All Chapters of Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku: Chapter 51 - Chapter 60
70 Chapters
Bab 51
"Des. Tolong, jawab dengan jujur! Sebelum ibu datang, kamu ingin bicara apa mengenai ayahku? Tolong, bicaralah yang sebenarnya!"Sejenak Desti diam sejenak dan memejamkan matanya. Ku lihat badannya bergetar seperti orang yang ketakutan."Oh itu, tidak .... Em bukan Sari. Aku hanya salah bicara saja semalam," jawabnya grogi."Kamu yakin? Aku rasa kamu berbohong kepadaku, Des," kataku sambil memegang tangannya.Tangan Desti sangat dingin saat aku pegang. Bahkan keningnya pun berkeringat."Iya, Sar. Maaf aku hanya salah bicara saja.""Oh ya sudah kalau begitu," kataku kemudian.Sebenarnya aku tidak bisa percaya begitu saja dengan Desti. Aku merasa dia sengaja berbohong kepadaku. Entah rahasia apa yang telah dia sembunyikan dariku."Ya sudah, Sar. Aku mau ke belakang dulu mau telepon pabrik," pamitnya."Eits mumpung aku masih ingat. Tolong, kirimin video dan foto Mas Nanang dong Des! Aku mau ke pengadilan agama.""Ya Allah, Sar. Maafkan aku ponselku yang satunya rusak. Kemarin setelah pul
Read more
Bab 52
Rasanya kepalaku pusing sekali karena dipaksa harus memilih antara keluarga atau persahabatan. Coba saja kalau ayahku tidak bekerja di tempat Bu Jingga aku mungkin sudah menceritakan semuanya kepada Sari."Tumben kamu pulang larut malam, Nak?" tanya papa.Seperti biasa kalau aku belum pulang Papa dengan sabarnya menungguku di teras biasanya sambil mondar-mandir tapi karena kakinya sakit dia hanya duduk saja."Oh, tidak apa-apa, Pa. Tadi masih ada keperluan," kataku menutupi."Ayo, duduklah di sini sebentar! Papa mau ngobrol sama kamu.""Iya, Pa," kataku menurut dan duduk di sebelah papa."Apa kamu ada masalah dengan Sari, Nak? Tak biasanya wajah kamu muram begini.""Tidak ada kok, Pa. Desti hanya sedikit kecapean.""Oh ... Kamu tadi sudah makan belum?""Sudah tadi, Pa," kataku beralasan sebenarnya aku ini belum makan karena nafsu makanku sudah hilang tergantikan dengan banyaknya pikiran di kepalaku."Gimana bisnis Sari yang kamu pegang sekarang, Nak? Tambah ramai?""Alhamdulillah sek
Read more
Bab 53
Aku hanya bisa diam, mendengarkan dan mencerna saat papa menasehatiku."Tolong, jawab dengan jujur apa kamj ada masalah dengan Sari? Cerita saja ke papa agar pikiran kamu tenang.""Hmm ...." Aku mau bercerita tapi rasanya masih ragu. Takut jika papa tambah pusing."Mm.. Papa sekarang masih pusing tidak.""Tenang, Nak. Papa tidak kenapa-kenapa. Papa sudah baikan ini. Cuman kaki saja yang masih berat buat jalan. Coba saja kemarin lusa aku nurut sama kamu pastinya papa tidak akan jatuh dari motor. Untung saja tidak parah.""Alhamdulillah. Kalau Papa sudah tidak pusing," kataku.Aku pun terdiam sejenak. Dalam hatiku berkata, "Mungkin ini waktu yang tepat untuk cerita ke Papa. Papa orangnya bijaksana pastinya bisa carikan aku solusi yang baik.""Kenapa kamu jadi diem begitu? Nggak apa-apa , Nak. Cerita saja ke papa mengenai masalah kamu! Siapa tahu papa bisa kasih solusi. Tidak baik kalau berantem dengan sahabat. Kamu dan Sari juga sama-sama anak papa. Meski Sari bukan anak kandung papa da
Read more
Bab 54
