Semua Bab Dipaksa jadi TKI oleh SUAMI: Bab 21 - Bab 30
55 Bab
21. BERTENGKAR HEBAT
Akibat banyak pikiran, Fiani akhirnya jatuh sakit lagi. Tubuh seseorang bisa menjadi ringkih ketika pikiran dan emosinya cenderung tertekan. Perasaan kecewa dan takut terus-menerus menghantui, membikin energi dalam diri Fiani terkuras. Mau tidak dipikir tetap saja kepikiran. Pada kondisi sakit, Fiani masih memaksakan tubuhnya kuat, dan pergi bekerja. Ya, meskipun setiap pulang dari kerja dia akan menggigil hebat.Fiani tertatih-tatih berdiri, dia sedang menyiapkan air jahe untuk menghangatkan tubuhnya. Obat-obatan sudah diminum, tapi belum sembuh juga. Setelah tiga hari demam, dia coba membeli ramuan tradisional di sana. Dia pikir ramuan akan lebih bersahabat dengan tubuh karena terdiri dari bahan-bahan alami.Fiani menyeruput sedikit demi sedikit. Lumayan hangat untuk tubuhnya yang masih meriang. Dia ingat ponselnya, sudah seminggu lebih tidak digunakan sama sekali. Baterainya menipis, dan Fiani langsung mencolokkan pengisi daya. Dia membuka dua puluhan pesan masu
Baca selengkapnya
22. SENJATA MAKAN TUAN
“Aku capek hidup dalam kebohongan terus-menerus, Mas! Kenapa sih, kamu harus bilang sama Mbak Fia kalo kita udah pisah? Udah betul dia tau dan nggak protes, kamu malah bikin ulah lagi! Mau sampe kapan aku diperlakukan seperti ini, Mas?” Jeni berteriak keras sekali, untung saja jarak rumah Verry ke tetangga agak jauh. Dia baru merasakan hidupnya dipermainkan oleh Verry.“Aku nggak pernah minta kamu seperti ini. Kamu sendiri datang menawarkan onderdil ORI milikmu, ya ... sebagai lelaki aku nggak tega menolaknya. Apalagi bocah tengil itu ogah menyentuhmu. Empatiku seolah meronta untuk menolongmu, dan ... memberikan servis terbaik supaya kamu nggak penasaran.”Jeni menarik kaos Verry, dia tidak terima karena Verry seolah tidak pernah menginginkan dirinya. Semua sudah gadis itu berikan pada Verry, bahkan dia sampai rela mahkotanya lecet-lecet demi menuruti kemauan Verry yang tergolong tidak biasa.Kebiasaan Verry meminum jamu kuat menambah keinginannya lebih ta
Baca selengkapnya
23. MERADANG
Bulan-bulan terakhir masa kontrak, Fiani manfaatkan untuk merawat diri. Dia tidak ingin ketika pulang nanti Verry lebih merendahkannya. Hubungannya dengan Verry kini membaik, bukan sekadar terpesona, Verry sepertinya ada maksud terselubung di balik sikap baiknya.“Fi, kalo pengen beli apa-apa, beli aja. Jangan ditahan-tahan, bikin kamu tertekan, sedangkan suamimu aja nggak peduli.”“Iya, Mbak ... aku pikir rugi sendiri memikirkan Mas Verry.”Fiani hanya dengan Ida, mereka berjalan-jalan menikmati akhir pekan yang sejuk. Mengobrol banyak hal, terutama masalah rumah tangga. Ida sempat bertanya, apakah Fiani akan pulang ke rumahnya ketika kembali ke tanah air nanti? Fiani cuma tersenyum tipis. Jika menuruti ego, tentu enggan pulang ke rumah – di mana kediamannya yang nyaman, telah berubah menjadi tempat kumpul kebo.Usai berkeliling, mereka pulang ke indekos milik Fiani, menghabiskan seharian berdua. Fiani senang memiliki teman sebaik Ida, dia sudah seperti kakak bagi Fiani.“Fi, kamu su
Baca selengkapnya
24. PERINTAH KONYOL
