Semua Bab Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku: Bab 21 - Bab 30
70 Bab
Bab 21
[Ke sini seperti biasa ya, tunggu Mas Nanang berangkat kerja.] Aku mengingatkan Desti agar tidak menjemputku saat Mas Nanang masih ada di rumah.[Siap. Ya sudah, kamu buruan tidur pastinya kamu capek!][Iya Des, makasih. Kamu juga cepetan istirahat!][Ok.]Kemudian aku pun segera beristirahat, tidak menunggu Mas Nanang selesai mengompres wajahnya. Karena aku sudah sangat capek dan malas dengannya.Pagi pun telah tiba, aku pun seperti biasa segera memasak, sedangkan Mas Nanang masih tidur.Aku pun langsung masak makanan kesukaanku. Aku berniat ingin membawa bekal ke toko. Sebetulnya aku sudah mulai pintar memasak, namun aku tidak pernah menunjukkan ke Mas Nanang. Entahlah sudah malas begitu dengan dia. Semenjak tahu hubungan serius Mas Nanang dengan Hana, aku pun dengan sengaja memakai baju daster yang jelek, agar Mas Nanang tidak tergoda. Aku merasa jij*k dengannya, lebih takut lagi jika terkena penyakit HIV atau sejenisnya. Apalagi aku sedang mengandung, aku harus berhati-hati lagi d
Baca selengkapnya
Bab 22
Setelah selesai sarapan dia pun langsung berangkat kerja dengan sepeda motor kesayangannya. Meski mempunyai mobil, tapi Mas Nanang jarang memakainya. Mas Nanang lebih suka memakai sepeda motor kesayangannya, karena kalau bawa mobil dia jadi sering telat karena terkena macet.Tok....!Tok....!Terdengar suara ketukan pintu. Aku bergegas keluar aku tahu persis siapa yang datang. "Des! Barusan saja Mas Nanang berangkat kerja, untung saja Mas Nanang tidak lihat kamu," kataku."Iya aku tadi tahu kok saat dia berangkat kerja. Tuh aku bisa masuk karena dia lupa tidak menutup pagar rumah kamu.""Kamu kok bisa tahu, emang kamu tadi di mana?" tanyaku penasaran."Aku sudah sampai di sini dari jam enam pagi.""Kenapa pagi-pagi sudah sampai sini?""Aku tadi soalnya sedang nganterin sepupuku ke terminal dia mau pergi ke luar kota.""Oh, yasudah kamu duduk dulu aku tak mandi. Kamu tadi sudah sarapan apa belum? Kalau belum, ayo sarapan di dapur.""Sudah Sar, tidak usah repot-repot, aku tadi udah mak
Baca selengkapnya
Bab 23
"Sari! Tak ku sangka kita bertemu di sini, Nak. Untung saja aku tadi mampir ke toko ini. Kalau tidak, mungkin aku tidak akan bertemu kamu, di rumah," kata beliau dengan mata yang berbinar-binar. Seperti orang yang sedang menemukan emas dan berlian."Mm ... Iya, Bu," jawabku sambil mencoba senyum. Padahal sebetulnya aku kaget kok bisa ketemu dengan Ibu di sini. Aku takut kalau disodori beberapa pertanyaan."Kamu ke sini dengan siapa, Nak?" tanya beliau."I-itu Bu, dengan Desti," jawabku dengan gugup, sambil ku tunjuk Desti yang tengah melihat tumpukan kerudung yang tersusun rapi di tempatnya."Kalau Ibu sendiri, ke sini dengan siapa?" tanyaku balik."Ibu diantar Pak Manto (supir). Rencananya Ibu ingin pergi ke rumah kamu, Sari. E, tiba-tiba ban mobil Ibu pecah. Sekarang mobilnya sedang diurus Pak Manto. Tak sengaja aku lihat ada toko pakaian makanya aku langsung saja ke sini, siapa tahu ada baju yang cocok buat kamu.""Tapi Ibu dan Pak Manto tidak apa-apa, Kan?""Alhamdulillah tidak ap
Baca selengkapnya
Bab 24
