasan tentang Lidya setelah itu. Kinan harus mengabaikan penasarannya. Mengapa? Ardi sudah memberikan penjelasan padanya. Dirinya memutuskan percaya daripada terus berburuk sangka.Bagi Kinan saat ini ada hal yang jauh lebih penting. Mengembalikan tanggung jawab nafkah lahir dari Ardi satu-satunya hal yang harus menjadi fokusnya saat ini.Biarlah cinta itu tak lagi sama dahsyatnya seperti dulu. Bagi Kinan mempertahankan rumah tangga tak melulu harus karena alasan cinta semata. Banyak alasan lain yang akan membuat seorang wanita harus mempertahankan bahtera rumah tangganya. Dan Kinan menjadi salah satu diantaranya."Nan, susu Rafif yang ada di rumah Ayuk habis. Jangan lupa belikan nanti ya!"Kinan terkejut saat mendengar ucapan Yuk Diana yang sangat tiba-tiba. Wanita yang baru saja datang itu langsung mendudukkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Kinan. Tentu saja setelah melepaskan Rafif dan membiarkan bocah itu menikmati
Read more
PREV
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status