“Apa maksud kamu, Li? Jangan sembarangan, dia itu masih istri Verry. Nih, pake lagi jaketmu!” Arsa marah, dia mengambil jaket Ali dari tubuh Fiani. Bisa-bisanya Ali melakukan hal seperti itu.Usai bertukar posisi, Ali melajukan pelan kendaraan. Dia melirik Arsa yang diam. Maksudnya cuma kasihan melihat Fiani tidur tanpa selimut. Ali jadi merasa tidak enak pada Arsa.“Aku nggak ada maksud apa pun, kasihan aja liatnya tidur begitu.”“Kamu cukup bantu dia mengurus surat cerai, jangan pernah melibatkan hatimu.” Setelah mengatakan itu, Arsa membuka ranselnya, dia ambil jaket di sana. Lalu menyelimuti tubuh Fiani.Hening kembali terasa, mereka sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.Pukul enam, mereka sudah berada di ujung Jawa Barat. Fiani tampak bergerak, mengucek mata, dan duduk. Dia bertanya sampai mana. Arsa menjawab seperlunya. Hatinya masih kesal gara-gara sikap Ali yang dia anggap kurang sopan.“Kita berhenti makan dulu, ya?”“Iya,” jawab Fiani masih agak mengantuk.Ali berbelo
Baca selengkapnya
25. DIBANTU
“Buka! Mas ... buka pintunya!”Dok! Dok! Dok! Fiani terus menggedor pintu rumahnya.Tangis Reni makin nyaring, ditambah lenguhan mengaduh terus-menerus. Fiani tak sampai hati, dia berusaha mendobrak pintu dengan bahunya sendiri.“Mas! Buka sekarang! Kalo nggak, aku akan panggil warga untuk mendobrak pintu ini!” Fiani kesal, di kala genting, Verry tidak kunjung menyudahi aktivitas ranjangnya.Barangkali suara Fiani kalah dengan desahan dari mulut perempuannya.Fiani mengintip dari kaca ruang tamu, dia mengetuk-ngetuk kaca sambil memanggil sang putri.“Sayang ... buka pintunya, ini Ibu, Nak. Reni ... buka, Sayang.”“Ayah ... sakit ... ?”Bruk! Bruk! Bruk! Verry berlari dari kamar tamu yang letaknya di depan. Tatapan matanya langsung bertemu dengan mata Fiani. Dia terkejut, menatap dirinya sendiri hanya menggunakan kain sarung. Fiani tidak pedulikan apa pun, dia ingin cepat melihat keadaan anaknya.“Buka ... !” teriaknya.Verry bimbang, dia maju mundur hendak kembali masuk kamar. Namun,
Baca selengkapnya
26. KEPUTUSAN PALING BENAR
Malamnya, pukul tujuh lewat, Fiani selesai mengurus masalah administrasi. Dia amat bersyukur dengan kondisi Reni yang membaik – usai diberi satu kantong darah. Pihak rumah sakit meminta Reni opname tiga hari, tetapi dengan berat hati Fiani menolak.Biaya klinik tanpa asuransi kesehatan dari pemerintah, cukup mencekik. Kamar pasien dikenakan biaya per malam. Sebelum memutuskan membawa Reni pulang, Fiani lebih dulu konsultasi pada dokter anak. Bersyukur karena dokter mengizinkan bocah itu meninggalkan klinik.Fiani memasukkan kembali dompet kecil di saku celana. Untunglah dia menyimpan ATM di dompet rahasia, jika tidak ... hanguslah semua hartanya dibawa oleh sang mertua.Dia masuk ke ruang rawat. Tak lupa berterima kasih pada seorang perawat karena sudah menjaga Reni saat Fiani mengurus pembayaran. Fiani menggendong anaknya, dia mengayunkan kaki menuju halaman klinik.Gelap, Fiani menarik napas berat. Sampai malam tiba, tidak seorang keluarga pun m
Baca selengkapnya
27. MENGAMBIL HATI
Buntut dari pertengkaran Jeni dan Verry memanjang. Harapan bebas dari masalah tidak didapatkan, pun dengan terbebas dari status istri masih sulit didapat Fiani dengan baik-baik.Kepalanya terasa berat, Fiani membuat masakan dengan berurai air mata.Sop Ayam masak, Fiani beralih membuka koper dan kardus-kardus miliknya. Semua sudah tidak terbungkus dengan rapi. Baju-baju serta barang berharga di koper pun turut hilang. Mau bertanya Fiani enggan. Mulutnya sudah lelah memohon dengan orang-orang di sana.Dia hanya memilih pakaian untuk Reni. Tiba-tiba, Darmi dan Tono datang. Fiani langsung berdiri, sejak kemarin dia menunggu kedatangan sang ayah mertua.“Wah, lagi buka-buka oleh-oleh, nih? Ada nggak jatah buat Ibu?” Darmi bertanya dengan wajah berseri mengharap diberi sesuatu oleh menantunya.Ceklek!Pintu kamar depan terbuka, berdirilah Jeni di ambang pintunya sambil melihat interaksi Darmi dan Fiani. Dia tersenyum miring.