"Di dalam mimpi Ibu. Ibu melihat kamu sedang berjalan tiba-tiba terjatuh. Kemudian kamu nangis kejer. Aku pun datang dan menghampirimu, kemudian Ibu bertanya kepada kamu, 'kenapa kamu menangis Nak?' kamu hanya menggeleng-gelengkan kepala dan tetep kekeh tidak mau menceritakan apapun kepada Ibu. Tapi, kamu baik-baik kan, sayang?" Mungkin karena firasat seorang Ibu yang cukup kuat. Sehingga aku bersedih pun beliau juga ikut merasakannya. "Aku baik-baik saja kok, Bu. Jangan khawatir!" Aku berusaha menenangkan Ibu. Namun tak kuasa mataku mulai mengembun, bahkan embun itu pun berusaha kabur dari tempatnya. Sekarang ibu tambah lebih dekat melihat mataku. "Tapi, setelah melihat mata kamu ini. Mata kamu berbicara hal lain, Nak. Ibu sangat yakin kalau kamu sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Kamu tidak akan bisa berbohong dengan Ibu. Ibu bisa melihat kalau ada sesuatu yang ada di dalam lubuk hatimu yang terus dan terus saja kamu pendam sendirian. Ceritakan kepada Ibu, siapa tahu Ibu
Baca selengkapnya
Bab 25
"Belum Bu, aku tidak menceritakannya. Sebetulnya berencana akan menceritakan kepada semua ketika usaha aku ini sudah lebih maju dan aku sudah mempunyai rumah sendiri.""Berarti toko baju ini benar punya kamu, Sar?""Iya Bu, tapi tempat ini aku masih nyewa. Rencana Bu Indra yang menelepon aku tadi akan menjualnya kepadaku jadi aku putuskan akan aku beli.""Makanya tadi pegawai di sini terlihat sangat menghormati kamu. Ternyata benar firasat Ibu, kalau toko ini adalah punya kamu. Aku sangat bangga kepada kamu Sari. Diam-diam kamu punya usaha sendiri. Dan ku lihat toko kamu ini sangat besar, bajunya bagus-bagus, dan lengkap. Dari underwear, lingerie, sampai dengan peralatan ibadah pun ada di toko kamu," sanjung ibu."Iya Bu. Namun, aku jarang ke sini, Bu. Semua ini aku percayakan kepada Desti sebagai pengelolanya. Selama ini aku hanya memantau dari jauh. Kalau tidak ada hal-hal yang penting, aku tidak akan pergi ke sini. Karena takut ketahuan Mas Nanang. Mas Nanang tidak tahu jika aku me
Baca selengkapnya
Bab 26
"Iya Bu, memang Saya juga sedang mau mencari tempat yang setrategis di jalan Argosari. Untuk harganya berapa Bu?" tanyaku."Kalau sama Mbk Sari aku kasih harga murah. Karena saya sedang butuh uang," kata beliau.Kemudian Bu Indra memberikan aku rincian harga tanah yang tempat yang aku sewa ini dengan tanah yang ada di jalan Argosari. Setelah aku mengetahui harganya, dalam hatiku, tanah dan bangunan yang dijual Bu Indra ini sangatlah murah sekali bahkan harganya di bawah jauh rata-rata harga pasar. Dalam hatiku berkata, "Apa mungkin karena lagi butuh uang jadi beliau banting harga.""Ibu sudah membawa kelengkapan surat-suratnya, Bu?" tanyaku ingin memastikan."Sudah Mbk, ini sudah saya bawa semua, lengkap.""Syukurlah. Saya boleh lihat sebentar sertifikat tanahnya, Bu?""Boleh Mbak, silakan!" Setelah itu Bu Indra mengeluarkan dua sertifikat tanah dua tempat yang ditawarkan Bu Indra.Aku kemudian melihat surat-surat yang dibawa Bu Indra. Dari dua buah sertifikat yang aku pegang terjadi
Baca selengkapnya
Bab 27
"Mungkin firasatku benar kalau sertifikat yang diperlihatkan kepadaku itu palsu. Ah sudahlah yang penting aku belum memberikannya uang," kataku dalam hati."Sar, kamu sedang mencari siapa? Dari tadi celingukan nggak jelas," tanya Desti yang tiba-tiba datang mengagetkan aku. "Ini loh aku sedang cari Bu Indra, padahal aku tadi memintanya untuk menungguku di sini," terangku."Itu barusan dijemput suaminya," timpal Desti."Dasar orang nggak jelas.""Nggak jelas maksud kamu gimana? Gimana harganya udah cocok?" tanya Desti."Kalau harganya sih cocok, tapi aku takut jika sebetulnya bu Indra berniat ingin menipuku.""Bu Indra ingin menipu kamu?" tanya Desti kaget."Iya Des, Buktinya bu Indra aku ajak pergi ke kantor PPAT tidak mau. Aku curiga kalau sertifikat itu palsu. Soalnya sertifikat tanah yang diberikan kepadaku keduanya berbeda, terlihat jelas dari sampul buku, stempel dan tanda tangannya. Jika sertifikat itu nggak ada masalah, pastinya dia mau aku ajak pergi ke kantor PPAT," terangku