"Tapi selama ini Sari masih belum tahu mengenai hal ini ya, Pa?""Belum. Semua ini masih papa rahasiakan, tidak ada yang tahu kecuali papa dan kamu. Kamu jangan sekali-kali membocorkan hal ini. Karena Sari sendiri sang pemilik perusahaan saja belum tahu. Ini memang pesan dari Hartawan kala itu. Aku diminta untuk tidak gegabah untuk memberitahukan kepada Sari. Kalau nanti waktunya sudah tepat, pasti bakal papa beritahukan kepada Sari.""Iya, Pa. Papa bisa pegang omongan Desti. Desti akan selalu jaga rahasia ini.""Bagus itu kamu memang bisa diandalkan. Pesan papa sekarang, kamu bantu Sari dengan sekuat tenaga. Bantu dia kalau dia butuh pertolongan. Berikan saja semua bukti perselingkuhan si Nanang. Nggak apa-apa. Kamu nggak usah takut. Justru dengan perceraian si Sari ini semakin cepat juga semakin baik. Kamu tenang saja, ada papa di sini.""Baik, Pa. Terimakasih banyak solusi dan dukungannya. Papa memang Papa yang terbaik di dunia ini," kataku sambil memeluk tubuh beliau yang gempal k
Read more
Bab 55
"Bu Jingga?" kataku kaget."Iya, ini aku Desti. Kenapa? Kamu kaget?"Tanpa menjawab aku pun langsung mematikan teleponku.Tiba-tiba beliau mengirimkan sms kepadaku.[Bukannya kamu kemarin sudah bilang kalau bukti itu sudah kamu hapus. Kenapa sekarang mau kamu kasih kepada Sari. Kamu tanggung sendiri resikonya.]Pesan itu aku buka tapi tidak aku balas. Hari ini aku lagi malas untuk bertengkar meladeni orang yang kurang pantas untuk aku ajak duel. Karena aku bukan tipe perempuan yang suka ngomel-ngomel apalagi ngomel lewat sosmed. Lebih baik marah langsung di hadapan orangnya langsung.Ya, sekarang niatku hanya ingin membantu Sari. Untuk mengeluarkan dia dari jeratan orang-orang munafik ini.Setelah sarapan aku langsung bersiap untuk berangkat ke toko. Aku yakin Sari akan bakalan datang menemuiku. "Des, jangan lupa pesan papa kemaren," kata Papa saat aku hendak melajukan mobilku ke jalan raya."Iya, Pa. Pasti Desti ingat pesan Papa."Sambil mengacungkan jempolnya Papaku tersenyum.Sekar
Read more
Bab 56
"Bu Sari, Bu ..." teriak beberapa anak buahku.Aku pun segera bangkit dari persembunyianku tak lupa aku pun memakai masker agar tidak dikenali oleh Nanang dan Hana. Dan ternyata benar seperti yang aku pikirkan ternyata yang jatuh pingsan adalah Sari.Saat ku lihat Mbak Nikmah sambil menggendong Putra sedang kebingungan melihat Sari pingsan, dengan secepat kilat aku memintanya untuk masuk ke dalam ruangan kantor toko. Aku tidak ingin kalau Nanang sampai mengambil Putra tanpa seizin Sari.Setelah selesai mengevakuasi Mbak Nikmah dan Putra. Aku pun segera bergegas membuka kerumunan dan langsung menghampiri Sari. Saat aku lihat ternyata kepala Sari sudah ada di pangkuan Nanang. "Mbak, Mbak. Bangun Mbak!" ucapku. Seperti biasa tanpa ada himbauan aku sudah langsung reflek tidak menyebut nama "Sari". Beberapa kali hidung Sari sudah aku kasih minyak kayu putih. Namun tetap saja Sari tidak bangun-bangun.Dengan sigap Nanang langsung menggendong Sari. Ku arahkan Nanang untuk memasukkan Sari k
Read more
Bab 57
Mendapat kabar dari anak buahku membuatku kaget. Sulit dipercaya kalau Nanang nekat mengambil Putra dari Sari.Aku tidak langsung ke rumah Nanang karena aku sudah dekat dengan toko. Apalagi keadaan Sari yang sedang kurang baik. Aku tidak ingin membuat keadaan Sari semakin memburuk.Dengan segera aku mengebut agar segera sampai di toko. Berita ini membuat aku jadi semakin emosi. Sungguh Nanang begitu sangat licik. "Apa yang terjadi, Des? Jangan ngebut seperti ini!" teriak Sari.Karena fokusku terhadap jalan hingga tak ku jawab pertanyaan dari Sari. Yang ada di dalam pikiranku sekarang, aku bisa segera cepat sampai di toko dan menanyakan bagaimana kebenaran cerita dari anak buahku tadi.Sesampai di toko aku langsung didatangi oleh salah satu pegawaiku."Mbak Desti ...""Bagaimana kok bisa Putra diculik Nanang? Kok bisa?""Siapa yang diculik Nanang, Des? Siapa?""Bukannya tadi sudah aku minta Mbak Nikmah masuk ke dalam ruangan kantor?" tanyaku sambil melotot. Aku masih saja mengabaikan