Baca selengkapnya
28. HANCUR SENDIRIAN
Genap satu Minggu Fiani tinggal satu atap dengan madu, beserta suaminya. Selama itu tidak ada pemasukan sama sekali. Verry hanya di rumah membantu Fiani beres-beres, kadang keluar setiap azan berkumandang..Bisa ditebak hati Fiani rasanya seperti apa. Dia harus menanggung makan madunya juga. Hampir setiap hari dia menyediakan tempe dan tahu, sayurnya paling daun singkong yang ada di belakang rumah. Kadang beli sayuran lain yang murah, untuk ayam dia sediakan hanya untuk Reni. Bukan cuma irit, tapi juga pelit. Siapa saja pasti tidak rela memiliki madu, lebih-lebih berbaik hati.Mungkin ada seribu satu orang rela hidup seatap dengan madu, tapi itu bukan Fiani. Dia manusia biasa, hatinya bisa terluka, dan benci.Setiap malam Fiani juga tidur dengan Reni, dia ogah bareng suaminya. Mau orang bilang dosa, dia tidak peduli lagi. Suaminya lebih berdosa, dan sejak saat suaminya berkhianat, dia janji tidak akan mau tidur bersama.Tok! Tok! Tok!Pukul sebelas malam, pintu kamar Reni diketuk oleh
Baca selengkapnya
29. JIJIK
Nasib orang mana ada yang tahu. Niat baik juga tidak selalu mendapatkan balasan seperti keinginan. Kenyataannya, manusia selalu diuji kesabarannya dalam hal ekonomi, hubungan, atau terkadang kesehatan. Yang perlu dilakukan cukup menjalani sebaik-baiknya.Fiani sudah menempatkan diri sebagai istri dan ibu yang baik. Namun, Verry tetaplah pria temperamental dan licik. Keikhlasan Fiani, belum mampu meluluhkan hatinya. Fiani merasa cukup lelah menjalani hidup bersama Verry. Dia belum bisa menata hatinya untuk selalu sabar. Memang sulit bersanding dengan pria kejam.Mulianya seorang Asiyah memanglah tidak diragukan, sangat pantas mendapat jaminan surga. Fiani baru diuji rumah tangganya saja sudah menyerah. Dia merasa kekurangan oksigen berada di antara orang-orang munafik itu.Usai membersihkan diri dari sisa-sisa percintaannya dengan Verry, Fiani memandikan Reni.“Ibu nangis? Kenapa, marah sama Eni, ya?” tanya Reni. Sejak tiga hari lalu dia mulai memanggil Fiani dengan sebutan ibu. Bocah
Baca selengkapnya
30. HAL ANEH MENYAMBUT
Lebih dari seminggu, Fiani tinggal di rumah Mama Lina. Psikisnya sudah membaik dibanding seminggu lalu. Hari ini juga kali pertama dia bertemu Arsa – yang dari luar kota. Sekarang, Arsa menjemputnya untuk ikut ke kontrakan. Bukan untuk tinggal bersama, tetapi Fiani ingin mencari kerja. Bersedih memang wajar. Namun, meratapi kesedihan tidak dibayar oleh pemerintah. Jika terus terpuruk, bisa-bisa Fiani kehabisan seluruh tabungannya – hanya untuk bertahan hidup. Masih ada harapan di kemudian hari. Bangkit dan tetap kuat adalah jalan terbaik di hidupnya. Fiani menangis di pelukan Mama Lina. Meski bukan orang tua kandung, Mama Lina membikin dia nyaman layaknya keluarga sendiri. Mereka sama-sama menangis ketika Fiani berpamitan. “Maafkan, Mama. Kalo aja Mama tau Jeni perempuan liar, pastilah Mama nggak izinkan anak Mama melamarnya. Mama nyesel banget, gara-gara Mama kasih restu, dia malah ngajak perempuan itu kerja ke tokomu. Jadi begini risikonya.” Mama Lina mengusap bahu Fiani, sambil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status