Baca selengkapnya
Bab 28
Ternyata benar wanita itu adalah Hana. Selingkuhannya Mas Nanang. Rasanya hatiku seperti diremas-remas melihat selingkuhan Mas Nanang ada di sini. Namun, tetap aku harus mengontrol emosiku. Kalau aku hadapi sekarang juga percuma."Lagi bosen makan di kantin. Entah dia jadi istirahat atau tidak, soalnya mas Nanang lagi sibuk, banyak kerjaan. Karena aku keburu lapar makanya aku tinggal," jawabnya."Katanya kamu mau diajak nikah sama Nanang, Han?" Goda laki-laki yang lain."Iya, tapi aku nggak mau. Dia kan sudah beristri. Nggak ah, aku nggak mau ganggu hubungan mereka," jawab Hana."Sudah beristri tapi tiap hari kencan dengan Nanang ya, Han?" ledek seorang teman lelaki yang lain."Siapa yang kencan, kita hanya berteman saja. Maklumlah Mas Nanang kan kakak kelasku waktu SMA makanya kami bisa dekat. Sebenarnya mah kita cuman berteman saja, tidak lebih dari itu, kok," katanya sedikit genit.Mendengar perkataan Hana aku hanya bisa mengusap dadaku. Dalam hatiku berkata, "Dasar wanita kegatela
Baca selengkapnya
Bab 29
Karena ditelepon tidak diangkat, akhirnya aku kirim pesan ke beliau aku sangat berharap kalau pesan aku segera dibuka.Sambil menunggu kabar dari Ibu, aku pun berinisiatif untuk memesan Go Mobil, karena sakitnya sudah tidak tertahan.Ingin rasanya aku menelepon Desti, namun ku rasa butuh waktu yang cukup lama untuk dia sampai di sini. Karena jarak dari rumah Desti ke rumahku cukup lumayan jauh.Sambil menunggu Go Mobil datang, aku pun bersiap-siap dan tak lupa tas yang berisi semua keperluan persalinan, yang telah aku siapkan sebelumnya aku taruh di dekat pintu agar nanti tidak terlupa dan bisa langsung diangkat oleh Pak Sopir.Tak butuh waktu lama, Go Mobil pun datang. Aku pun langsung segera masuk mobil. Dan mobil itu pun langsung bergerak cepat menyusuri malam."Ibu, ke Bidan sendirian?" tanya Pak Sopir."Iya Pak, suami saya sedang ditugaskan ke luar kota. Baru sampai rumah besok pagi. Ini saya sudah menghubungi Ibu saya kok Pak, Paling sebentar lagi akan datang.""Ya Allah, semoga
Baca selengkapnya
Bab 30
"Dek, anak kita cewek atau cowok?" tanyanya."Cowok Mas," jawabku malas."Maaf ya Dek, kemarin Mas mendadak ke luar kota karena ditugaskan kantor untuk memantau hasil produksi di pabrik yang baru beroperasi. Makanya Mas tidak bisa pegang ponsel sama sekali. Karena sedang sibuk," katanya beralasan."Oh ...." "Kamu gimana kondisinya sekarang? Baik-baik kan?""Iya, aku baik-baik saja.""Kapan bisa pulang dari sini?""Besok siang katanya sudah bisa pulang, tapi kita lihat besok saja. Semoga memang sudah bisa.""Iya, Dek.""Baju-baju kamu yang kotor ada di mana, Dek? Akan aku segera bawa pulang untuk dicuci," kata Mas Nanang lagi."Tidak perlu repot-repot, Mas. Karena semua sudah diurus sama Ibu." Sebetulnya aku sih tidak tega melihat Ibu mengurus semua keperluan aku dan bayiku. Tapi mau gimana lagi Ibu memaksa, sedangkan Mas Nanang sebagai suami tidak tanggung jawab kepada kami. Sekarang giliran ada ibu dia berpura-pura perhatian kepadaku."Biarkan Ibu yang mengurus semuanya, Sari. Ngg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status