Read more
Bab 58
Pov Nanang"Kok tumben Bapak sudah pulang?" tanya pembantuku saat aku masuk ke dalam rumah."Iya, Mbak. Tadi aku pulang cepat. Sudah, Mbak jangan banyak tanya. Tolong, buatkan anak saya susu!" kataku seraya memberikan kresek berwarna putih berisi satu kotak susu formula, dan sebuah botol dot.Kemudian Mbak-mbak berambut ikal itu yang usianya tiga puluh delapan tahun itu meraih kresek dari tanganku sambil sesekali melirik Putra anak lelaki kesayanganku. Mungkin beliau ini kaget dengan anak lelaki yang ku gendong ini karena aku menyebutnya dengan anakku. Selama ini dia tidak tahu kalau aku sudah punya anak. Yang dia tahu kalau aku dan Hana hanyalah sepasang kekasihku belum resmi menjadi istriku. Mungkin dia bingung dengan kehadiran Putra."Mbak, jangan, bengong! Segera buatkan susunya!" kataku ku ulangi permintaanku tadi."I-iya, Pak." Kemudian beliau ini pergi ke dapur membuatkan susu untuk anakku.Setelah kepergian Sari, aku memutuskan untuk mencari pembantu paruh waktu. Karena semenj
Read more
Bab 59
"Biarkan saja dia Mbak Narti. Nanti orangnya bakalan capek sendiri karena nggak dibukain pagar.""Iya, Pak," kata Mbak Narti kemudian kembali ke dapur."Nak, tolong jangan menangis lagi, ya. Cup-cup ...."Aku berusaha menenangkan Putra agar dia tidak menangis lagi. Rambut yang halus kulitnya yang putih serta mata dan bibirnya ini mirip sekali dengan Sari. Begitulah Putra mirip sekali dengan Sari. Seketika aku mengingat sosok Sari yang pernah mampir di hidupku. Tak terasa mataku menjadi fokus ke dinding kamar tidurku ini. Di sini masih terpajang rapi foto keluargaku di mana masih ada Sari di sana. Bahkan ada foto kami bertiga bersama. Meski saat itu aku berpura-pura masih mencintainya. Dengan senyuman yang dipaksakan.Jujur di dalam hatiku rasa untuk Sari masih ada tapi kadang rasa itu cepat pergi begitu saja. Karena dia sangat lugu dan terlalu baik bagiku. Aku sebenarnya juga bingung sendiri dengan hatiku di sisi lain Hana menggoda tapi dia sudah berkhianat kepadaku tapi Sari .... En
Read more
Bab 60
[Mungkin kisah pilu ini memanglah garisan takdir yang sudah tercatatkan oleh Tuhan ke padaku. Jadi bagaimanapun aku akan terima dengan ikhlas meski hatiku menjadi sangat rapuh.][Mas, jujur dalam hatiku aku masih ada rasa cinta yang sama kepada kamu, Mas. Tapi, aku juga tidak bisa menutupi rasa kecewaku dengan sikapmu selama ini, Mas. Inginku abaikan semua rasa kecewaku itu yang hinggap dalam hatiku, tapi rasanya itu sangat susah bahkan seperti mustahil. Mungkin karena Mas Nanang sudah terlalu sering berbohong dan mengkhianatiku, membuat hatiku sudah beku dan mati rasa. Coba Mas Nanang di posisiku apakah Mas Nanang bisa sekuat dan setegar aku?]Kali ini kata-kata Sari sangat mengena ke hatiku hingga aku beberapa kali menghela nafas. Ya ampun kenapa aku bisa setega itu kepada Sari. Ya Tuhan aku memang laki-laki yang tidak tahu diri sudah diberi wanita sebaik Sari masih saja aku terlena dengan Hana. Bahkan sekarang ini aku dekat lagi dengan Hana setelah aku pernah memergokinya berhubung
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status